Young, Dumb, Stupid- 14

1.4K 190 3
                                    

Duta memapah Jihan memasuki unitnya, mendudukkan gadis itu di sofa. Duta menyempatkan menatap sekeliling, ini kali pertamanya masuk ke dalam unit Jihan.

"Di mana P3K-nya?" tanya Duta.

"Di laci nakas." Maka sesuai arahan Jihan, Duta menggeledah nakas yang berada di sebelah sofa dan mengeluarkan kotak P3K dari dalam sana.

Duta berjongkok di depan Jihan, melepas robekan kemejanya, mengambil kapas dan alkohol untuk membersihkan lukanya.

"Tahan sedikit, ini sakit," ujar Duta. Sedangkan Jihan, gadis itu telah bersiap menggigit bantal sofa untuk meredam rasa sakitnya.

Duta dengan telaten membersihkan, mengobati, dan menutup luka Jihan. Setelah semuanya selesai, ia mengambil duduk di sebelah gadis itu.

"Makasih."

Duta hanya bergumam, pemuda itu memilih untuk memejamkan matanya lelah.

"Duta."

"Hmm."

"Maaf."

Duta membuka matanya, menatap Jihan lalu menggeleng. "Lo gak salah, harusnya gue yang tahu batasan."

Duta duduk dengan tegap. "Benar kata Lo, gue kehilangan masa-masa remaja. Jadi setiap ada teman baru, gue selalu excited, senang rasanya ada orang baru."

Jihan menatap Duta sendu. "Tapi gak sampai segitunya kan?"

Duta menghela napas resah. "Lo yang pertama, gue cuma ngerasa ... harus ngelindungin Lo. Orang kayak Lo langkah, dan baru pertama kali gue temuin selama hidup gue."

Jihan mengangguk. "Bagaimanapun, kita udah sama-sama dewasa Duta. Lo tau hal-hal yang Lo lakuin ke gue bukan hal-hal yang dilakukan orang asing, bahkan teman pun gak akan ngelakuin itu. Gue cuma mau kita saling mengingatkan agar kita gak ngelewatin batas itu tanpa sengaja, hati manusia gak ada yang tahu."

Duta terkekeh pelan. "Lo masih orang yang sama dengan cewek yang gue pergokin lagi berdoa sama pohon beringin belakang fakultas kesenian kan?"

Mendengar itu Jihan menatapnya kesal. "Lo emang nyebelin ya!"

Duta tertawa kecil lalu mengangguk, ia tersenyum kecil sembari menyodorkan jari kelingkingnya. "Jadi mulai sekarang kita berteman dulu?"

Jihan mengernyit. "Apa maksudnya berteman dulu?"

Duta tidak membalasnya, ia mempertahankan senyuman dan menggoyang-goyangkan jari kelingkingnya. Mau tak mau Jihan membalas janji kelingking itu, lalu tersenyum.

"Kita teman."

Keduanya tertawa, tapi bunyi sesuatu menghentikan tawa keduanya.

Oh, itu bunyi perut Duta.

"Duta?" Jihan menatapnya tidak percaya. Padahal baru tadi pemuda ini menghabiskan nasi ayamnya.

Duta terkekeh. "Gue lapar, masakin sesuatu dong."

"Tapi Lo baru aja makan nasi ayam gue!" protesnya.

Duta menaikkan bahunya. "Soal perut manusia gak ada yang tahu." Duta membalikkan kata-kata Jihan membuat gadis itu menatapnya kesal.

"Oke fine, gue masakin Lo habis itu balik ke unit Lo."

Selanjutnya Jihan pergi ke kulkas mencari bahan makanan untuk Duta, jelas sekali gadis itu kesal dan tidak ikhlas.

"Yang ikhlas lah, sekalian latihan jadi ibu rumah tangga yang baik kan." Duta menaik-turunkan alisnya jahil.

Jihan menatap pemuda itu tajam. "Ada gila-gilanya ya Lo."

Young, Dumb, StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang