Young, Dumb, Stupid- 41

1K 169 11
                                    

"Jadi maksud Lo, malam ini Lo mau ditembak sama Duta?!"

Harus berujar heboh ketika Jihan yang tengah berada di meja belajarnya berbicara.

Jihan berdecak. "Jangan heboh sih Haru."

Gadis itu memutar matanya malas. "Ya gimana gue gak heboh Jihan. Lo mau ditembak Idola terkenal, Lo mau pacaran sama seorang Gavaska Duta! Lo tau gak?!"

Jihan menghela napas. "Bagi gue dia tetap Duta yang sebelum jadi idol, dia tetap keras kepala."

Haruna tersenyum jahil. "Berarti hati kalian benar-benar udah klop, Lo masih lihat Duta sebagai Duta. Meskipun ia udah jadi idola, Lo gak ngeliat dia sebagai orang lain."

Mendengar ucapan temannya itu membuat Jihan semakin bingung, ia memilih menelungkupkan wajahnya di meja belajar, membuat Haruna mengernyit bingung, tampaknya Jihan tidak senang sama sekali.

Gadis itu menghampiri Jihan.

"Ada apa sih Jihan? Apa yang Lo pikirin?"

"Gue masih ragu, Haruna." Jihan menatap lemas pada gadis itu.

"Lo ragu sama Duta?"

Jihan menggeleng. "Gue ragu sama diri gue sendiri. Gue gak tahu perasaan gue sendiri sama dia kayak gimana, pas gue suka sama Kak Davu, itu beda banget sama perasaan yang sekarang. Gue ... gue gak tahu perasaan kayak apa yang gue punya buat Duta, gue gak bisa jabarin kayak apa. Yang pasti gue nyaman banget sama dia, beda sama Kak Davu yang gue takut ketemu dia.

Gue takut cuma nganggap dia kayak Kakak adek doang, gak lebih. Karena serius, perasaan gue sama Duta itu beda banget pas gue suka sama Kak Davu. Nyaman, dan gue senang sama tingkah-tingkah kecil yang dia kasih sama gue."

Mendengar ucapan Jihan itu benar-benar membuat Haruna melebarkan mulutnya tidak percaya. Serius? Gadis itu sama sekali tidak mengetahui apa itu cinta?

Kesal, Haruna menempeleng kepala Jihan.

"Lo bego apa gimana sih Jihan? Perasaan dulu kita sama-sama bego, kok otak Lo lebih berkembang dari gue? Itu cinta bangsat! Yang Lo rasain sama Duta itu cinta! Cinta itu nyaman, bahagia, dan Duta ngasih semua itu sama Lo yang bahkan cuma dengan perhatian-perhatian kecil dia.

Rasa Lo ke Kak Davu itu rasa kagum, rasa mengidolakan. Lo takut ketemu dia, tapi Lo suka banget sama dia. Sama kayak gue ngidolain Atlas, gue takut ketemu mereka, bahkan gue pernah pingsan waktu tangan gue dicium sama Keychan."

Haruna menghela napas kesalnya. "Sumpah Jihan. Duta benar-benar serius sama Lo, jangan sakiti hatinya."

Jihan menghela napas. "Kalau perasaan gue itu cinta, tetap aja gue gak bisa berbuat banyak. Dia idola sekarang Haruna, penggemarnya bahkan gak suka sama gue."

"Tau apa emang penggemarnya? Yang lebih dulu ketemu Duta itu Lo! Lo yang selalu ada buat dia, kenapa cuma penggemar aja berani ngatur-ngatur kehidupan idolanya?! Gue meskipun sefanatik itu sama Atlas ya, gue oke oke aja waktu dulu Dennis ngumumin lagi pacaran. Jangan bego Jihan, Duta itu cinta sama Lo, Lo juga cinta sama dia. Gak ada orang bego yang relain perasannya cuma karena penggemar sialan yang bahkan gak ngerti gimana perjuangan idolanya."

Jihan menatap Haruna, apa ini keputusan yang baik?

★★★

Duta meletakkan jasnya di atas sofa, menatap semua kekacauan di dalam unitnya membuatnya menghela napas. Ia melihat ponsel, jam menunjukkan setengah sebelas malam. Haruna tadi menelfon, mengatakan bahwa Jihan masih berada di rumahnya, ponsel gadis itu mati. Haruna akan mengantarkan Jihan pulang sebentar lagi.

Duta meregangkan tubuhnya, lalu memanggil Abi yang tengah berada di dapur.

"Abi, biar gue aja yang masak. Lo beresin semua ini."

Tak lama pria bertubuh mungil itu datang, ia mengangguk, memberikan kendali dapur kepada Duta dan mulai membersihkan unit pemuda itu.

Duta menatap bahan-bahan di kulkas, Abi telah memasak makanan tadi, dan beberapa juga telah dipesan melalui pesanan online, Duta seharusnya tidak perlu khawatir karena malam ini akan berjalan sesuai dengan keinginanmu.

Bibirnya tak berhenti mengulas senyum sedari tadi, karena setelah malam ini, hubungan Duta dan Jihan akan berubah, mereka bukan lagi sekedar tetangga satu Kondo ataupun teman satu kampus. Duta akan mengumumkan kepada dunia bahwa musisi yang tengah naik daun ini telah memiliki kekasih yang sangat ia cintai.

Duta mengambil beberapa kaleng minuman dari kulkas, ia hanya akan membuat minuman dan mulai menyusun kursi.

Pemuda itu sangat telaten memasukkan minuman ke dalam gelas, lalu kembali ke ruang tengah. Di sana Abi telah membersihkan semua barang-barangnya yang berserakan tadi, pria kecil itu juga merapihkan meja.

Tapi keningnya mengernyit ketika merasa ada yang kurang.

"Abi, lihat pengiriman makanannya, sekaligus beli lilin ya."

Pria itu mengangguk, setelahnya pamit untuk membeli apa yang dititahkan oleh Duta.

Setelah kepergian sang asisten, Duta mulai menata makanan yang dibuat Abi juga minuman di atas meja. Semuanya telah tertata rapih dan tinggal menunggu makanan dan juga lilin dari Abi.

Tak lama pria kecil itu kembali, dengan pesanan makanan juga lilin di tangannya.

"'A, di luar ada Mbak Kandis."

Ucapan dari sang asisten sontak membuat Duta mengernyit. Ada apa gadis itu menemuinya? Bukankah ia dan para pemain yang lain tengah makan malam bersama?

"Yaudah, atur aja semuanya di atas meja, Abi."

Setelahnya Duta segera keluar melihat Kandis.

"Ada ap—"

"Gavas!"

Ucapannya terhenti ketika gadis itu memeluknya dengan keadaan menangis. Duta tidak tahu keadaan seperti apa ini yang tengah ia hadapi, ia menggerakkan badannya tidak nyaman dan berusaha melepaskan diri dari pelukan gadis itu.

"'A." Abi muncul dari belakang, menatap takut-takut pada Duta.

Duta menghela napas, ia mengerti, jam kerja Abi telah habis, bahkan dari beberapa jam yang lalu. Duta mengangguk, memperbolehkan pria itu untuk pergi, setelahnya menatap keadaan sekitar, merasa tidak ada yang melihat, Duta segera membawa Kandis masuk ke Kondo-nya.

Duta melepaskan pelukannya, karena jujur, ia benar-benar merasa tidak nyaman dengan hal itu. Disentuh sedikit saja tubuhnya oleh orang lain Duta sangat kesal, apalagi dipeluk tanpa persetujuannya seperti ini.

"Kandis, mending Lo berhenti nangis dulu, baru pelan-pelan cerita. Ada apa? Bukannya tadi kalian makan malem bareng ya?" Duta menatap sedikit kesal pada gadis itu.

Sungguh, ini benar-benar mengganggu acaranya. Untung saja semuanya telah tertata rapih, jadi ia tidak perlu memikirkan banyak hal lagi.

Gadis itu menghela napas, pandangan yang tadi tertunduk memberanikan diri menatap Duta.

"Neal, dia udah punya pacar?"

Duta tertegun, pertanyaan barusan sama sekali tidak sampai di otaknya. Apa? Gadis ini menanyakan tentang Neal? Tapi kenapa?

Young, Dumb, StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang