part 30 (day 30)

1K 108 13
                                    

Beberapa hari ini Hendry tak pernah lagi pergi keluar rumah, ia fokus menemani Chris yang masih terbaring lemah.

Dokter sempat mengatakan sakit yang sekarang kambuh itu karena Chris kurang memperhatikan dirinya sendiri, pria itu sering lupa untuk meminum obatnya atau bahkan telat untuk sarapan dengan tepat, semua itu berpengaruh pada kesehatan Chris yang baru saja mau membaik dari beberapa tahun ini. Dokter juga sempat menegur Chris agar tak melakukan itu lagi karena hal itu cukup beresiko untuk kesehatannya, Chris hanya menanggapi dengan senyuman.

Karena ia sendiri sadar akan semua itu, dirinya terlalu asik dengan dunianya sendiri bersama dengan Leo, sehingga tak memperhatikan kesehatannya, Chris tak akan melakukannya lagi, ia ingin sembuh, sembuhnya ia demi Leo. Ia butuh seribu tahun untuk hidup bersama Leo.

"Hey, apa yang kau lakukan tadi?" tanya Hendry,  ia masuk membawa sarapan untuk sang adik yang masih berbaring diatas ranjang dengan infus ditangannya, pemandangan yang sejak dulu ia lihat, membuat Hendry ingin sekali menggantikan posisi adiknya itu sekarang juga, rasanya sakit melihat adik satu-satunya seperti ini.

Chris menatap kakaknya dengan senyuman terbit dibibir pucat itu, ia beruntung mendapatkan saudara seperti Hendry yang selalu mengerti dirinya, sehingga Chris ingin sekali jika ada kehidupan berikutnya ia ingin menjadi adik Hendry kembali.

"Seperti yang kakak tahu, setiap sakit aku selalu berdoa di dalam hati agar semua ini segera berakhir, aku ingin hidup normal seperti yang lainnya juga," ujar Chris, ia membuka mulutnya saat Hendry menyuapi sarapan untuknya.

"Kau tak boleh terlalu lama sakit karena masih banyak keinginan yang belum kamu penuhi, salah-satunya main hujan-hujanan bersama denganku," ujar Hendry yang masih ingat betul keinginan Chris saat dia kecil, dulu yaitu ingin bermain hujan-hujanan bersama jika dia sudah sembuh.

Chris tersenyun dengan anggukan pelan, ia memang ingin sekali melakukan itu saat dirinya sudah sembuh secara total nanti.

Setelah menemani Chris beberapa saat, Hendry kembali masuk ke dalam kamar miliknya, Hendry membuka ponselnya, ada pesan dari Leo yang menyuruhnya datang, untuk sekedar menemani si manis.

Hendry terdiam beberapa saat untuk memikirkan jawaban yang bagus, ia harus menemani Chris dirumah, karena Wasy sedang ada urusan namun ia bingung bagaimana cara menolak ajakan Leo, disaat hatinya juga ingin menghabiskan waktu bersama dengan sang submisif.

Hendry beranjak pergi ke kamar Chris, melihat jika kondisi adiknya itu lebih baik, maka ia akan keluar sebentar agar bisa bertemu dengan Leo.

Hendry tersenyum, saat Chris sudah tidur kembali. membuatnya memutuskan untuk menemui Leo terlebih dulu sekarang.

****

Hanya butuh dua puluh menitan, Hendry sampai di rumah Leo, ia memarkirkan motornya, tanpa pikir panjang ia segera masuk. Saking sudah biasanya, ia tak perlu mengetuk pintu.

"Kau lama." Leo memeluk Hendry saat mendapati pria itu datang, ia cukup kesepian sekarang oleh karena itu dirinya meminta Hendry datang, karena sudah pasti Chris tak akan bisa datang kesini jadi ia mengajak Hendry saja untuk menemami dirinya.

"Maafkan aku, ada beberapa pekerjaan tadi, jadi aku datang terlambat," ujar Hendry, ia mengelus punggung sang kekasih.

Ya kekasih, Hendry masih tak menyangka Leo akan menerima dirinya saat kemarin dengan beraninya ia menyatakan cintanya pada si manis, ia mengira hanya akan  ada penolakan saja, namun nyatanya Leo menerima dirinya.

Si manis mengatakan jika ia juga mencintai dirinya membuat Hendry bertambah bahagia, ia akan memperkenalkan Leo dengan Chris nanti, agar mereka bisa saling mengenal sebelum nanti hubungan mereka naik kejenjang lebih serius lagi.

"Aku sangat merindukanmu, kukira kau tak akan datang hari ini, terima kasih karena sudah mau datang," ucap Leo, ia  sudah dibutakan oleh perasaannya sendiri, sehingga melupakan Chris begitu saja.

Keduanya saling melepas rindu, padahal baru beberapa hari mereka tak bertemu, namun sudah seperti setahun saja.

"Aku sudah membuatkan puding, kau ingin mencobanya?" ucap Leo, ia melepas pelukannya.

"Benarkah? Tentu saja, aku ingin mencoba puding buatan kekasihku ini," ucap Hendry, Leo terkekeh geli.

Hendry tersenyum cerah saat Leo membawa satu mangkuk puding coklat, ia akan sangat menyukai puding buatan Leo.

Keduanya hanyut dalam obrolan ringan ditemani puding, benar-benar kisah romansa yang manis, submisif manis yang pintar masak, dan dominan perhatian, benar-benar sempurna bukan?

Namun dibalik itu, dominan lain tengah berjuang melawan sakitnya ingin sembuh demi submisif manis yang sama.

Saat ini Chris tengah duduk diranjangnya, rasanya sepi. Tak ada yang menemaninya, bahkan si cerewet Nive tak lagi mengganggunya, akhir-akhir ini Nive sering pergi keluar bersama Wasy.

Chris terpaksa harus menghubungi Wasy, ia tak nyaman sendirian di rumah, ini terlalu sepi.

Yang tengah dihubungi tengah diam melihat Nive yang mencak-mencak tak jelas, hobi Nive benar-benar menyiksa Wasy, dan sialnya Nive selalu menolak pelayan atau supir lain untuk menemaninya, selalu saja Wasy yang ia inginkan.

Hari ini, dies ater bagi Wasy yang harus membawa belanjaan Nive. Ia sudah khawatir dengan Chris, takut Hendry meninggalkan Tuan mudanya, apalagi barusan Chris sudah menghubunginya.

"Tuan Anda membuat hari ini, dies ater bagi saya," ucap Wasy, penuh penekanan.

Nive mendengus, mengapa Wasy selalu marah-marah jika sedang dengan dirinya?

Apa katanya tadi, hari sial? Harusnya Wasy bersyukur ia membawanya jalan-jalan terus, dan berbelanja tentunya.

"Diamlah Was, kau cerewet sekali," ucap Nive, kesal.

"Tuan, Tuan Chris menghubungi saya. Di rumah tak ada siapapun, selain pelayan, saya khawatir, jadi ayo pulang," tutur Wasy, sontak menghentikan Nive yang tengah memilih-milih pakaian.

"Kenapa kau tak bilang dari tadi? Kalau begitu, ayo kita pulang sekarang." Nive menarik tangan Wasy, ia tak mau sampai Chris harus kesepian dirumah.

Sepi itu tak enak.

Ya, Nive tahu itu, bahkan ia yang sudah berteman dengan sepi, masih saja tak menyukainya.

Keduanya segera pulang, bahkan Nive sudah kehilangan mood belanjanya.

****

Chris tersenyum tipis saat Wasy datang bersama Nive.

"Kau tak apa Chris?" Nive bertanya dengan heboh, bahkan ia menangkup kedua pipi Chris dengan khawatir.

"Hey, aku tak apa. Hanya saja tak nyaman saat semua orang tak ada dirumah," ucap Chris, ia menarik tangan Nive agar tak menyentuh pipinya lagi.

"Kau ini selalu saja bilang tak apa, katakanlah jika sakit. Hey, tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja," ucap Nive, ia merengut setelahnya.

Wasy yang melihat ekspresi Nive, merasa gemas sendiri. Nive memang tak seburuk itu untuk dikatakan pengganggu, buktinya ia bisa membuat Chris tertawa kecil, disaat Leo sang kekasih Tuan mudanya, bahkan tak ada hanya untuk sekedar menjenguk, seakan lenyap begitu saja.

___TBC

A/N Dies ater artinya, hari sial.

Day 30, apa kabar?

Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now