Young, Dumb, Stupid- 45

986 217 14
                                    

"Gue denger dari grup penggemar penguntit, Kandis yang bilang kalau Duta cium dia. Padahal kenyataannya, Duta sama sekali gak pernah ngarahin bibirnya sama tuh anak."

Ucapan Haruna barusan benar-benar membuat tiga orang di sana naik pitam.

Katara lebih dulu bangkit, jelas sekali gadis itu tengah menahan amarah yang memuncak.

"Anjing tuh cewek, gara-gara dia Duta jadi kehilangan harapannya!" Katara ingin pergi dari sana, tapi segera dihentikan oleh Dhiwa.

"Katara, jangan gegabah. Lawan Lo kali ini tuh artis terkenal, bahkan ketika kita belum ketemu satu sama lain, dia udah ada di TV," ujar Dhiwa yang diangguki semua orang.

Katara menatap Dhiwa tajam. "Terus Lo pikir gue takut? Cewek kayak gitu sekali banting aja patah tuh punggung. Lo lupa gue anak siapa? Gue adik siapa?!"

Aaron menghela napas. "Ini bukan tentang siapa anak siapa, Katara. Ini tentang popularitas. Kandis yang udah punya basic penggemar yang akan selalu ngebela dia, mereka bisa lakuin apa aja pas tahu kalau Lo celakain idolanya."

"Terus sekarang gimana? Lo pikir gue bakal dia aja disaat temen gue dalam kesulitan?!"

Dhiwa dan Aaron tidak menanggapi, mereka kembali menarik Katara untuk duduk. Terlalu berisiko jika kasus seperti ini diselesaikan dengan otot.

Aaron menatap pada Haruna. "Sekarang Jihan gimana?"

Haruna menggeleng. "Dia di kelas, gak mau keluar. Aneh gue ngeliat Jihan kayak gitu."

Katara menghela napas. "Jangankan Lo, Haruna. Gue aja yang baru kenal juga ngerasa aneh ngeliat dia kayak gitu. Ini bikin gue makin sakit hati sama Kandis anjing itu."

"Kayaknya kita harus nemuin cara untuk mereka bisa bersama lagi, karena keduanya benar-benar nyakitin hati satu sama lain," ujar Haruna yang diangguki yang lain.

Suara notifikasi dari ponsel Dhiwa mengalihkan atensi semua orang. Mata pemuda itu membulat ketika melihat apa yang tertera di layar ponselnya.

Dhiwa memperlihatkan ponselnya kepada semua orang di sana. Di sana terpampang jelas, Davu memposting sebuah foto yang memuat Jihan, dengan tulisan 'My sad girl'.

"Sialan."

★★★

Semua orang di kantin memekik terkejut ketika Dhiwa datang-datang langsung menarik kerah seorang senior untuk berdiri.

Itu Davu. Gawat, dua canasova kampus sekarang tengah berhadapan satu sama lain entah apa masalahnya. Semua orang memang telah terbiasa dengan permusuhan yang terjadi di antara Dhiwa dan Davu selama bertahun-tahun, tapi ini baru pertama kalinya mereka melihat Dhiwa menghampiri Davu secara langsung.

"Apa masalah Lo?" Davu menghempaskan tangan Dhiwa dari kerahnya.

"Lo ada mau sama anak teknik itu?"

Mendengar pertanyaan Dhiwa membuat Davu mengangkat sebelah alisnya.

"Lo juga ada mau sama dia?" Pemuda itu memasang seringaiannya.

"Lo jawab aja bangsat, ada mau apa Lo sama Jihan?" Dhiwa lagi-lagi mendorong tubuh Davu hingga teman pemuda itu yang sedari tadi duduk memperhatikan ikut berdiri.

"Lo bisa sopan dikit gak sama senior? Apa masalah Lo?" Davu membalas dorongan Dhiwa kesal.

"Jauhin Jihan."

Davu mengangkat sebelah alisnya, pemuda itu terkekeh. "Apa hak Lo ngeralang gue deketin tuh cewek? Gue bebas deketin siapapun di sini."

"Lo udah punya cewek bangsat, Jihan bukan cewek yang pantas Lo deketin."

Sekarang Davu bersidekap dada. "Gue jomblo sekarang, gue udah putus sama Jiji. Sekarang terserah gue dong cari penggantinya."

"Masalahnya Jihan itu punya temen gue!"

Kekehan terdengar dari bilah bibir Davu. "Punya temen Lo? Dia bukan barang yang punya hak milik. Lagian dia lagi sedih waktu itu, gak salah dong kalo gue hibur?"

Dhiwa menghela napas kesalnya. "Davu serius, kenapa Lo nargetin Jihan? Dia bukan kriteria Lo!"

"Dia udah suka sama gue dari jaman Maba, gak enak kan kalo gak gue bales cintanya?"

Setelah itu Davu memberi isyarat kepada temannya untuk pergi dari sana. Dhiwa benar-benar mengepalkan tangannya menahan amarah. Harusnya ia tahu bahwa Davu dan dirinya memiliki sifat yang sama, jika urat dilawan urat tidak akan bisa.

Dhiwa yakin, pemuda itu pasti mengetahui tentang masalah yang sekarang tengah Jihan dan Duta alami. Entah bagaimana pemuda itu tahu, tapi Dhiwa yakin bahwa Davu tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk mendekati Jihan. Davu mempunyai prinsip, jika seorang gadis disukai oleh seorang yang berpengaruh, Davu harus mendapatkannya bagaimana caranya.

Dhiwa kembali ke tempat tadi teman-temannya dan Haruna menunggu, di sana juga ada Jihan. Dhiwa langsung saja menghampiri gadis itu.

"Lo gue ingetin Jihan, Davu itu bukan cowok baik-baik, Lo bisa abis sama dia." Dhiwa berujar sungguh-sungguh.

Siapapun telah mengetahui bahwa Davu memang sangat brengsek. Dia tidak akan melepaskan jika lawannya belum benar-benar habis tanpa sisa.

"Tapi Kak Davu baik."

"Jihan." Katara bangkit dari duduknya dan menghampiri gadis itu.

"Lo harus dengerin Dhiwa, Davu itu benar-benar brengsek, dia bahkan lebih brengsek dari pada Dhiwa. Kalau masalah baik, setiap cowok pasti akan baik pada orang yang dia suka, apalagi Davu udah nargetin Lo.

Lo lagi patah hati, gue tahu Lo cuma mau ngelampiasin semua rasa yang lagi Lo tahan. Tapi bukan kayak gini caranya. Lo pasti udah dengar penjelasan Duta kan? Itu semua salah paham, dan orang-orang di grup Haruna pun bilang kalau itu semua bohong.

Sekarang Duta lagi berjuang untuk mencari keadilan, HNH Entertainment itu perusahaan sampah. Dia memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan lebih banyak uang. Gue gak tahu betul bagaimana Duta memperlakukan Lo selama ini, tapi dari yang gue lihat, dia benar-benar tulus. Lo sendiri pun pasti tahu bagaimana aslinya tuh anak, dia gak mungkin ngelakuin hal itu Jihan.

Lo tahu kan Duta nangis karena hal ini? Semuanya sama, kalian sama-sama tersakiti oleh semua ini."

Jihan menatap Katara datar. "Lo temen Duta, pasti Lo bakal ngebela dia."

"Gue gak ngebela dia Jihan! Semua ini salah paham, kalian berdua berada dalam kesalah pahaman. Kalau Lo pertahanin ego Lo, sama aja Lo menyakiti diri masing-masing. Dan dengan Lo deket sama Davu, itu bukan cuma lemparin Lo ke dalam masalah baru, tapi Duta juga pasti sedih kalau dia tahu Lo malah perbolehin Davu masuk ke hidup Lo.

Jihan, gue punya prinsip. Kalau temen gue benar, gue akan bela dia. Tapi kalau dia salah, gue bahkan bisa patahin tulangnya detik itu juga. Lo tahu Dhiwa? Dia pernah dirawat seminggu di rumah sakit gue pukulin karena udah bikin Mama-nya nangis karena tingkahnya."

★★★

Makasih ya yang udah nyemangatin tiap chapter  ʘ‿ʘ

Young, Dumb, StupidWhere stories live. Discover now