Young, Dumb, Stupid- 43

982 189 16
                                    

"Jihan."

Haruna meletakkan nampan berisi air putih itu ke atas meja belajarnya, menatap Jihan dengan sedih. Gadis itu sekarang tengah menatap lurus ke depan balkon kamar Haruna, tidak ada yang ia katakan ketika mereka tiba kembali ke kediaman Haruna.

Haruna menghela napas cemas karenanya. Bertahun-tahun mengenal Jihan, gadis itu cukup jarang berurusan dengan cinta. Selama masa kuliah gadis itu habiskan untuk mengagumi seorang kakak tingkat yang akhirnya menyakiti hatinya sendiri.

Tapi kembali lagi, itu semua hanya mengagumi. Jihan tidak pernah terlibat hubungan serius dengan seseorang, dan ketika seseorang mengajaknya berkomitmen, malah orang itu yang menghancurkan kepercayaan Jihan.

Sebagai sahabat, Haruna tahu, Jihan juga mempunyai rasa yang sama dengan Duta. Hanya saja gadis itu memang sudah mengekspresikan rasa yang ia punya, dia terlalu kaku.

Jujur, Haruna bahkan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Duta, pemuda itu mencium Kandis, lawan mainnya. Selama ia mengenal pemuda itu, Duta bukanlah pemuda brengsek seperti Dhiwa. Dia lucu dan ramah.

Itu juga yang menyebabkan Haruna bingung setengah mati, apa Duta mabuk? Tidak mungkin, pemuda itu tidak pernah menyentuh alkohol. Apa begitu mudah bagi Duta untuk melepas cinta pertamanya?

"Gue gak ngerti Haruna."

Itu kalimat pertama yang diucapkan oleh Jihan.

"Gue bingung."

Haruna memilih mendengarkan dengan saksama apa yang akan gadis itu katakan.

"Dia bilang, kalau dia serius sama gue. Dia bilang pengen resmikan hubungan ini. Dengan semua sikapnya selama ini, tingkahnya itu, gue pikir dia benar-benar serius." Jihan menghela napas kasarnya.

"Tapi apa yang gue lihat tadi, itu kenyataan yang gue dapat. Jadi, selama ini dia cuma permainin gue doang? Apa karena gue kelihatan kayak cewek bodoh yang berdoa di pohon beringin, dia juga mau bodohin gue?

Harusnya waktu kedua kalinya kita bertemu di kantin waktu itu, gue gak usah cari masalah. Karena gue gak tahu di masa depan akan jadi serumit ini. Harusnya gue gak main-main sama dia pas tahu dia seorang trainee, harusnya gue udah lupain dia ketika pengumuman debut. Tapi dia dengan janji keseriusannya itu membuat gue bertahan.

Hati gue sakit Haruna, sakitnya beda. Waktu Kak Davu pacaran, gue gak pernah rasain seperih ini. Sesak banget. Yang tadi itu namanya dikhianatin ya Haru? Kayak gini ya rasanya?"

Haruna semakin iba menatap sang sahabat. Haruna juga tidak bisa memberi solusi, karena dia tidak pernah berurusan dengan cinta, selama ini ia memilih terjun ke dunia penggemar dengan tujuan untuk menghindari sakit hati yang menganggu kesehatan mental. Tapi Haruna tidak pernah tahu bahwa temannya sendiri yang akan menghadapi hal ini.

Kasus Jihan berat. Bagaimanapun Duta adalah seorang idola, dan Kandis benar-benar populer. Penggemar yang menyuruh mereka bersama pun tidak sedikit, lain halnya dengan Jihan yang ketika skandal dating muncul, semua penggemar Duta berlomba menyerangnya dengan komentar jahat.

Haruna memilih memeluk gadis itu.

"Lo bisa lepasin semuanya, Jihan. Gue ada di sini, gue akan selalu ada buat lo."

Dan pada akhirnya, semuanya hanya bisa disalurkan dengan air mata. Jihan menangis di sana, menumpahkan tangisnya atas rasa tidak nyaman yang merongrong hatinya.

Duta, dia berjanji kepada Jihan. Banyak hal yang pemuda itu janjikan, tapi setelah semua ini, apakah Jihan bisa menyebutnya sebagai bentuk penghianatan? Bahkan disaat mereka belum menjalin hubungan.

Tapi rasa sesak itu tidak bisa disembunyikan, melihat orang yang kau cintai berciuman dengan orang lain di depan matamu, itu ... itu sakit.

Ketukan pintu kamar Haruna membuat gadis itu menoleh.

"Haru, ada orang yang mau ketemu di depan." Itu Ibunda Haruna.

Haruna menatap Jihan, ia tahu bahwa itu adalah Duta. Pemuda itu pasti menyusulnya.

"Ji—"

"Gue lagi gak mau ngomong, Haru," ujarnya seketika.

Haruna menghela napas, menatap pada ibundanya.

"Temuin aja dia di depan, biar Jihan sama Bunda dulu," ujar wanita itu.

Maka dengan hati-hati Haruna melepaskan pelukannya dari Jihan dan menitipkan sahabatnya itu kepada sang ibunda.

★★★

Ketika pintu gerbang dibuka, Haruna dapat melihat Duta tengah berdiri di sana dengan keadaan yang bisa Haruna katakan, sama kacaunya dengan Jihan.

"Haruna, mana Jihan?"

Haruna hanya menatap Duta datar, lalu menghela napas kasar.

"Lo udah hianatin dia dan beraninya Lo tanya di mana Jihan?"

Duta menggeleng. "Itu semua salah paham, gue bisa jelasin."

"Kalau gitu jelasin!" tegas Haruna.

Duta menatap lirih pada gadis itu, Haruna memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya, itu artinya Haruna masih percaya padanya.

"Kandis, gue gak tahu kenapa dia tiba-tiba datang ke unit gue dan meluk gue. Dia nangis dan bilang kalau dia habis lihat Neal ciuman sama orang lain. Dia suka sama Neal dan minta gue buat bantu deketin dia sama Neal. Gue udah lima tahun sama Neal, udah tahu gimana luar dalamnya dia, dan gue tahu betul Neal gak beda jauh sama Dhiwa. Kandis bilang dia sedikit kaku, dan minta gue buat ajarin—"

"Terus dengan bodohnya Lo ajarin anjing itu?!" Haruna benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Duta.

Duta menggeleng, ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Kalau bukan dengan begitu, dia gak akan keluar dari unit gue dan Jihan bisa aja mergokin gue lagi berduaan sama dia di sana!"

"Tapi akhirnya Jihan lihat juga kan?! Lo brengsek Duta! Lo bilang kalau Lo serius sama dia!"

"Gue serius sama dia!"

"Tapi Lo cium cewek lain!"

"Itu salah paham Haruna. Gue gak cium Kandis! Posisi gue yang kelihatan kalau gue lagi cium dia, gue cuma bisikin sesuatu sama dia."

Haruna menghela napasnya. Ia tidak bisa mengelak kalau ia percaya pada apa yang dikatakan oleh Duta, selain pemuda itu yang baik, sorot mata Duta sama sekali tidak menunjukkan kebohongan.

"Gue mohon Haruna, ijinin gue ketemu sama Jihan, gue gak mau hubungan ini berakhir cuma karena salah paham." Duta benar-benar menyatukan kedua tangannya memohon kepada Haruna.

Haruna menghela napas, ia tidak bisa melakukannya, karena kondisi Jihan juga sedang tidak baik-baik saja.

"Duta, maaf gue gak bisa bantu Lo. Gue tetap dipihak teman gue, dan sekarang dia benar-benar sedih karena merasa dikhianati oleh orang yang ngakunya bakal serius sama dia. Lo harus usaha sendiri Duta. Sekarang pulang ke Kondo Lo, dan usahakan pihak HNH gak tahu soal hal ini."

★★★

Oh ya guys, jangan lupa cek cerita baru Oxysmile ya! Berusaha keluar dari zona nyaman dengan nulis cerita bergenre misteri. Judulnya Organization, menceritakan tentang para OSIS yang menyelidiki ada apa dengan sekolah mereka yang menjadi aneh setelah kemunculan Kepala Sekolah baru.

Young, Dumb, StupidWhere stories live. Discover now