part 31 (day 31)

930 99 23
                                    

Nive merengut, ia menutup pintu kamar Chris. Chris sudah tidur, ia perlu banyak istirahat.

"Kau sangat menyanyangi Chris? Aku jadi merasa iri," ujar Nive saat mengingat perhatian yang Wasy berikan untuk Chris tadi.

"Tuan muda pantas mendapatkan perhatian lebih," ujar Wasy, mengabaikan Nive yang merengut tak suka.

Perempuan yang selama beberapa minggu ini menemani dirinya di sini, membuat Nive ingin menempelinya terus, Nive kira Wasy perempuan yang ketus, dan sulit dipahami. Namun saat ini, Nive tahu Wasy sosok perempuan hangat dan penuh perhatian.

"Aku dulu sering datang kesini untuk mengunjungi bibi, dulu Chris sangat menggemaskan, kupikir dia tak jadi dominan," tutur Nive.

Wasy terkekeh kecil, mendengar celotehan Nive. Ayolah, akhir-akhir ini Nive mengganggu hidupnya yang damai, pria itu selalu saja mengacau dihari-harinya, namun Wasy tak masalah, ia senang.

"Tuan, Tuan Chris bilang dulu kau penakut, bahkan sering kali kau kencing dicelana," celetuk Wasy, berhasil membuat wajah merengut Nive kembali lagi.

"Jangan katakan itu, itu sungguh memalukan!" pekik Nive, ia mencubit tangan Wasy, membuat sang empu meringis.

Keduanya berbincang, saling melempar candaan yang membuat keduanya tertawa kecil. Ya, saat-saat seperti inilah yang membuat Nive betah dengan Wasy.

***

Leo tersenyum kecil menatap Hendry yang terlihat fokus menonton flm, ya tadi setelah makan puding bersama ia menawarkan Hendry untuk pergi ke bioskop, awalnya pria itu menolak namun karena Leo memaksa akhirnya sang kekasih mau.

Semua ini belum pernah Leo lakukan bersama dengan Chris karena selalu ada Wasy diantara mereka, ia tak terlalu suka pada itu semua, sehingga sekarang ia bisa memdapatkannya saat bersama dengan Hendry, rasanya sangat menyenangkan.

"Kau sejak tadi memperhatikanku terus, apa ada yang salah?" tanya Hendry karena sejak tadi ia merasa si manis hanya memperhatikan dirinya tanpa fokus pada tayangan yang ada didepan mereka, padahal tadi kekasihnya sendiri yang ingin ke bioskop.

Leo tersenyum sebelum menyembuyikan wajahnya dilengan Hendry, ah saudaranya Chris ternyata lebih mengoda dari Chris sendiri, karena selain tampan, aura dominan dari Hendry selalu bisa membuat ia terdiam karena merasa didominasi, berbeda dengan Chris yang hanya bisa membuat ia merasa tenang dan juga nyaman saja.

"Hendry, kenapa kau sangat tampan?" ucap Leo, mendongak menatap rahang tegas sang kekasih.

"Karena aku pria," sahut Hendry asal.

"Aku juga pria, tapi aku tak setampan dirimu,"

"Karena kau manis,"

Leo tersipu, Hendry benar-benar bisa membuatnya malu.

Hendry mengelus kepala Leo, ia mengecup pucuk kepala sang kekasih sekilas. Mulai saat ini, selain menyelesaikan kuliah sampai wisuda, tujuannya adalah membuat Leo tersenyum bahagia.

Menurur Leo Hendry dan Chris mempunyai persamaan, yaitu tak pelit dalam memberi uang.

Leo merasa keduanya membantu dirinya dalam kepapaan hidup, Leo sedikit bersyukur bertemu dengan orang kaya baik macam dua bersaudara ini.

Wajar saja bagi orang papa seperti Leo, itu hal yang sangat patut untuk disyukuri.

Drtt ... drtt ... drtt

"Angkatlah, siapa tahu itu penting," ucap Hendry, saat merasa getaran ponsel Leo.

"Tak enak, kita sedang nonton." Leo menggeleng, Hendry hanya mengangguk.

Regret ( Terbit)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin