Young, Dumb, Stupid- 31

1.1K 128 6
                                    

Terhitung tiga bulan sudah Duta dikenal sebagai Gavaska, pemuda itu benar-benar menjelma menjadi idola yang sangat digemari anak-anak muda. Warna suara juga konsep musiknya berhasil memikat hati mereka.

Benar, Gavaska memiliki basis penggemar yang besar. Dikenal sebagai idola pendatang baru yang bernaung di bawah HNH Entertainment juga sekaligus membuatnya dikenal sebagai adik dari Atlas membuat popularitasnya kian naik.

Sebagai seseorang yang telah menemani Duta di masa-masa sulitnya, Jihan benar-benar bangga kepada pemuda itu karena berhasil mencapai mimpinya. Tapi itu juga berdampak pada ruang pertemuan mereka. Kalau dulu mereka bisa leluasa bertemu satu sama lain, sekarang semuanya menjadi sedikit sulit.

Semua orang mengenal siapa itu Gavaska, bahkan para penggemar dan penguntit mengikuti Duta sampai ke Kondominiumnya. Jika seseorang melihat Duta memasuki unit Jihan, itu akan berdampak buruk pada karirnya.

Mereka hanya bertemu beberapa kali, itupun karena Duta sengaja menjadwalkan pertemuan mereka. Entahlah, Jihan sebenarnya juga tidak masalah jika Duta tidak menemuinya yang terkadang hanya sekadar teman bercerita biasa. Tapi Duta benar-benar keras kepala, pemuda itu bilang, ia akan lemas jika tidak bertemu dengan Jihan selama seminggu.

Perlakuan Duta sekarang juga semakin intens, bukan hanya sekedar menganggu, Duta menjadi sedikit romantis sekarang. Jihan tahu pemuda itu menginginkan hubungan lebih, tapi hatinya sendiri yang belum yakin dengan hal itu. Bukan karena Jihan tidak memiliki rasa yang sama dengan Duta, sejujurnya Jihan pun juga merasakan hal itu. Tapi ketika kembali mengingat siapa Duta sekarang, rasanya ia benar-benar tidak percaya dengan perasaannya sendiri.

Pintu unitnya tiba-tiba dibuka membuat Jihan menoleh, ia sudah hafal siapa yang akan bertamu pada hari ini.

Pemuda dengan pakaian serba hitam, topi dan masker yang menutupi keseluruhan wajahnya muncul dari balik pintu. Jihan melihat di tangan pemuda itu terdapat sebuah kotak makanan.

Duta melepaskan topi dan maskernya menampilkan senyum menawannya kepada Jihan.

"Lo bilang habis jumpa penggemar, Lo gak harus nemuin gue, istirahat aja dulu," ujar Jihan menatap pemuda itu jengkel.

Duta hanya membalasnya dengan kekehan lalu mengambil duduk di sebelah Jihan.

"Gue kangen Lo. Udah sih, gue juga udah di sini. Pengen melepas penat dulu," ujarnya lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa.

Jihan menghela napas, ia tahu Duta benar-benar sangat letih sekarang terlihat jelas dari wajahnya yang kelelahan. Mau tak mau Jihan biarkan saja karena ya, terlanjur juga karena pemuda itu telah berada di unitnya. Jihan mengambil kotak kue yang di bawa Duta tadi dan membawanya ke pantry.

"Gimana acara Lo tadi?"

"Lancar, tadi banyak yang godain gue bilang ganteng." Duta tersenyum sendiri ketika mengingat godaan demi godaan yang dilontarkan oleh penggemarnya itu.

"Ya karena mereka buta aja, orang jelek kayak gini dibilang ganteng." Jihan kembali dari pantry dengan piring berisi kue kering.

Duta terkekeh. "Kayaknya gue jelek cuma di mata Lo doang deh. Tapi tenang, Lo juga jelek kok di mata gue, makanya gue cinta."

Mendengar itu Jihan hanya mampu mengulum senyum kesal, mengambil satu kue kering dan langsung menyumpalnya ke dalam mulut Duta.

Meskipun dimasukkan dengan paksa, tapi Duta tetap memakannya dengan senang hati.

"Jihan, tadi masa ada yang ngajakin gue nikah."

"Yaudah nikah aja," balas gadis itu santai.

Duta merengut. "Mana bisa, gue nikah cuma sama Lo."

Jihan memutar bola matanya malas. "Ya terserah congor Lo aja deh, gue udah capek."

Duta terkekeh. "Kalau Lo capek, ingetin gue ya, nanti gue pijitin."

"Alah, Lo aja capek minta pijitinnya sama gue." Jihan berujar kesal.

"Yaudah sekarang pijitin gih." Duta menampilkan senyum terbaiknya.

"Lo benar-benar ya Duta." Jihan menghela napas lelah, mau tak mau ia harus memijit pria itu.

"Kenapa Lo gak sewa tukang pijit aja sih?"

"Lo sekalian latihan jadi istri yang baik."

Jihan mengerang kesal ketika mendapat jawaban seperti itu. "Lo gue tendang ya Duta."

Duta tertawa, setelah itu keduanya sama-sama terdiam. Jihan memijit pundak pemuda itu dengan setengah hati sembari menggulir layar ponselnya di sosial media. Duta juga sama, pemuda itu juga tengah melihat-lihat berita tentang acara jumpa fans-nya tadi.

Notifikasi dari sebuah akun gosip terkenal membuat ponsel keduanya kompak berbunyi. Jihan menghentikan tangannya yang memijit Duta dan fokus melihat berita apa itu, begitupun dengan pemuda di depannya.

[Berita panas, Idola pendatang baru Gavaska dituduh melakukan aksi bullying semasa sekolah, beredar fotonya yang diduga tengah membully seorang siswa berkebutuhan khusus. Hingga kini belum ada konfirmasi dari agensi tentang tuduhan yang menyeret nama artisnya ini.]

[Gavaska membully teman sekelasnya, pernyataan dari salah satu op yang juga satu kelas dengan Gavaska sewaktu SMP menyatakan bahwa itu benar.]

[Dikatakan siswa yang dibully oleh Gavaska merupakan anak berkebutuhan khusus, sang idol sering mengolok-olok kekurangan dari temannya itu. Bahkan dari informasi yang beredar, anak itu sekarang mengalami trauma atas perbuatan Gavaska.]

Jihan menutup mulutnya ketika membaca berita sialan yang tiba-tiba saja muncul ini. Ia melirik ke arah Duta, pemuda itu dengan tangan bergetar menggenggam erat ponselnya.

Jihan segera mengambil ponsel tersebut dari tangannya mencegah Duta membaca lebih banyak, Jihan menggenggam tangannya. Duta menatap gadis itu cemas.

"G-Gue gak ngebully, itu fitnah. Gue gak ngelakuin itu," ujarnya terbata-bata.

Tubuhnya berkeringat dingin ketika membaca tuduhan jahat tentangnya, bahkan ketika membaca kolom komentar, semuanya penuh dengan komentar jahat yang menggetarkan mentalnya.

Ia panik, cemas, Duta tidak melakukan itu. Duta tidak pernah melakukannya, kenapa seseorang tega menuduhnya dengan keji seperti ini? Duta tidak pernah membully, foto siswa yang beredar di jagat maya itu, bahkan Duta yang telah menolongnya dari aksi perundungan itu sendiri.

Ponsel Duta yang berada di genggaman Jihan bergetar, panggilan dari managernya. Jihan cemas memberikan itu kepada Duta, tapi pemuda itu segera mengambilnya.

Setelah menerima panggilan yang sebentar, Duta menatap Jihan dengan serius, ia menggenggam tangan gadis itu.

"Jihan, Lo percaya kan sama gue? Gue gak pernah membully orang," ujarnya cemas yang diangguki sungguh-sungguh oleh Jihan.

Tentu saja gadis itu percaya Duta tidak melakukan itu, karena Duta berada di masa-masa terburuknya ketika itu. Kakaknya baru saja meninggal, suatu hal yang mustahil untuk Duta berbuat jahat kepada orang lain ketika pemuda itu bahkan tidak memikirkan dirinya sendiri ketika menolong orang lain.

"Gue percaya sama Lo, Duta."

"Makasih udah percaya sama gue, gue akan kembali, gue janji akan membereskan semua ini secepatnya." Duta segera menyambar topi dan maskernya kembali.

Jihan menatapnya cemas. "Duta, Lo gapapa kan?"

Meskipun orang bodoh pun tahu bahwa pemuda itu tengah bergetar, tapi Jihan tetap mencoba membuat Duta merasa lebih baik. Duta memaksakan senyumannya dan mengangguk.

"Semuanya akan baik-baik aja, Jihan."

Lalu tubuh pemuda itu menghilang dari balik pintu unit yang telah tertutup, meninggalkan Jihan dengan perasaan cemas itu.

Ponselnya berdering, itu panggilan dari Haruna. Maka tanpa pikir panjang Jihan mengangkatnya.

[Jihan, kita harus bicara.]

Young, Dumb, StupidWhere stories live. Discover now