Young, Dumb, Stupid- 12

1.5K 187 2
                                    

Semua orang bilang, di mana ada Atlas, di situ ada Haruna. Begitulah yang terjadi sekarang, hari ini Atlas mengadakan jumpa penggemar di lokasi yang tidak jauh dari gedung HNH.

Tentu saja sebagai penggemar berat, juga seorang fansite, Haruna tidak akan melewatkan kesempatan untuk bertemu sang idola. Sayangnya, orang-orang lupa mengatakan bahwa di mana ada Haruna, di situ juga ada Jihan yang ditinggal menderita.

Begitulah kondisi gadis itu sekarang kira-kira. Ditinggal sendiri oleh Haruna di sebuah restoran ala Jepang, sedangkan gadis itu sibuk mengejar biasnya tersebut.

Jadi yang dilakukan Jihan sekarang hanyalah mengaduk-aduk matcha latte-nya dengan tidak bersemangat. Ah, andai saja ia tidak menuruti permintaan Haruna untuk menemani gadis itu yang berarti akan ditinggal sendiri, Jihan mungkin sudah bergelung nyaman di ranjangnya menikmati akhir pekan yang kehabisan uang sembari menikmati semangkuk mie pedas dan menonton kartun favoritnya.

Huft, sekarang Jihan hanya bisa berandai-andai saja. Sebab pada kenyataannya ia menuruti permintaan Haruna yang menangis memohon kepadanya kemarin.

Menoleh ke arah pintu, Jihan mengangkat sebelah alisnya ketika melihat siapa yang datang di sana.

Itu ... kalau Jihan ingat itu adalah salah satu teman Duta, pemuda yang sangat pendiam dan tidak suka bergaul. Jihan tidak tahu namanya sayang sekali.

Jihan memperhatikan pemuda itu yang tampak berbicara dengan pelayan dan berjalan menuju ruang pemilik.

"Dia yang punya tempat ini?" gumam Jihan pelan.

Hah apa seluruh teman Duta adalah orang-orang kaya? Katara, ia ingat ayah gadis itu adalah pemilik sebuah klub bela diri terkenal di pusat kota. Dhiwa, ayahnya adalah pemilik tempat karaoke dan bar yang sangat terkenal. Dhiwa sering menyombongkan dirinya. Dan sekarang pemuda pendiam itu, dia pemilik restoran?

Jihan kembali mengarahkan pandangannya ke arah pintu dan lagi-lagi dibuat terkejut dengan siapa yang baru saja datang.

Itu Dhiwa.

Sang Casanova Kampus.

Pandangan mereka tidak sengaja bertemu, Dhiwa tersenyum—ah bukan, lebih tepatnya seringaian. Sedangkan Jihan buru-buru menunduk, ah nasib sial pohon keramat! Kenapa ia selalu saja ketahuan ketika tengah menatap seseorang?

Dan Jihan meruntuki dirinya ketika Dhiwa malah berjalan menghampirinya.

"Hai, Jihan."

Oh sial! Sekarang dari mana pemuda bermata sipit ini tahu namanya? Tidak mungkin kan Duta segabut itu untuk menceritakan tentang tetangga satu Kondominiumnya?

Ketika Dhiwa mengambil duduk di depannya, Jihan mengangkat kepalanya dan tersenyum canggung.

"H-Hai Dhiwa."

Oh sialan, ternyata yang orang-orang katakan tentang pemuda di depannya ini benar adanya. Dhiwa tampan, mata sipit dengan hidung yang mancung, dia terlihat seperti bad boy yang keluar dari Manhwa— Oh tidak, mungkin itu terlalu berlebihan.

"Dhiwa."

Keduanya menoleh ketika pemuda pendiam yang tadi dilihat oleh Jihan menghampiri mereka, ah mungkin hanya menghampiri Dhiwa.

Dhiwa tersenyum menatap Aaron. "Ron, Lo sibuk?"

Aaron menggeleng membuat Dhiwa tambah melebarkan senyumnya. "Nah kebetulan ada Jihan, gimana kalau kita mencoba mengakrabkan diri? Kapan lagi bisa berteman sama anak teknik selain Katara?"

Dhiwa menatap pada Jihan. "Jihan, kenalin ini Aaron. Dia emang pendiam, jadi mungkin Lo gak kenal. Dia teman Duta juga kok, Aaron ini pernah nolongin Duta waktu tuh anak dikejar tawon di sawah, pas SMP kelas satu kan Ron?"

"Dhi—"

"Terus Aaron juga anak pemilik restoran ini, dia sering datang ke sini ngehandle pas bokapnya lagi sibuk. Kadang kita juga sering nongkrong di sini kok, karena dekat juga sama agensinya Duta. Duta itu—"

"Dhiwa, jangan over sharing." Dhiwa menoleh pada Aaron yang menatapnya tajam.

Hanya membalas tatapan itu dengan kekehan, ia menjentikkan jarinya. "Ya, jangan over sharing."

Jihan yang berada di situ dan dihadapkan dengan kondisi yang seperti itu benar-benar membuatnya sangat canggung. Dari tatapan Aaron, sepertinya dia tidak menyukai dirinya. Dhiwa juga membuatnya tidak nyaman karena terlalu akrab untuk mereka yang pertama kali berbicara satu sama lain.

Karena itu, Jihan bangkit yang membawa atensi keduanya.

"Hmm Dhiwa, Aaron, sorry kayaknya gue gak bisa lama-lama. Gue pergi dulu."

Ingin segera beranjak dari sana, tiba-tiba Aaron berbicara.

"Lo ke sini nungguin Duta?"

Jihan berbalik, menatap Aaron bingung. "Hah?"

Sebentar Aaron terdiam, lalu menggeleng. "Makasih karena udah berkunjung ke restoran kami."

Jihan tambah mengernyit ketika Aaron malah mengucapkan hal lain.

Aneh.

Lalu Jihan segera pergi dari sana setelah pamit kepada keduanya. Jihan menggaruk tengkuknya, persahabatan keempat orang ini sepertinya cukup ... aneh. Duta, dia adalah orang yang sangat menyebalkan, Katara, gadis itu sangat serius. Lalu Dhiwa, dia suka sekali bercanda dan menggoda, Aaron, dia malah menjadi yang paling pendiam.

Setelah keluar dari restoran itu Jihan bingung, tidak mungkin ia menyusul Haruna karena Jihan tidak mempunyai kartu anggota. Maka dari itu Jihan harus mencari tempat lain untuk bisa disinggahi sembari menunggu sahabatnya itu selesai dengan kegiatan temu idolanya.

Dan sebuah Food Truck menarik atensinya. Jihan menghampirinya, ternyata Food Truck ini menjual nasi ayam khas Tionghoa, apa namanya? Ya, Nasi Ayam Hainan. Jihan memesan satu porsi, lumayan juga karena ia belum sarapan tadi. Sebenarnya ingin membeli sesuatu di restoran milik Aaron, tapi akhirnya ia hanya memesan minuman.

Sedang enak-enaknya makan sembari berselancar di sosial media, seseorang tiba-tiba duduk di depannya dengan kasar hingga sendok yang akan ia suap ke mulut terjatuh.

"Ck." Jihan menatap kesal orang itu, dan betapa terkejutnya ketika ia mengetahui bahwa itu adalah Duta.

Sepertinya setelah insiden pohon keramat itu, ke mana pun Jihan pergi, entah bagaimana caranya pemuda ini selalu bisa menemukannya, dan yang lebih mengesalkan, kehadiran pemuda ini diiringi dengan kesialan yang melandanya.

Duta tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. "Hai!"

Jihan mendengus lalu mengambil sendok yang terjatuh, ia tidak bohong soal kutukan roh pohon itu, setelah bertemu Duta hari-harinya menjadi sial. Ini baru sendok, setelah ini apa lagi?

"Ck, Lo ngapain ngikutin gue ke sini?" kesalnya. Tak habis pikir, di mana-mana pasti pemuda ini selalu muncul.

Duta mengernyit. "Bukannya Lo nyamperin gue ke sini ya?"

Mata Jihan melotot, meja tidak bersalah ia gebrak hingga sendoknya kembali jatuh.

"Siapa bilang?!"

"Dhiwa."

Mendengar itu Jihan menghela napas kesal, bisa-bisanya Si Sialan Dhiwa mengatakan hal bodoh seperti ini. Mana mungkin Jihan menghampiri Duta? Tahu Duta ada di sini saja tidak, dan kenapa Duta berada di sini?

Jihan berdecak. "Tahu Lo di sini aja gak, apa yang lagi Lo lakuin, gimana gue mau nungguin Lo? Emang gila teman Lo yang satu itu."

Duta mengernyit. "Terus kenapa Lo di sini? Sendirian lagi. Ini masih wilayah rawan media, pusat HNH Entertainment ada di sini."

Jihan menghela napas. "Gue ke sini bareng Haruna, dia lagi ikut fan meeting-nya Atlas. Lo sendiri? Kenapa Lo keluyuran di sini? Trainee harusnya latihan di agensi kan?"

Duta menggeleng. "Gue ke sini mau liat acaranya Atlas juga, disuruh agensi. Bareng trainee lain juga, tapi mereka ada di restonya Aaron. Dhiwa bilang Lo nungguin gue, jadi gue cari Lo ke sini."

Jihan mengangguk-angguk paham, sedikit jengah sebenarnya. "Yaudah, kesalahpahaman ini udah clear kan? Lo balik gih, jangan buat mood gue hancur di sini."

Duta menggeleng.

"Gue mau ngeliatin Lo makan aja."

Young, Dumb, StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang