Young, Dumb, Stupid- 46

994 173 33
                                    

"Kenapa Lo lakuin ini?"

Gadis itu berbalik ketika mendengar suara seseorang yang sangat ia kenal di sana.

"Gavas—"

"KENAPA LO BUAT OMONG KOSONG ITU KANDIS?!"

Gadis itu bergetar takut, menatap sekitar hanya ada mereka berdua di lorong ini. Kandis tidak pernah tahu kenapa tiba-tiba Duta bisa ada di JOX, agensinya, tapi dari raut pemuda itu, jelas sekali ia datang secara tidak baik-baik ke sini.

Duta mendekat, ingin sekali menampar atau memukul gadis itu, kalau saja ia tidak ingat yang berdiri di sana adalah seorang perempuan, Duta benar-benar akan memukulnya seperti yang dia lakukan pada Sangga dulu.

Duta terkekeh, kondisinya benar-benar memperihatinkan.

"Lo bilang kalau Lo suka sama Neal, tapi kenapa malah gue? Kenapa malah gue yang Lo jebak anjing?!" Duta mengguncang-guncangkan bahu gadis itu.

"Gavas maaf—"

"Gue gak butuh maaf Lo bangsat! Lo tahu, omong kosong yang udah Lo buat itu, benar-benar bikin hidup gue kacau! Jihan sekarang gak mau ketemu sama gue, padahal malam itu gue udah persiapin semuanya baik-baik. Dan Lo malah ngehancurin semuanya!"

"Gue bisa apa Gavas? Gue juga dipaksa!"

"Siapa yang maksa Lo hah?!"

Kandis, gadis itu takut, benar-benar takut. Duta yang selama ini ia kenal sebagai pribadi yang ramah, sekarang meninggikan suara kepadanya, lengkap dengan tatapan tajam itu. Tangisannya mulai keluar dan itu benar-benar membuat Duta muak melihatnya.

"Gue gak minta Lo nangis ya anjing, jangan mentang-mentang Lo cewek, Lo senior gue, Lo bisa seenaknya. Sekarang jelasin, siapa yang udah paksa Lo?!"

"Pak Satya! Pak Satya yang udah maksa gue! Oh ya, jangan lupa manager Lo itu juga yang udah maksa gue!"

Duta terkejut bukan main ketika mendengar ucapan yang baru saja keluar dari bibir Kandis. Satya? Itu adalah Manager gadis itu, dan managernya juga?

"Lamuel bangsat," umpatnya kesal.

Pria tua itu dari dulu sepertinya memang sangat haus akan uang dan popularitas.

"Lo tahu Gavas, ada sistem gak tertulis di industri ini, jika Lo berakting, dan orang-orang percaya pada akting kalian bahwa semua itu nyata, bukan hanya popularitas, akan banyak juga uang yang ngalir. Dan setelah drama yang kita peranin itu, Lo pikir gimana sifat para shipper gila itu? Lo pikir mereka akan berhenti ketika drama berakhir?

Pak Satya dan Pak Lamuel, mereka dapat keuntungan banyak dari perusahaan atas kegilaan para shipper. Ini baru kali pertama Lo Gavas, gue udah belasan kali diperlakukan kayak gini. Dan dengan cara begini juga agar gue bisa bertahan di industri ini.

Lagian kalau agensi gak ngasih pengumuman kayak gitu, apa Lo gak pernah nyangka bahwa karir Lo maupun gue akan redup? Seorang cewek keluar dari unit Lo, Lo pikir jari sialan netizen akan ngebela Lo gitu? Mereka akan percaya? Mending sekarang Lo lihat nilai positifnya Gavas, karir kita semakin bersinar."

Duta benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja gadis itu katakan, ternyata dia sama gilanya dengan semua orang. Kandis tidak ada bedanya, dia hanya mengharapkan popularitas dan uang tanpa memperhatikan bahwa ada orang yang ia sakiti atas tindakan sialannya itu.

"Lo bacot!"

★★★

Jihan terkejut ketika pintu unitnya dibuka, wajah Davu tersaji di sana. Jihan teringat pesan Dhiwa dan Katara tadi, sedikit waspada kepada pemuda itu, tapi ia lagi-lagi dikejutkan dengan Davu yang tiba-tiba saja masuk tanpa permisi ke unitnya.

"Jadi selama ini kamu tinggal di sini? Rapih, aku suka." Davu berbalik dan tersenyum.

Jihan hanya membalasnya dengan senyuman canggung. Meskipun Davu dulunya adalah orang yang sangat ia kagumi dua tahun lamanya, tapi ia secara perlahan telah menghilangkan rasa suka itu. Davu bahkan tidak ada diingatannya sekarang.

Tapi tadi untuk pertama kalinya ia dikejutkan dengan kehadiran Davu, pemuda itu mengajaknya mengobrol, juga menghiburnya. Meskipun Jihan tidak mempunyai pengalaman dalam hal cinta, tapi Jihan tentu bisa melihat bahwa gaya bicara Davu memanglah gaya bicara seorang buaya, apalagi Jihan sekarang berteman dengan Dhiwa, ia sedikit tahu tingkah pemuda itu.

Davu duduk di atas sofa tanpa disuruh, meletakkan plastik putih yang tadi ia bawa ke atas meja. Sepertinya kue, tapi bukan itu yang Jihan pedulikan.

Bagaimana caranya mengusir Davu dari unitnya?

"Kak, apa gapapa kakak ke sini? Kakak kan punya pacar," ujar Jihan hati-hati.

Pemuda itu tersenyum kecil, lalu menggeleng. "Kakak udah lama putus sama Jiji, dia egois banget, Kakak gak bisa sama cewek egois kayak gitu."

Tapi Jiji tidak terlihat seperti gadis egois, dia adalah kapten pemandu sorak fakultas kesenian, dia cukup ramah.

"Hmm Kak, kayaknya gak bagus deh kalau kita baru kenal langsung masuk ke Kondo kayak gini," ujar Jihan kembali.

Davu mengangkat sebelah alisnya. "Oh, jadi kamu mau kita pendekatan dulu?"

Jihan melotot. "Kak—"

"Haha, kakak bercanda." Davu menepuk sofa di sampingku menyuruh Jihan untuk duduk, tapi Jihan tak bergeming di tempatnya.

Davu menghela napas. "Kakak gak tahu apa aja yang udah kamu dengar tentang Kakak, tapi kamu harus tahu bahwa Kakak serius buat deketin kamu."

Mendengar itu Jihan tersenyum getir. Kata serius telah sering ia dengar, dan itu cukup menyakitkan ketika mengetahui hasilnya.

"Jihan, kakak tahu kamu dari waktu Maba udah suka sama Kakak. Kakak selalu perhatiin kamu tahu, Kakak nunggu kamu ngedekat, tapi kamu selalu menghindar ketika ketemu Kakak," ujar Davu membuat Jihan lagi-lagi terkejut.

Jadi selama ini Davu tahu tentang rasa sukanya kepada pria itu? Oh jangan bilang bahwa pemuda itu juga tahu tentang Jihan yang berdoa di pohon beringin keramat.

"Kakak juga tahu kalau kamu buat permohonan tentang kakak di pohon beringin belakang fakultas kesenian dulu."

Ah sialan!

Davu terkekeh. "Kamu lucu, Kakak suka. Maaf, selama ini kakak gak bisa balas perasaan kamu. Tapi sekarang permohonan kamu di pohon beringin itu telah terwujud, gimana kita resmikan hubungan ini?"

"A-Apa?"

Davu berdiri, berjalan mendekat pada Jihan.

"Jihan, sebagai awalan hubungan kita, gimana kalau Kakak tinggal di unit kamu juga?"

★★★

Watak Davu gak berlebihan, karena karakter dia terinspirasi dari pick me boy di kelas saya waktu kelas 11.

Young, Dumb, StupidDonde viven las historias. Descúbrelo ahora