Young, Dumb, Stupid- 7

1.6K 186 1
                                    

Jihan meletakkan sendok ke dalam mangkok yang telah kosong, ketika ia akan mengeluarkan uang dari saku celananya, Duta menghentikan gadis itu.

"Gak usah, biar gue aja." Lalu pemuda itu mengeluarkan dompetnya, mengeluarkan selembar uang berwarna biru dan meletakkannya di atas meja.

Jihan hanya membiarkannya saja, untung-untung hemat. Lagipula tagihannya hanya lima ribu rupiah, tidak akan memberatkan calon idol di depannya ini.

"Thanks."

Setelah mengucapkan terimakasih, Jihan berdiri dan segera kembali ke gedung Kondominium. Duta yang melihat itu pun dengan cepat menghabiskan makanannya yang tersisa, ia tidak mau ditinggal.

"Jihan, tunggu!"

Jihan tidak menghiraukan pemuda yang tengah mengejarnya itu, ingin segera kembali ke unitnya. Tapi dengan tungkainya yang panjang, Duta berhasil menyamai langkah Jihan dengan mudah.

Jihan tidak bicara kepada pemuda itu, dan Duta juga hanya diam. Hingga keduanya memasuki lobi, seorang pria dengan balutan jas menghampiri keduanya— ah bukan, pria itu menghampiri Duta, terbukti dengan Duta yang menyapanya.

Pria itu sempat melirik Jihan dengan datar membuat sebelah alis gadis itu terangkat. Merasa tidak punya urusan, Jihan segera menuju lift untuk sampai di unitnya yang berada di lantai lima.

Sampai di unitnya, Jihan melihat kardus-kardus milik Duta masih ada di sana, tak menghiraukan itu, ia segera masuk ke dalam unitnya. Ponsel Jihan berdering memperlihatkan nama Haruna yang menghubungi. Awalnya Jihan tidak mengangkat panggilan itu, jujur saja ia masih kesal dengan Haruna tempo hari.

Jihan mengabaikan panggilan sang sahabat dan mulai mengumpulkan pakaian kotor untuk ia cuci, tapi karena ponselnya tidak berhenti berdering membuat kepalanya panas sendiri.

Ah Haruna, tidak bisakah gadis itu berhenti mengganggunya di hari libur? Ia hanya ingin mengistirahatkan tubuh dan menikmati waktu sendiri.

Pagi-pagi sekali ia harus marah-marah karena ulah Duta, dan sekarang apa yang diinginkan oleh gadis ini?

Dengan menggebu-gebu Jihan mengangkat panggilan itu.

"Apa?!"

[Lama banget Lo ngangkat.]

"Gue sibuk."

[Si paling sibuk.]

Jihan menghela napasnya. "Apa sih Haru? Gue sibuk."

[Gue barusan ke Kondo Lo nganterin kue buatan Mama, tapi Lo gak ngangkat telfon gue. Kebetulan gue ngeliat Duta di lobi, dia bilang kalau dia tinggal di sini. Jadi gue titip kue-nya sama dia, gue udah bilang nomor Kondo Lo sama dia kok. Tapi gue kaget serius kok bisa Duta satu gedung sama Lo. Jangan-jangan ada hubungannya sama kutukan roh pohon itu?]

Jihan menghela napas panjang, bukan karena kalimat Haruna yang terakhir, tapi karena ia merasa bersalah kepada Haruna.

"Dia baru aja pindah ke sini. Terus sekarang Lo di mana?"

[Lagi di jalan, mau ke Cafe depan HNH.]

Jihan mengernyit. "Sendiri?"

[Gak, acara penggemar. Yaudah ya Han, gue tutup.]

Jihan mengangguk meskipun ia tahu Haruna tidak bisa melihatnya. "Hmm, makasih kue-nya."

Setelah menutup panggilan, Jihan berjalan ke luar unitnya dengan maksud menghampiri Duta. Sedikit terkejut ketika kardus-kardus di depan unitnya telah tidak ada. Itu berarti Duta telah berada di unitnya, tapi kenapa pemuda itu tidak memberikan kue pemberian Haruna kepadanya?

Young, Dumb, StupidWhere stories live. Discover now