part 10 [day 10]

1.8K 155 25
                                    

Saat sampai di depan rumahnya, pemuda itu langsung keluar dengan cepat tanpa mempedulikan Chris, sekarang pikirannya sangat kacau membayangkan semua yang terjadi hari ini.

Sedangkan Chris hanya diam menatap kepergian Leo, seberapa banyak pun ia berusaha membantu pasti nantinya malah akan membuat Leo menolaknya, ia membiarkan submisif itu memberi waktu sendiri bagi kekasihnya.

"Tuan?"

Wasy menatap Tuan mudanya itu dari pantulan kaca mobil, ia mengerti pasti semua ini tak mudah untuk mereka berdua namun jika dirinya mengatakan hal yang sebenarnya pada Leo, pasti Tuan mudanya tak akan menyukai semua itu, sehingga sekarang yang hanya bisa ia lakukan hanyalah berpura-pura tuli dan buta.

Jika Wasy berani ia ingin sekali mengatakan jika Tuannya itu bodoh, namun sekali lagi ia tak bisa melakukan hal di luar batasnya, Chris sudah memutuskan segalanya, cinta memang racun yang mematikan.

"Tuan, bisa kita pulang sekarang? Saya takut Tuan besar dan juga nyonya tahu kita tak berada dirumah sekarang, itu pasti akan membuat mereka khawatir," ujar Wasy, ia memecah keheningan yang tercipta sedari tadi.

Chris tersentak saat mendengar suara Wasy, pikirannya di paksa untuk kembali ke kenyataan, Chris meremat celananya, ia khawatir dengan hubungan ia dan Leo untuk ke depannya.

"Mari kita pulang, aku tak mau papa sampai tahu kita berada diluar sekarang," ucap Chris, ia melirik rumah Leo sebentar, sebelum mobil yang ia tumpangi melaju meninggalkan pekarangan si manis.

**

Chris berjalan masuk ke dalam kamar miliknya dengan langkah gontai, ia masih sibuk menyalahkan dirinya sendiri dengan semua yang terjadi sekarang. Andai ia datang lebih awal sudah pasti semua ini tak akan pernah terjadi bukan? Kenapa dirinya harus hanya diam dirumah malam tadi.

Ini semua kesalahannya sendiri, kesalahan yang tak akan mungkin bisa ia maafkan. Ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri untuk kejadian ini semua, harusnya ia sadar jangankan untuk menjaga sang kekasih menjaga diri sendiri saja ia tak bisa, selemah itu dirinya sehingga tidak bisa melakukan hal apapun untuk menjaga miliknya sendiri.

Chris duduk ditepian ranjang, ia merogoh ponsel di sakunya, ia menatap foto Leo yang tengah tersenyum, sengaja Chris ambil saat mereka tengah berada ditaman waktu itu, senyuman yang mampu membuat ia tenang, senyuman yang berhasil membuat dirinya jatuh hati sampai kejurang yang paling dalam. Tangannya mengepal ia sangat ingin menghabisi dominan sialan yang menghancurkan miliknya, ia yang kekasih Leo saja belum pernah melakukan hal itu, namun dengan sialnya dominan cabul itu menyentuh Leo.

Jika sampai ia menemukan pria mesum itu, ia bersumpah atas dirinya, ia akan membalaskan setiap tetes demi tetes air mata Leo.

Chris menutup kedua matanya untuk menghilangkan rasa sakit yang terasa sangat menyakitkan didalam hatinya, seakan-akan sebilah pisau menancap di dadanya sampai membuat goresan panjang.

Bayangan akan tubuh Leo yang tak berdaya berputar di dalam pikirannya seperti kaset rusak, suara tangis piluakan kekecewaan mampu membuat api penuh dendam semakin mengobar dalam hatinya, kedua tangan mengepal, kedua bola mata hitam kelam itu memerah saat terbuka, kentara menahan segala amarah yang menjadi satu.

"Maaf," gumam Chris. "Aku akan membayar setiap tetes air mata yang jatuh itu," ucapnya.

**

Dersik semelir angin menjadi teman Leo dalam lamunannya, menikmati angin malam yang menusuk setiap pori-porinya.

Kedua mata itu sembab saking terus mengeluarkan tangis bukti sesak dalam dada, kedua tangannya meremat sisi pagar rumah yang menjadi balkon.

Mulai saat ini ia akan membalas Chris, ia tak akan merasa kasihan lagi karena telah menipunya. Leo akan memanfaatkan keadaan ini, membuat dominan itu tunduk di bawah kakinya.

Harga dirinya terasa di injak-injak, ia benci mengakui jika tubuhnya sudah dipakai oleh Chris, membayangkan wajah tegas milik Chris membuatnya muak, ingin sekali ia mengacak wajah itu membuatnya tak mulus lagi.

"Aku tak akan diam saja Chris, aku akan menjalani hubungan palsu ini sampai kau tunduk di bawah kakiku," ucap Leo, matanya memandang lurus pada langit gelap tanpa bintang.

Ponselnya terus bergetar namun tak Leo hiraukan, ia tak peduli dengan orang yang menghubunginya, ia tahu itu pasti dari Chris.

Leo masih ingin menikmati dersik yang membuatnya tenang, namun lama-kelamaan ia juga pusing dengan ponselnya yang terus bergetar di saku celana.

"Hallo." Leo menempelkan ponselnya di daun telinga.

"Le, jangan lupa untuk makan,"

Suara lembut itu mengalun bak siluman yang tengah memperdaya mangsanya.

"Le, kumohon jangan berpikir terlalu keras. Aku yang akan menanggung segalanya. Aku tak akan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini."

Leo tak peduli dengan segala ucapan manis Chris, tanpa perasaan ia memutuskan sambungan telepon.

"Bedebah sialan, kau membuatku muak!" Leo meneriaki ponselnya.

Napasnya memburu, kedua tangannya mengepal andai jika Chris tengah di hadadapannya saat ini, ia akan menghajar tampang menjijkan itu.

Sedangkan di tempat lain dominan yang tengah dimaki oleh si manis sedang dihadapkan dengan banyak pertanyaan dari kedua orang tuanya, setelah panggilannya terputus.

Chris hanya diam menunduk, saat Luna mencercanya dengan segala pertanyaan yang terus berputar di pertanyaan yang sama sedari tadi.

"Jawab pertanyaan mama, kamu melakukannya pada Leo?"

Chris mendongak ia mengangguk mantap, seakan meyakinkan kebohongan itu agar tak ada cela untuk Luna curiga padanya.

"Kenapa?" Luna berucap sendu, "mengapa kamu melakukan itu Chris?"

"Maafkan aku ma, aku benar-benar tak berpikir dulu sebelum melakukannya. Maaf sudah membuat kalian kecewa, aku akan bertanggung jawab dengan perbuatan ku saat ini," ucap Chris.

Mahardika mengehembuskan napasnya, ia memijat pangkal hidungnnya, baru saja kebebasan itu ia berikan pada si bungsu namun malah dipergunakan dengan tak baik.

"Leo marah padaku, dan aku sangat merasa bersalah, sampai kapan pun aku tak akan meninggalkannya," ucap Chris berhasil membuat Mahardika mendengus saat mendengarnya.

"Berhentilah menjadi bodoh, dia tak menyukaimu. Jika dia benar memberi hatinya padamu dia tak akan semarah itu Chris, oh demi Tuhan ... aku dan mama mu melihat dia berkencan dengan seorang gadis." Mahardika berucap tegas, ucapannya tak mau dibantah.

"Tapi aku sudah melakukan hal yang tak senonoh pa," ucap Chris.

"Uruslah putramu ini, katakan padanya dia dibodohi dan juga sudah diracuni." Mahardika melangkah pergi, ia muak dengan putranya yang selalu berbuat baik dengan segala hal, ia tak suka saat Chris terpedaya, apalagi sampai menanggung sesuatu yang tak harus ia tanggung.

Chris putranya, ia sangat tahu sifat si bungsu. Orang tua mana yang tak akan tahu saat anaknya berbohong, sangat terbaca dari segala tutur kata Chris.

"Sekali saja, pikirkan dirimu sendiri Chris. Tak selamanya kamu akan kuat, semua ada batasannya. Leo bukan pilihan yang baik, aku percaya dengan pilihanmu namun semuanya lenyap saat aku tahu semua tentang kekasihmu itu," ujar Luna, mengalihkan atensi Chris dari kepergian papanya.

________

TBC ....

DAY 10, hufttt .... apa kabar, kalian baik 'kan?

Regret ( Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang