Young, Dumb, Stupid- 2

2.7K 227 6
                                    

Tertawa, tawa dari Haruna itu berhasil menjadi backsound kantin fakultas teknik. Sahabat dari Jihan itu sibuk menertawakan kejadian yang menimpa temannya tadi malam.

Sedangkan yang ditertawakan, wajahnya sudah sangat masam sedari tadi. Seharusnya Jihan tidak mengatakan hal memalukan itu kepada Haruna, ah sial.

"Terus gimana sama ciki Lo itu?" tanya Haruna menyudahi tawanya.

Meskipun kesal, tapi Jihan tampak memikirkan ucapan Haruna. "Kalau gue liat ke sana lagi, masih ada gak ya?"

Dan kalimat Jihan itu berhasil membuat Haruna lagi-lagi tertawa. "Ya mana ada bego! Itu ciki kalau gak diambil sama tuh cowok, ya pasti dimakan satpam. Hah hayolo, pasti roh pohon keramat itu marah besar sama Lo."

"Ah Haru jangan nakutin gue lah! Udah, kalo Lo bahas ini lagi gue gak akan mau temenin Lo ke fanmeet Atlas lagi," kesalnya.

Mendengar ancaman Jihan, Haruna menyudahi tawanya, meskipun ia masih senyum-senyum bak orang gila. "Jangan dong, beberapa bulan lagi mereka mau ke sini lho buat pesta tahunan universitas. Lo harus temenin gue war tiket kursi paling depan pokoknya!"

Jihan hanya memutar matanya malas. Ya, Haruna adalah seorang Fangirl Atlas garis keras. Boy group yang tengah naik daun sekarang dengan popularitas yang meroket, wajar mereka debut di agensi besar dan visual membernya juga sangat tampan. Bahkan Haruna adalah salah satu admin fanbase dari salah satu membernya.

"Eh Han, minta sambel dong sama mbak kantinnya, kurang pedes baksonya," pinta Haruna yang membuat Jihan menghela napas kesal.

Mau tak mau gadis itu berdiri dari duduknya, ia tahu Haruna tidak akan bisa hidup tanpa sambal.

Mungkin karena efek kejadian semalam atau karena belum move on dari sang Crush, Jihan jadi tidak fokus dan malah menabrak seseorang ketika ingin berdiri.

Tumpahan jus yang dibawa pemuda itu membuat seluruh atensi kantin mengarah kepada mereka. Jus berwarna oranye itu mengotori pakaian Jihan maupun orang yang ditabraknya.

"Ish, lo kalau jalan pake mata dong!" kesal Jihan seraya mengibas-ngibaskan tangan pada pakaiannya.

"Lah kok jadi gue, jelas-jelas Lo yang nabrak. Harusnya Lo ganti rugi!"

Tidak terima diminta ganti rugi, Jihan mendongak menatap pemuda itu. "Harusnya-LO?!" Jihan menunjuk tepat di wajah pemuda itu. Lebih tepatnya pemuda yang semalam memergokinya membuat permohonan di pohon keramat.

Pemuda itu hanya memutar matanya. "Apa? Kenapa?"

"Lo yang semalam itu kan?" Jihan menatap tajam pada si pemuda.

Mendengar kata ambigu yang keluar dari mulut Jihan, atensi kantin kembali melihat ke arah mereka.

"Semalam apa? Gue gak ngapa-ngapain Lo ya!" ujarnya.

Jihan menggeleng. "Lo! Gue ingat muka lo. Lo yang semalam mergokin gue di belakang fakultas kesenian kan?"

Pemuda itu mengernyit. "Apa sih? Gue gak kenal Lo."

"Jangan bohong! Balikin ciki gue!" Jihan memicingkan matanya mengintimidasi.

"Astaga nih anak, gue gak kenal Lo serius."

"Selain pintar ngatain orang, lo jago akting juga ya." Jihan mengernyit. "Tapi bukannya Lo bilang kalau Lo itu anak kesenian? Kenapa Lo tiba-tiba ada di fakultas teknik? Jago bohong juga ya Lo ternyata!"

Ketika pemuda itu ingin berbicara kembali, seseorang tiba-tiba berujar lebih dulu.

"Dia emang mahasiswa kesenian, dia ke sini bareng gue."

Jihan menoleh ke belakang, matanya membelalak ketika melihat tiga orang di belakangnya tengah bersidekap dada, dua laki-laki dan satu perempuan. Jihan mengenal dua orang dari mereka, Katara si tomboy yang paling terkenal se-Fakultas teknik. Dan Dhiwa, dia anak sejarah yang terkenal karena playboy.

Jihan kembali menoleh ke depan, matanya kembali melotot ketika pemuda tadi juga ikut bersidekap dada menatapnya sembari menyeringai. Pemuda itu mendekat, berbisik di telinga Jihan.

"Udah mimpiin gue semalam, bego?"

Jihan melotot kesal, mendorong pemuda itu dengan maksud ingin meninjunya, tapi ia ditahan oleh Haruna.

"Udah Han, udah."

Haruna berbisik. "Lo gak liat temen dia siapa, gue gak sanggup ngelawan Katara."

"Ya tapi-"

"Udah mending kita pergi aja." Haruna segera menarik Jihan pergi dari sana. Sebelum itu, Jihan menyempatkan untuk menyenggol bahu sang pemuda menyebalkan itu.

"Sekarang gue percaya kalo Lo itu benar-benar kesialan bagi gue," kesalnya lalu mengarahkan jari tengah.

Pemuda itu hanya terkekeh melihat punggung Jihan dan Haruna yang menjauh. Suasana kembali normal, warga kantin kembali pada makanan mereka.

Ketiga orang tadi menghampiri si pemuda.

"Gila Lo Duta, baru beberapa hari di sini udah bikin masalah sama anak orang aja," ujar gadis bernama Katara itu seraya merangkul pemuda.

Si playboy Dhiwa mengangguk. "Hati-hati Ta, anak teknik gila-gilaan orangnya. Bisa kepincut Lo sama tuh cewek."

Mereka berempat mengambil duduk di meja. Laki-laki yang satu lagi diketahui bernama Aaron mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan menyerahkannya kepada si pemuda.

Duta, namanya Duta. Mahasiswa Fakultas Kesenian.

Duta mengambil tisu itu dan membersihkan pakaiannya yang terkena jus.

"Ada apa Lo sama dia?" tanya Katara yang membuat Duta menoleh padanya.

"Lo kenal dia?"

"Gak juga sih, cuma beberapa kali ketemu," jawab Katara yang diangguki Duta.

"Namanya?"

"Jihan kalo gak salah."

"Dia yang nangis-nangis kemarin kan karena Kak Davu pacaran?" tanya Dhiwa yang diangguki lainnya.

"Oo pantes dia doain Crush-nya putus sama pacarnya di pohon beringin semalam," ujar Duta.

Dhiwa tertawa. "Dia benar-benar ngelakuin itu? Ternyata selain gila, anak teknik juga bego ya."

Katara yang merasa tersinggung memilih menendang kaki Dhiwa. "Kalau mau ngatain anak Teknik, liat sitkon dulu ya bego. Di sini kandangnya anak teknik, jangan sampai keluar dari sini, tubuh Lo patah-patah."

Dhiwa hanya terkekeh, ia lupa bahwa ia tengah berada di kantin fakultas teknik sekarang.

"Oh ya Duta, gimana soal pelatihan Lo?"

Mendengar pertanyaan Aaron, Duta menghela napasnya. "Kayaknya gak ada harapan, gue harus siap apapun keputusan akhir dari agensi nantinya."

Ketiganya mengangguk, lalu memberikan semangat kepada temannya itu.

"Gak usah terlalu dipikirin, Lo pasti bisa debut kok."

Duta mengangguk, pasti ia akan debut. Kalau pun bukan sebagai grup, ia akan debut sebagai solois.

Ya, Duta memang adalah trainee dari salah satu agensi hiburan terbesar di Indonesia, itu juga yang membuatnya jarang terlihat di kampus karena jadwal latihannya padat. Sebenarnya ia dilatih untuk boy group, tapi sepertinya perusahaan tidak berniat mendebutkan grup untuk jangka waktu yang tidak diketahui karena grup mereka sebelumnya tengah berada di puncak keemasan.

Hah, Duta harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuknya, grup pre-debutnya dibubarkan.

★★★

Sengaja bikin Indonesia vibesnya negara maju & modern, kayak Korea.


Young, Dumb, StupidWo Geschichten leben. Entdecke jetzt