Jihan menendang kerikil di depannya, ia masih memikirkan tentang ucapan Jiji beberapa waktu lalu. Selain tentang fakta bahwa Duta mengenal Jiji, sesuatu yang lebih mengejutkan adalah Lamuel yang merupakan paman dari Davu.
Itu berarti, mereka berdua memang ditargetkan. Dari awal, Lamuel memang telah menatap tak suka pada Jihan, entah apa yang salah padanya sampai-sampai Lamuel sebegitu tidak sukanya pada Jihan.
Dan Davu, awalnya Jihan masih menatap pemuda itu baik, tapi setelah semua yang ia lakukan dan fakta yang tak terduga itu, ia sedikit ilfeel dengan seniornya itu. Sekarang Jihan benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan, kalau di sini ada Haruna, mungkin ia bisa berbagi sedikit, Haruna sangat bersemangat ketika membahas cocok logi. Tapi sayangnya gadis itu sibuk dengan neneknya yang baru berkunjung.
Harusnya Jihan tidak meragukan bahwa Haruna adalah anak yang sangat manja kepada neneknya, gadis itu adalah anak tunggal tentu saja.
Jihan sekarang tengah berada di taman, meskipun tidak bersama Haruna, tapi ia benar-benar butuh healing sekarang. Melihat hijaunya taman dengan anak-anak yang bermain balon membuatnya sedikit lebih baik.
Ia mengedarkan pandangannya ketika mendengar sebuah suara yang sudah lama tidak ia dengar lagi, itu ... suara khas dari penjual es krim yang dibungkus kertas kado. Es tung tung.
Matanya seketika berbinar ketika menemukan dari mana suara itu berasal, tanpa menunggu apapun lagi, Jihan segera menghampiri pedagang es krim.
"Pak, satu ya!" Jihan menunjukkan satu jarinya yang diangguki oleh penjual itu.
Tapi sepertinya, bukan hanya Jihan saja yang ingin membeli es krim yang telah lama tidak terlihat itu, sekarang anak-anak telah berbondong-bondong menyerbu sang penjual es krim.
"Kakak cantik, aku juga mau dong es krimnya!"
"Iya kakak cantik, aku juga!"
"Aku juga kakak cantik!"
"Kakak cantik, aku mau rasa coklat!"
"Mau dua kakak cantik!"
Anak-anak itu mengguncang-guncangkan tubuh Jihan membuat gadis itu tertawa—miris. Bukan Jihan pelit, ia akan membelikan anak-anak itu es krim, hanya saja ia kasihan dengan dompetnya.
"Anak-anak, ambil aja semuanya, biar kakak yang bayar."
Ketika Jihan akan mengambil es krimnya, seseorang di belakang mengejutkannya.
Tangannya yang meremat tangkai es krim semakin kuat, di sana Davu tepat berdiri di belakangnya, memamerkan senyuman memuakkannya itu.
Ah jangan katakan ini sebuah kebetulan, karena Jihan sangat tahu bahwa pemuda itu pasti mengikutinya.
Teriakan kesenangan anak-anak karena ditraktir es krim membuat Jihan tersadar, ia segera menyingkir dari sana, tidak menghiraukan Davu dan kembali ke tempatnya duduk tadi.
Tapi sayangnya, Davu mengikuti gadis itu di belakang. Jihan menggeram, ia berbalik menatap pemuda itu tajam. Kenapa di mana-mana pemuda ini selama mengikutinya? Tidak tahu kan Davu bahwa Jihan sedang butuh waktu sendiri?!
"Kak, jujur aja kak, kenapa kakak selalu ngikutin saya? Maaf banget, tapi saya risih kak." Akhirnya kalimat itu dikeluarkan Jihan pada akhirnya.
Davu mengangkat sebelah alisnya. "Kakak gak ngikutin kamu, suatu kebetulan kita ketemu di sini. Mungkin ini takdir?"
Takdir sialan macam apa yang dikatakan pemuda ini? Omong kosong!
"Kak, maaf banget, tapi bisa gak kakak ninggalin saya? Saya lagi butuh waktu sendiri," ujar Jihan penuh permohonan.
![](https://img.wattpad.com/cover/337348734-288-k255698.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young, Dumb, Stupid
Teen FictionPatah hati karena Crush-nya jadian, Jihan berdoa di pohon keramat belakang fakultas kesenian atas usul dari sang sahabat. Tapi bukannya sang Crush yang terjerat, seseorang yang tak terduga malah memergoki aksi bodohnya tersebut. "Awas Lo ya, gue ta...