part 35 (day 35)

1K 115 14
                                    

Nyatanya semua yang Leo pikirkan semalam berbanding terbalik dengan apa yang terjadi sekarang. Kemarin ia berniat datang kerumah Chris untuk melihat kondisi pria itu, tapi sekarang yang ia lakukan malah pergi berdua bersama dengan Dalfa.

"Kau hari ini tak kerja? Kenapa tiba-tiba mengajakku keluar? Kemarin kita baru saja keluar," ucap Dalfa ia menatap tangannya yang digenggam, ia tak menyangka hubungan mereka bisa sampai tahap pacaran karena dulunya ia hanya ingin berteman saja.

Dalfa takut setelah mereka mempunyai hubungan yang serius, maka Leo akan berubah dan itu akan menyakiti dirinya, namun melihat perlakukan yang Leo berikan membuat rasa ragu itu menghilang. Ia percaya cinta yang Leo berikan itu tulus.

Leo menatap Dalfa, senyuman kecil ia berikan untuk gadis yang ia cintai itu.

"Aku mengambil cuti kerja untuk pergi bersamamu keluar, ini sebagai pertanda kalau kita sudah menjadi pasangan," ujar Leo, ia merasa sangat senang bisa merasakan semua ini. Harapan yang dulu sempat padam sekarang tumbuh kembali, ia hanya butuh pembuktian jika memang cintanya tulus untuk gadis itu dan dirinya tak akan pernah membuat sang kekasih sakit hati.

"Kau tahu Le? Aku masih tak menyangka kita akan menjadi sepasang kekasih. Kukira dulu kita hanya akan menjadi teman saja sampai kita tua nanti, namum siapa sangka, sekarang kita menjadi pasangan," ujar Dalfa, membuat genggaman Leo mengerat.

"Kau tahu? Aku merasa sangat beruntung karena bisa mendapatkan kamu sekarang, rasanya mimpi yang dulu, akhirnya menjadi nyata," ujar Leo.

Keduanya duduk dikursi taman, entah kenapa Leo ingin menghabiskan waktunya ditaman bersama gadis cantiknya ini.

"Segitu cintanya kamu?"

Leo menganguk, mendapat pertanyaan konyol Dalfa, ia sedikit merasa deja vu, apa Chris merasakan hal yang sama? Seperti dirinya, yang tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata seberapa bahagia dan juga cintanya ia pada gadis itu, rasanya dunia hanya untuk dirinya bersama dengan Dalfa saja. Ia sangat mencintai gadis itu melebihi apapun itu didalam hidupnya.

"Kau tak takut sakit hati?"

Leo terdiam, kenapa semua perkataan Dalfa seperti perkataannya pada Chris? Kenapa gadis itu berbicara hal demikian?

"Tugasku hanya mencintai kamu, urusan akan sakit hati ataupun hal lainnya biarlah waktu yang nenjawabnya. Lebih baik kita menikmati hari ini bersama." ujar Leo, mengalihkan pembicaraan ia tak siap untuk kata lainnya yang mungkin saja akan menampar dirinya.

Ia merasa berada diposisi Chris, ucapan Dalfa dan juga ucapan yang keluar dari mulutnya, persis seperti percakapannya dengan Chris.

***

Nive terdiam menatap Wasy yang sekarang tengah bicara dengan Chris yang masih belum sadar,  Dokter mengatakan bahwa pria itu hanya butuh istirahat, setelah rasa lelahnya hilang maka Chris akan sadar kembali namun siapa yang bisa percaya dengan perkataan itu? Hanya orang bodoh yang akan percaya karena itu hanyalah kalimat penenang saja, Chris masih belum sadar dan mungkin akan lama sadarnya atau malah pergi?

Nive sejak tadi mendengarkan semua perkataan Wasy. Perempuan yang belum pernah bicara banyak itu sekarang bicara panjang lebar, di depan orang tak sadar.

Wajar saja jika Wasy khawatir, bahkan Chris sampai harus opname dirumah sakir.

"Tuan, cepatlah bangun, kita belum mengunjungi pantai yang pernah Anda inginkan dulu, bahkan saya lupa jika dulu pernah berjanji akan membawamu pergi jalan-jalan bersama, bahkan naik gunung sama seperti yang Anda inginkan dulu. Jika Anda sadar, maka akan saya bawa langsung ke sana, jika ada yang melarangnya maka saya yang akan memarahi dia, jadi tolong bangun sekarang,"

Air mata yang sejak tadi Wasy tahan jatuh, ia lemah jika menyangkut Chris. Ia sudah menganggap Chris adik serta keluarganya sendiri, jika Chris tak sadar atau meninggalkan dirinya juga, lalu bagaimana dengan dirinya? Ia tak siap jika harus ditinggalkan lagi, cukup ibu dan juga ayahnya yang pergi tidak dengan Chris.

Nive membuang pandanganya, apa ini? Apa segitu sayangnya Wasy pada Chris.

"Seka air matamu, Chris tak akan suka jika kau menangis." Nive memberikan sapu tangan, yang diterima baik oleh Wasy.

"Bibi masih diruangan dokter dengan paman, apa ada masalah serius?" ucap Nive, mengajak Wasy berbincang.

"Mungkin, Tuan dan Nyonya masih saja belum kembali dari tadi," ucap Wasy.

Nive diam, ia menggulir matanya melihat cairan infus Chris, kondisi Chris sungguh mengkhawatirkan.

"Lalu dimana Hendry?" tanya Nive, ia tak bertemu dominan putra bibinya ini selama beberapa hari.

"Menurut Anda, dimana dia?"

"Apa sibajingan Leo belum memutuskan hubungannya dengan Hendry?"

Wasy menghembuskan napasnya, pertanyaan Nive, termasuk pertanyaan konyol baginya, apa seorang Leo yang egois dan bajingan, akan menurut? Tentu saja tidak, Leo tak akan melakukan hal itu.

"Tuan Leo bukan orang seperti itu, ia tak akan melepaskan burung emas yang menguntungkan," ucap Wasy.

Srak

Nive me-rabit sapu tangan ditanganya, ia kesal, saking kesalnya sapu tangan cadangannya menjadi sasaran.

"Ingin sekali aku merobek wajah Leo, agar sama seperti sapu tanganku ini," cetus Nive, menatap datar sapu tangannya yang sudah ia rabit.

Wasy menggelengkan kepalanya, ada-ada saja. Nive memang orang yang banyak bicara dan itu semua hanya omong kosong belaka, pria manis macam Nive tak akan berani melakukan hal itu, terlebih pada Leo, pria kesayangan Chris.

"Sepertinya Anda memiliki dendam terselubung pada Tuan Leo," celetuk Wasy, ia menghampiri Nive yang duduk disofa, ia ikut duduk disamping pria itu.

"Tentu saja, aku bukan hanya dendam bahkan aku sangat membenci manusia macam Leo, miskin, serakah, tak tahu diri, tak tahu malu, dan yahh ... jangan lupakan, dia sosok mengerikan bagi orang selembut dan sebaik Chris." Nive meremat sapu tangan rusaknya, "demi Tuhan, Chris malaikat. Dia terlalu baik untuk pria manis berhati iblis macam Leo, demi apapun ... baru kali ini, aku menemukan manusia tak tahu diuntung," celoteh Nive, ia benar-benar seorang pembicara yang handal. Pria yang benar-benar suka sekali bergosip.

Wasy yang sedari tadi diam, hanya terkekeh mendengar segala makian Nive.

Keduanya mengalihkan atensi pada pintu, Luna dan Mahardika baru saja masuk dengan eskpresi yang sulit di artikan.

"Apa ada sesuatu bibi?" Nive berdiri dari duduknya, ia mengapit tangan Luna.

Luna menghela napas, "apa semua akan baik-baik saja Nive?" ucapnya.

"C'mon, aku tak mengerti dengan ucapanmu," ujar Nive, ia membawa Luna untuk duduk disamping Wasy.

Bukannya menjawab, Luna malah memeluk Nive dengan erat, bahkan tangannya bergetar, kentara jika ada sesuatu yang membuat bibinya semenyedihkan ini.

"Apa keadaan Tuan muda memburuk Nyonya?" tanya Wasy, Luna menelan saliva-nya sebelum mengangguk.

Wasy melirik Mahardika yang tengah mencium kening Chris, ia tersenyum getir, apa Chris bisa bertahan? Wasy sangat berharap besar.

"Jangan bawa dia Tuhan, aku membutuhkannya,"

___TBC

DAY 35, sayang Chris ....


Regret ( Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang