Young, Dumb, Stupid- 27

1.1K 150 0
                                    

Makanan telah tersaji, semua orang bekerja sama untuk tiga hidangan ini. Sup kepiting, udang goreng dan ikan kuah kuning. Semua menjadi menyenangkan ketika proses memasak penuh dengan canda tawa.

Seperti tadi, Dhiwa melempar candaan tentang udang yang sangat garing. Udang yang melompat-lompat ketika digoreng, dan kuah kuning yang berubah menjadi kuah hijau di tangan Katara.

Dan sungguh, Jihan baru tahu kalau ternyata Katara sama sekali tidak bisa memasak. Tapi jika soal mematahkan tangan anak orang, berikan tugas itu kepada Katara. Entahlah, Jihan merasa jiwa Katara tertukar, tapi tertukar dengan siapa?

Semua orang sekarang menatap kepada Jihan, memberi isyarat melalui mata agar Jihan mencoba Ikan kuah kuning yang kuahnya berwarna hijau itu, buatan Katara. Sempat menolak, tapi Haruna mencubit pinggangnya yang mau tak mau Jihan mengambil hidangan itu.

"Kalau gak enak, jangan paksain Jihan, gue tahu kok—"

"Gak Katara, gue akan coba." Jihan menatap sungguh-sungguh pada gadis bertulang besi itu.

Semua orang benar-benar menatap Jihan ketika ia mulai menyendokkan ikan beserta kuahnya yang berwarna hijau itu ke dalam mulut. Ketika benda itu melewati tenggorokannya, Jihan memejamkan matanya seraya tersenyum. Menatap satu persatu dari semua orang di sana, lalu mengangguk.

"Enak kok, enak," ujarnya membuat semua orang bernapas lega.

Semua orang segera mengambil nasi dan lauk masing-masing, disaat itu juga Jihan meminum jusnya. Tersenyum menatap semua orang yang mulai menyendok makanan masing-masing ke mulut, ketika ikan itu telah dirasa oleh lidah, semuanya sontak terdiam, mencoba untuk tidak bersuara.

Tapi sialnya, seseorang di antara mereka berucap.

"Ini asin."

Terkutuk lah Aaron dengan mulut sialannya. Sekarang semua orang tengah menunggu reaksi yang akan dikeluarkan oleh Katara, tapi gadis itu hanya diam, tangannya bergerak mengasingkan ikan itu ketepi agar tidak dimakan oleh orang lagi. Jelas sekali ada raut sedih di sana.

Haruna menatap tajam Jihan karena telah berbohong, membuat gadis itu gelagapan sendiri.

"Sebenarnya enak kok, kalau garemnya dikurangin sedikit," ujar Jihan berniat memperbaiki suasana, tapi sepertinya Katara sudah tidak mempunyai hasrat untuk makanannya itu.

"Gue ngerti kok, Jihan. Habisin aja makanan kalian, habis ini kita akan main bulu tangkis." Setelahnya Katara beranjak dari sana membuat suasana semakin canggung.

"Ah Lo sih Ron." Dhiwa yang pertama beranjak menyusul Katara.

Aaron hanya menghela napasnya, menatap setiap wajah di meja makan itu. "Udah, gak usah dihiraukan. Bentar lagi Katara juga baik lagi, dia emang gitu." Setelahnya Aaron kembali memakan makanannya dengan santai.

Duta juga menghela napas melihatnya. "Emang paling bener Katara bertarung dari pada masak, gak usah dimasukin ke hati, Katara tau kok dia bego urusan masak."

★★★

Bermain bulutangkis. Siapa memangnya yang tidak bisa melakukan permainan yang satu ini? Olahraga asal India dengan nama Poona itu tidak terlalu sulit dalam memainkan, bahkan Indonesia diakui sebagai salah satu negara terhebat di dunia dalam bidang olahraga ini.

Sekarang semuanya telah berkumpul di tepi pantai, suasana sore di dekat lautan luas benar-benar indah. Dan ya, mengenai Katara tadi, benar, dia seperti telah melupakan semua yang terjadi di meja makan tadi.

Tim telah dibagi, Katara bersama Dhiwa dan Jihan bersama Duta. Sedangkan empat lainnya, mereka menunggu giliran bermain.

Tapi Jihan harus menyesal karena mendapat rekan seperti Duta. Sialan, kenapa olahraga semudah bulutangkis, pemuda itu harus payah dalam melakukannya? Sedari tadi ia selalu membuat kesalahan yang membuat tim lawan mendapat lebih banyak poin dibanding mereka.

"TANGKIS DUTA!"

"DUTA TANGKIS!"

"FOKUS DUTA!"

"SIALAN DUTA, LIAT KE DEPAN!"

Duta sendiri juga pusing dengan teriakan-teriakan Jihan itu. Menatap Kok yang melayang di atasnya saja membuat Duta kebingungan, apalagi ia harus dihadapkan dengan suara keras Jihan yang sedari tadi memarahinya.

Serius, bukan tanpa alasan ia memilih Sepak Bola dibandingkan olahraga yang lain.

"Gue pemain bola Jihan, bukan atlet bulu tangkis!" kesal Duta.

Sedangkan orang yang melihatnya di luar pertandingan benar-benar tertawa. Mungkin beginilah jadinya jika pemain bola disuruh bermain di luar kemampuannya.

Permainan berakhir dengan kemenangan telak diraih oleh Katara dan Dhiwa. Jihan melempar raketnya ke pasir saking kesalnya dengan rekannya itu.

"Gimana bisa nangkis bulu aja Lo gak bisa, ngoper bola keliling lapangan aja Lo kuat!" kesalnya membuat Duta hanya menghela napas pasrah.

"Setiap orang punya kemampuannya masing-masing, Lo gak bisa ngehakimi gue kayak gini. Coba ganti permainannya sama sepak bola, gue yakin kita menang!" ujarnya menggebu-gebu.

Jihan hanya memutar bola matanya malas. "Main aja Lo sama penjaga pantai sono."

★★★

Malam semakin larut. Kelima gadis itu baru saja memasuki penginapan setelah puas bermain di pantai. Bukan hanya bulu tangkis, ternyata Duta mengumpulkan para penjaga pantai dan menantang mereka bermain sepak bola.

Jihan akui pemuda itu benar-benar gila, karena setelahnya, nama Duta benar-benar keluar sebagai juara.

Selain bermain sepak bola, mereka semua juga menyempatkan pergi ke cafe yang terletak di dekat pantai, memesan minuman dan bernyanyi bersama pengunjung lainnya. Bahkan Dhiwa menyempatkan menggoda beberapa turis asing di sana, memang buaya darat.

"Haru, Lo punya masker wajah gak?" Rani tiba-tiba bertanya membuat keempatnya menoleh.

Haruna menggeleng. "Gak bawa gue, mana juga butuh. Kalian bawa gak guys?" Gadis itu bertanya kepada Jihan, Tia dan Katara.

Jihan menggeleng, Tia pun menggeleng, sekarang tinggal Katara. Katara menghela napas dan mengeluarkan sesuatu dari tas-nya.

"Bedak beras mau? Tapi cuma dua," ujarnya membuat semua orang menghela napas.

Haruna menggeleng. "Oh ya, kenapa gak minta Duta aja? Dia pasti punya kan?"

Mendengar itu Rani dan Tia mengernyit.

"Emangnya Duta punya? Dia cowok lho," ujar Tia.

"Ya jelas punya lah, Duta kan calon—hmpph!" Dengan cepat mulut lebar Haruna langsung dibekap oleh Jihan.

Jihan dan Katara benar-benar melotot kesal pada Haruna. Tinggal beberapa kata lagi, identitas Duta sebagai trainee akan terbongkar olehnya. Dasar sialan Haruna.

Sedangkan yang ditatap seperti itu hanya terkekeh, tidak bermaksud membocorkan tentang Duta kepada Rani dan Tia, Haruna benar-benar tidak mengingat itu.

"Sorry," ujarnya dengan gerak bibir, lalu Haruna menoleh pada Rani dan Tia.

"Iya juga ya, gak mungkin Duta yang cowok punya masker wajah, yaudah lah kita tidur aja, besok kita harus kerja. Habis itu pulang dan bisa maskeran lagi, jangan lupa sekolah yang ngundang Atlas sebagai pengisi acara festival musim panas!"

Haruna menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang.

"AAA ATLAS, TUNGGU GUE!"

Young, Dumb, StupidDonde viven las historias. Descúbrelo ahora