Young, Dumb, Stupid- 15

1.4K 167 1
                                    

"Habis ini kalian mau ke mana?"

Jihan dan Haruna yang tengah merapihkan buku-buku mereka menoleh kepada Algis yang baru saja berbicara kepada mereka.

Jihan menatap pada Haruna, tatapan yang berbunyi apakah temannya itu punya jadwal lagi setelah ini? Bertemu dengan Atlas atau menunggu grup idola itu keluar dari agensi, mungkin?

Haruna menggeleng. "Hari ini gue free, gak ada kegiatan fandom."

"Gue juga bebas. Kenapa emangnya?" Jihan bertanya kepada Algis.

"Mau nonton final anak teknik sama sama anak kesenian gak? Kita butuh banyak suporter," jawab Algis.

Jihan tampak berpikir sejenak, pertandingan bola yang diadakan universitas antar fakultas itu hari ini memasuki final untuk menentukan pemenang akhir. Sebenarnya Jihan tidak masalah menonton sepak bola, hanya saja ia mudah bosan ketika melihat para pemain mengoper-oper benda bulat itu.

"Kayaknya gapapa deh Han. Ini pertama kalinya juga buat gue nonton fakultas teknik sama kesenian tanding." Setelah mengatakan itu Haruna menoleh kepada Algis. "Hmm, gue gak bawa papan dukungan atau—"

"Gak usah." Algis tersenyum seraya mengeluarkan tiga buah papan yang telah dihias sedemikian rupa. Di sana tertulis jelas nama Kino yang entah siapa itu.

"Siapa Kino?" tanya Jihan.

Algis tersenyum malu lalu menepuk dadanya bangga. "My Ayang."

Jihan dan Haruna yang melihat itu hanya mengangguk-angguk seolah paham, entah di dalam hati mereka sekarang tengah tertawa geli melihat gadis ini habis-habisan mendukung sang kekasih.

Jihan dan Haruna mengambil papan itu, sangat aesthetic sebenarnya dengan wajah hijau yang bercahaya. Akhirnya ketiganya berjalan ke lapangan sepak bola, sudah banyak mahasiswa yang duduk di kursi penonton.

Jihan dan Haruna cukup terkejut karena semua suporter fakultas teknik memakai benda-benda bernuansa hijau neon, sedangkan di ujung sana, mahasiswa fakultas kesenian memakai atribut serba pink.

Jihan menoleh ke samping ketika merasakan seseorang duduk di sampingnya. Sedikit terkejut ketika tahu bahwa itu adalah Katara, Dhiwa dan pemuda yang Jihan ketahui bernama Aaron. Katara hanya diam menatap ke depan ketika Jihan menoleh ke arahnya, Jihan melihat di tangan gadis itu terdapat lighstick berwarna hijau neon.

Dhiwa di samping Katara tersenyum kepada Jihan. "Hai Jihan! Ketemu lagi kita."

Jihan hanya membalas sapaan Dhiwa dengan canggung, karena di antara mereka bertiga, hanya Dhiwa yang menoleh dan menyapanya. Hingga Haruna yang berada di samping menarik Jihan agar menoleh kepada gadis itu.

"Lo kok gak bilang kalau deket sama Dhiwa?" bisik Haruna sembari menatap pemuda yang tengah mereka bicarakan dengan was-was.

Jihan menggeleng. "Gue juga gak tau, tiba-tiba aja dia tau nama gue."

Haruna mendengus. "Ini pasti karena Duta yang cerita tentang Lo sama mereka."

Sesungguhnya Jihan juga tidak tahu, dari mana Dhiwa tahu namanya. Apa benar Duta menceritakan tentangnya kepada mereka atau mungkin ...

Jihan menatap Katara yang sedari tadi hanya diam, ia mengangguk membenarkan opini yang ia buat di pikirannya. Mungkin Katara yang memberitahu namanya, apalagi waktu itu ia berselisih dengan Duta di kantin. Pasti karena itu mereka mengetahui namanya.

Dan Jihan juga yakin kalau Katara mengenalnya, meskipun gadis itu sangat terkenal di penjuru fakultas teknik, mereka pernah berada di tim yang sama saat Ospek. Ia dan Katara dulu juga pernah menolong teman mereka yang lain ketika hampir dilecehkan oleh panitia Ospek. Masih jelas diingatkan Jihan ketika Katara membanting Kakak tingkat itu hingga tulangnya patah.

Young, Dumb, StupidWhere stories live. Discover now