part 12 [day 12]

1.3K 148 31
                                    

Hari ini terasa sama saja seperti malam kemarin dimana dirinya terus saja diabaikan oleh kekasihnya. Hanya di cafe tadi saja ia bisa berbincang dengan Leo, karena setelah mereka berada di dalam mobil kekasih hatinya itu terus saja menatap ke arah luar jendela tanpa ada niatan sedikitpun untuk menatap dirinya, bahkan saat sampai rumah ia langsung pergi tanpa mengucapkan kata terima kasih.

Chris masih bingung bagaimana cara menarik kembali si manis ke dalam pelukannya, jika sudah seperti ini, Leo sudah sangat membenci dirinya sehingga untuk bertemu saja mungkin Leo tak ingin. Chris sudah melakukan apa yang ia bisa untuk kembali mendapatkan Leo mulai dari menunggu si manis selesai bekerja namun tidak ada hasil apapun yang ia dapatkan selain hanya sikap cuek yang kekasihnya itu berikan.

Hembusan napas cukup berat Chris keluarkan karena sekarang lagi dan lagi ia tak bisa tidur karena memikirkan Leo terus-menerus sejak pulang tadi, perasaannya terasa sangat hambar saat tak merasakan kehangatan yang selalu si manis berikan untuk dirinya sampai rasanya sangat kosong. Kisah cintanya sudah seperti Balada cinta dramatis, benar-benar Balada yang menyedihkan.

"Cara apa lagi yang harusku lakukan agar bisa mendapatkan kamu kembali, rasanya sesak," ucap Chris lirih, sarat akan sakit hati karena luka yang menganga besar.

Rasanya sangat menyesakan saat harus merasakan sendiri bagaimana kekasih yang sudah sangat ia cintai, mengabaikan dirinya begitu saja tanpa mendengar penjelasan apapun.

Rasanya untuk mengatakan semua yang terjadi malam itu pun percuma karena sudah pasti Leo tak akan mempercayai itu, bahkan mungkin saja si manis akan bertambah membenci dirinya karena ia sudah berbohong dengan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang telah ia lakukan.

Chris menutup kedua matanya ia benar-benar lelah, biarlah semua mengalir semestinya.

*

Leo menatap ketiga temannya yang tiba-tiba datang ke rumah, padahal sekarang sudah sangat larut tapi ketiga temannya itu tetap memaksa untuk masuk dengan alasan mereka ingin bercerita tentang bagaimana pengalaman mereka saat pertama kali bekerja tadi siang.

"Kalian memang tak punya rasa malu sedikitpun ya, bisa-bisa nya malam-malam seperti ini kalian datang ke rumahku," ujar Leo ia menatap malas ke arah teman-temannya yang tengah memakan, makanan yang mereka bawa sendiri.

"Ayolah Le, kau kenapa sekarang sangat cerewet seperti ini? Biasanya kau pasti akan merasa senang saat kami datang berkunjung tapi sekarang kenapa kau merasa keberatan untuk itu semua?" Ujar Arep, merasa heran sendiri dengan perubahan sikap Leo

Leo mendengus saat mendapat pertanyaan seperti itu, kenapa teman-temannya selalu tak mengerti apa yang ia rasakan? Seharusnya mereka tahu jika sekarang ia tak ingin diganggu karena ingin mencari ketenangan tapi ketiga temannya malah memaksa untuk berkunjung.

"Kau tahu tadi siang ada kekasihmu datang ke cafe tempat kita kerja, sepertinya dia sengaja datang untuk melihatmu secara langsung Le," ujar Zamni saat mengingat jika Chris sempat datang ke cafe tempat mereka kerja tadi siang.

"Berhenti menyebutnya kekasihku karena kalian tahu sendiri jika aku tak serius melakukan semua itu, lagi pula sekarang aku tidak ada niatan untuk dekat dengan pria brengsek itu lagi dalam waktu dekat ini," jelas Leo agar temannya berhenti membahas pria yang sangat ia benci itu.

Walaupun rasa ingin membalas rasa sakit yang ia rasakan jauh lebih besar tapi tetap saja rasa benci sering kali mendominasi membuat Leo sedikit kesulitan untuk kembali dekat dengan Chris untuk dalam waktu dekat ini.

"Maksudnya kamu mau berhenti deketin dia lagi? Bagus deh biar kau tidak terlalu kesulitan lagi untuk kedepan nya, lagi pula kita sudah punya pekerjaan sekarang jadi itu semua tak kita butuhkan lagi," ujar Jani yang cukup merasa senang karena teman nya itu mau melepas tantangan yang mereka buat untuk kepentingan nya sendiri.

Membuat Leo terdiam karena ia memang tak menceritakan masalah yang terjadi dengan diri nya serta Chris malam itu pada ketiga temannya jadi pantas saja sekarang temannya itu terlihat senang saat ia melakukan semua ini.

Mereka tidak tahu saja jika dirinya sudah dilecehkan oleh pria yang sering ia anggap polos itu, jika sampai mereka tahu entah apa yang akan mereka berbuat tapi Leo tak ingin sampai membawa teman-temannya untuk masalah ini karena ia akan menyelesaikan sendiri masalah yang ada yaitu dengan membalas semua nya.

"Dengar ini, aku tak akan berhenti sampai pria itu miskin," ucap Leo, matanya penuh rasa semangat ingin menjatuhkan Chris.

Jani mengerutkan keningnya tak mengerti, dari awal ia sudah tak suka dengan permainan sialan ini, apa Leo menyembunyikan sesuatu sampai ber ambisi menjatuhkan pria itu.

"Kau ada masalah dengannya?" tanya Jani langsung.

Leo menggulir matanya menatap Jani, ia menggeleng pelan tak mau memberi tahu yang sebenarnya.

"Le, lebih baik kita hentikan saja permainan konyol ini, aku setuju dengan saran Jani tempo hari," ucap Zamni menimpali. "Lagipula tantangan ini harusnya selesai saat dia hanya menerima pernyataanmu, kau tak perlu menguras hartanya," lanjutnya.

Leo mendengus tak suka, "Ini bukan tentang tantangan dari kalian, aku merencankan ini agar cepat kaya." Leo berkata tegas, tak ingin dibantah sama sekali.

Zamni dan Jani hanya bisa mengangguk lesu, temannya sudah buta karena uang, lain dengan Arep yang tak peduli dengan keputusan Leo akan berakibat seperti apa, ia hanya mendukung apapun keputusan Leo.

Tak ada lagi perbincangan yang berarti, mereka kembali becanda seperti biasanya melupakan pembahasan yang lumayan sensitif itu.

Mereka sampai melupakan waktu, ini sudah pukul tiga dini hari. Malam terasa singkat saat ini, Leo membiarkan teman-temannya terlelap di ruang tamu sedangkan ia pergi ke kamar untuk sekedar merebahkan tubuhnya.

Ia melirik ponsel diatas nakas lalu mengambilnya, ada beberapa pesan masuk dan empat belas panggilan tak terjawab dari Chris.

Leo tersenyum nanar menatap foto profil whatsapp Chris, Leo tahu Chris pria yang baik bahkan sangat baik, namun perbuatan Chris padanya benar-benar tak bisa dimaafkan.

Leo membalas pesan Chris yang mengajaknya bertemu dihari libur, ia akan mulai melancarkan aksinya, pasti saat ini kekasihnya itu akan sangat mengejar maafnya ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Chris.

***

Sesuai janji tempo hari, akhirnya keduanya bertemu di cafe tempat Leo bekerja namun hari ini bukan jadwal Leo bekerja.

"Maaf atas sikapku beberapa hari ini, aku terlalu terkejut," ucap Leo pelan.

"Apa maksudmu? Aku yang harus meminta maaf, aku mengerti atas sikap kamu beberapa hari, namun lain kali jangan mendiamiku lagi, rasanya sakit saat kamu tak mau bicara padaku." Chris meraih tangan Leo untuk di genggam.

Leo menelan saliva-nya, suara lembut Chris yang selalu berhasil membuatnya iba saat ingin menghancurkan pria itu.

"Aku mungkin akan sibuk bekerja, saat ini aku tengah mengumpulkan uang untuk membayar sewa rumah, maaf jika aku akan sibuk," ucap Leo.

Mendengar itu, membuat Chris menghembuskan napasnya.

"Aku ini kekasihmu kan?" tanya Chris, "sudah aku katakan, jika kamu membutuhkan sesuatu, katakan saja. Jangan terlalu lelah, aku akan memberi apa yang kamu butuhkan," lanjutnya.

Leo menyeringai, ini yang dia suka dari Chris mudah diperdaya memang dasarnya yang sangat bodoh.

"Aku tak mau di anggap memanfaatkan mu Chris, lagipula itu tak menjadi masalah," ucapnya, tepat sasaran Chris menatapnya tak suka karena ucapannya.

"Berhentilah keras kepala, aku yang akan membayar sewa rumahmu, bekerjalah sesuai jadwal tak ada lembur." Chris berucap tegas, Leo hanya mengulum senyumnya.

"Si bajingan bodoh, bersiaplah kau akan jatuh ke dasar lautan yang menyesakkan."







_____ Bersambung .....

day 12, apa kabar gyuss ... ? gue mah baik, kalau kalian gimana?

Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now