part 14 (day 14)

1.2K 122 22
                                    

"Makanan ini sangat enak. Tidak salah aku langsung datang kesini, rasanya sangat pedas dan aku menyukainya," ujar Nive ia menatap Leo yang tengah menyesap es tehnya.

"Kau memang benar, itu sebabnya warung ini menjadi warung langgananku," ujar Leo, entah mengapa mereka sudah seperti teman lama yang baru berjumpa kembali, ia dan Nive memiliki kesamaan dan cocok saat berbincang.

"Aku sudah cukup lama tidak datang kesini, ternyata banyak yang sudah berubah." Nive mengedarkan pandangangnya ke jalanan.

Leo hanya menganguk menanggapi ucapan Nive, memang sudah banyak perubahan selama ini, mulai dari banyak pabrik yang dibangun dan juga perumahan-perumahan elite yang sudah berdiri di daerah-daerah tertentu.

"Ah, aku melupakan sesuatu!" pekik Nive, ia melirik jam tangannya, sungguh ini sudah hampir larut malam dan ia sudah terlambat. Pamannya akan membunuhnya jika ia tak pergi sekarang.

"Ada apa?" tanya Leo.

"Aku sudah terlambat, kau benar-benar asik di ajak bicara. Lain kali kita akan bertemu lagi, terima kasih sudah menemaniku." Nive beranjak dari duduknya, bahkan ia tak memberi waktu untuk Leo menjawabnya.

Leo menghembuskan napasnya membiarkan Nive pergi, jujur saja ia cukup nyaman dengan perbincangan tadi, Nive orang yang cukup menyenangkan.

_____

Nive berlari terengah ia menerobos masuk ke dalam rumah sang paman, dengan wajah tanpa rasa bersalah ia memberikan cengiran yang menampilkan gigi putihnya pada keluarga yang saat ini tengah duduk di sofa dengan atensi penuh menatapnya.

"Malam, Bibi .... Paman," sapa Nive, ia membungkukkan tubuhnya, memberi hormat pada keluarga Pamannya.

"Selamat datang sayang ... mengapa kamu tak menghubungi kami saat sampai?" Luna menghampiri Nive, membuat sang empu menegakkan tubuhnya kembali.

"Maaf Bi, tadi mobilku macet. Dan ya, aku makan dulu dijalan sungguh aku sangat kelaparan tadi," ucap Nive. Luna merangkul bahu Nive, membawanya bergabung duduk disofa bersama kedua putranya.

Baik Hendry maupun Chris memberikan sapaan yang ramah pada sepupunya ini, walaupun Chris sedikit ragu untuk melakukannya. Ia mengingat ucapan Luna, yang berniat mendekatkannya dengan Nive.

"Bagus sekali kucing nakal ini, ia menghubungiku pukul delapan tadi. Namun sekarang ia baru datang, kau makan atau bermain-main bocah?" Kedua mata Mahardika menyipit, menatap Nive curiga. Putra kakaknya ini memang anak susah diatur sedari kecil, makanya saudarinya mengirim Nive ke rumahnya.

"Ayolah Paman, kau terlalu berlebihan ... kali ini aku jujur, tadi aku bertemu seorang teman yang menyenangkan, dia memberiku sup tahu pedas, bahkan aku tak bisa melupakan betapa lezat sup tahu itu," celoteh Nive.

"Sup tahu pedas?" Chris berucap, ia mengerutkan keningnya ia merasa tak asing dengan makanan pedas itu.

"Iya, pria pecinta tahu itu yang menawarkan," ucap Nive, ia harus bertemu dengan Leo agar bisa makan sup tahu bersama lagi jika bisa ia akan mengajak Chris untuk makan juga.

Chris hanya mengangguk, ia tak ingin banyak bicara apalagi berbincang dengan Nive. Bukan apa-apa hanya saja, ia takut Luna akan semakin gencar mendekatkannya dengan Nive hal yang akan membuat kekasihnya terluka.

"Ini sudah malam, segeralah istirahat. Besok kau bisa berjalan-jalan bersama Chris, ia yang akan menemanimu," ucap Luna, ia tersenyum manis.

Nive mengangguk, ia memang sudah sangat merasa lelah. Bahkan rasanya tulang pinggangnya akan copot, saking terlalu lama duduk dimobil.

Penyambutan dari keluarga kecil itupun selesai, semuanya kembali ke kamar masing-masing, Luna yang mengantar Nive ke kamar tamu, sedangkan Chris pergi ke balkon.

Regret ( Terbit)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن