part 21 (day 21)

1.1K 110 7
                                    

Leo terdiam di dalam kamar, sejak pulang dari rumah Arep Ia masih memikirkan semua perkataan yang tadi Zamni katakan, karena setelah mengatakan semua itu Zamni langsung beranjak dari sana tanpa memberi kejelasan apapun  sehingga sekarang Leo merasa sangat bimbang, apa yang diketahui Zamni sebenarnya? Kenapa temannya itu tiba-tiba mengatakan hal seperti itu tadi? Tak mungkin karena iseng 'kan? Ia yakin dibalik semua kata itu mengandung begitu banyak makna yang tersembunyi.

"Setitik nila, rusak susu sebelangga. Karena kejahatan atau kesalahan yang kecil, hilang segala kebaikan yang telah diperbuat. Jangan sampai itu terjadi padamu, jangan sampai karena kesalahan satu kali yang Chris perbuat, kau melupakan semua kebaikannya,"

Kata itu terus terasa terdengar ditelinganya, membuat Leo merasa sangat takut, takut jika semua rahasia yang selama ini ia sembunyikan diketahui begitu saja oleh teman-temannya, pasti mereka akan mengolok-olok dirinya karena sudah mau disentuh oleh Chris, atau mungkin teman-temannya akan berpikir jika ia melakukan itu karena uang juga, Memikirkan semua itu membuat rasa takut yang ada di dalam dirinya bertambah.

Ia memang banyak menerima kebaikan dari Chris mulai dari biaya sewa rumah yang ditanggung pria itu, biaya makan yang sering kali dikirim oleh Chris padahal ia masih bekerja, serta begitu banyak kasih sayang yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun semua itu begitu saja ia lupakan karena satu kesalahan yang Chris perbuat, Leo merasa tak bersalah disini karena memang itu sesuatu yang sangat berharga didalam hidupnya tapi Chris mengambilnya begitu saja, ia tak salah 'kan karena membenci pria itu? Walaupun banyak kebaikan yang sudah Chris berikan namun tetap saja rasa sakitnya masih terasa sekarang.

Leo benar-benar sudah seperti orang pesakitan, ya sipesakitan. Pecundang sesungguhnya adalah dia. Dia takut jika rahasia itu terbongkar.

Drrt...drrt..

Leo langsung menatap ke arah ponsel miliknya, dengan cepat tangan itu langsung meraih benda pipih yang bergetar diatas nakas, untuk melihat siapa yang sekarang tengah menghubungi dirinya, ternyata nama Chris tertera disana membuat Leo menghembuskan napas berat, sebelum mengangkat panggilan itu.

"Kau belum tidur? Atau aku menggangu tidurmu?"

Leo terdiam mendengar suara lembut itu, suara yang selalu menemani dirinya setiap malam, menghabiskan waktu bersama dengan bercerita berdua namun malam ini ia lupa untuk menghubungi sang dominan karena ia menunggu Chris yang memulai, inilah sumber awal kekesalannya dari tadi.

"Aku baru saja pulang dari rumah Arep jadi belum tidur sama sekali," ujar Leo, ia membaringkan tubuhnya.

Mungkin dengan sedikit berbincang-bincang dengan Chris bisa menghilangkan rasa bimbang serta takut didalam hatinya sekarang. Ini sudah hal biasa 'kan?

"Aku baru saja ingin tidur tadi, karena merasa mungkin untuk malam ini kita tak akan melakukan panggilan telepon dulu, karena kemarin habis melakukan aktifitas bersama namun ada rasa kurang didalam hati ini sehingga sekarang aku bisa mendengar suaramu,"

Leo terdiam, Chris selalu bisa membuat ia merasa tenang, nyaman, serta damai setiap kali ada masalah yang datang namun entah kenapa hatinya begitu sulit untuk menerima semuanya,  seakan-akan ada sesuatu penghalang yang memang membuat semua ini menjadi susah.

"Kau selalu merasa tak bisa hidup tanpa diriku maka dari itu setiap harinya, kau selalu meminta untuk melakukan panggilan telepon bersamaku," ujar Leo,  Chris seperti tak bisa hidup jika tanpa melihat atau mendengar suaranya, orang yang sedang jatuh cinta memang seperti ini membuat siapa saja yang melihatnya pasti merasa muak.

Terdengar kekehan berat dari sambungan telepon.

"Kau memang benar, aku tak akan pernah bisa hidup tanpa dirimu jadi jangan pernah berpikir untuk meninggalkan diriku karena aku tak akan pernah membiarkan semua itu terjadi."

Lagi dan lagi Leo tersenyum, perkataan itu seakan-akan mengatakan jika dirinya milik Chris seutuhnya jadi tak ada yang boleh memiliki dirinya selain pria itu, ia mengerti tentang semua perkataan itu karena dirinya juga merasakan hal yang sama saat bersama dengan Dalfa dulu namun nyataya gadis itu meninggalkan dirinya sekarang.

"Berhenti bersikap berlebihan dimalam hari seperti ini karena itu akan membuatku susah tidur karena terlalu mabuk dengan semua perkataanmu," ujar Leo ia memiringkan tubuhnya, berusaha memejamkan matanya, ia akan melupakan masalahnya sejenak saat sedang tidur.

***

Nive melipat tangannya, ia menatap tak suka pada Chris yang tengah tertawa menatap ponselnya sendiri.

"Kau belum tidur Chris?" Nive menghampiri Chris, ia duduk disamping Chris.

"Ya, aku baru saja selesai menidurkan kekasihku," ucap Chris, lalu terkekeh geli.

"Menidurkan?" Kening Nive mengerut, tak mengerti.

"Iya, dia tak akan bisa tidur, jika kami tak melakukan panggilan video atau berbincang di telepon," jelas Chris.

Nive mendengus mendengarnya, Chris sudah buta dalam cinta, benar-benar sudah kehilangan kewarasannya dalam mencintai Leo.

"Aku menyukaimu," celetuk Nive, berhasil memudarkan senyuman Chris.

"Apa maksudmu, kita saudara," ucap Chris.

"Bukan saudara sekandung, kita hanya keterikatan. Dan ya, aku tak menyukai kekasihmu itu, aku akan merebutmu darinya,"

"Apa kau tak bisa mencari dominan lain Nive?"

"Tidak, karena aku hanya ingin dirimu,"

"Nive, kau ... "

"Sudahlah, aku mau tidur. Kau hanya perlu mengingat perkataanku ini." Niver beranjak pergi, meninggalkan Chris yang gusar akan perkataannya.

Chris menghela napas, ia tak mau menyakiti pihak manapun, apalagi Nive. Dia saudaranya, ia tak mau membuat hati seseorang sakit. Namun perkataan Nive sangat tak pantas, mau bagaimanapun ia sudah memiliki kekasih, dan hanya Leo yang jadi kekasihnya.

Chris menggulir matanya, menatap walpaper ponselnya, foto Leo.

Bagaimana bisa ia menyakiti submisif semanis Leo? Leo yang pertama, mau bagaimanapun ke depannya, ia hanya ingin Leo.

Dari anak tangga atas, Luna tengah menatap Chris datar. Semenjak hadirnya Leo dalam hidup putranya, semua hal dihidup Chris, menyangkut Leo. Setiap hari putranya selalu ada Leo, jika ditulis mungkin kisah hidup Chris diisi dengan nama kekasih bedebahnya itu.

Andai Leo benar-benar menyayangi putranya, mungkin ia akan dengan senang hati membiarkan putranya menjalin kasih dengan Leo, namun apa yang Leo perbuat? Hanya uang, submisif terlampau manis itu, menggunakan wajah manis nan polosnya sebagai umpan menarik empati Chris, benar-benar miris.

Apa putranya se cocok itu untuk dipermainkan? Apa Leo kehabisan mainannya, kenapa harus putranya?

Luna melengos pergi, meninggalkan pemandangan yang menyayat hati bagi seorang ibu.

Sedangkan Chris baru beranjak dari duduknya, ia pergi ke kamar. Lain kali ia tak akan menghubungi Leo disembarang tempat, ia tak mau sampai Nive mengatakan hal yang sama yang membuat ia tak nyaman.

____TBC

Day 21, Gimana hari kalian? Semangat buat yang mau ujian atau mau masuk univ, dan tentunya selamat kalau ada yang lagi wisuda.

Regret ( Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang