part 29 (day 29)

899 98 13
                                    

Leo menatap kearah ponselnya yang terlihat bergetar menandakan ada panggilan masuk, dengan perasaan malas ia mulai mengangkat panggilan  itu yang ternyata dari Chris, ia sudah tak memberi kabar apapun pada pria itu karena terlalu sibuk bekerja serta bersenang-senang dengan Hendry, karena saudara dari Chris itu sering datang ke cafe hanya untuk menemani dirinya di sana, sebuah perhatian yang mampu membuat Leo sangat tertarik pada sosok Hendry hingga melupakan Chris yang sudah sejak awal menaruh rasa cinta yang luar biasa pada dirinya.

"Bagaimana keadaanmu disana?"

Leo terdiam, suara Chris terdengar sedikit berbeda dari biasanya entah karena apa. Apa mungkin pria itu baru bangun tidur?

"Aku baru saja pulang kerja beberapa saat yang lalu," ujar Leo dengan jujur karena ia memang baru saja pulang beberapa saat yang lalu diantar Hendry.

"Maafkan aku karena selama beberapa hari ini aku tak datang kerumahmu, atau bahkan menamanimu bekerja, kondisiku sedang kurang baik sekarang,"

Leo semakin bingung, ada apa dengan Chris? Apa mungkin karena buku terbarunya akan terbit sebentar lagi jadi kondisinya kurang baik karena tak bisa keluar rumah lagi untuk menemani dirinya? Mungkin saja 'kan? ia terlalu malas bertanya.

"Kau fokus saja dengan apa yang sekarang kau kerjakan, karena aku juga tak akan bisa selalu ada untuk beberapa hari kedepan karena sibuk di cafe," ujar Leo sebelum mematikan sambungan secara sepihak, Chris menelepon nya hanya untuk mengatakan semua itu? Ia kira pria itu akan datang kesini atau bahkan menemani dirinya, walaupun ia sudah sering bersama dengan Hendry namun tetap saja rasanya sedikit aneh kalau tak ada Chris disini, jadi Leo merasa sedikit aneh saja, ya aneh entahlah ia sendiri juga bingung, padahal sudah ada Hendry yang mulai masuk kedalam perangkapnya namun ia masih saja memikirkan Chris.

Sedangkan ditempat lain, Chris terdiam melihat sambungan telepon yang mati secara sepihak, ia tahu pasti Leo marah, karena ia tak bisa menemani kekasihnya itu beberapa hari ini, namun apa yang bisa ia lakukan sekarang? Sakitnya kambuh tadi siang sehingga, sekarang Chris hanya bisa berbaring diatas tempat tidur dengan infus yang berada ditangannya, hanya Wasy yang tahu ia sakit sedangkan kedua orang tuanya sedang sibuk bekerja diluar kota beberapa hari ini sedangkan kakaknya sendiri mulai sering berada diluar juga.

Tatapan Chris mengarah pada selang Infus yang ada ditangannya, ia kira semua ini benar-benar berakhir namun nyatanya? Sakit itu masih terus ada di dalam dirinya, bedanya sekarang ia mempunyai semangat baru yaitu Leo yang menjadi sumber kekuatan untuk melawan semuanya lagi, ia harus segera sembuh dari sakit ini agar bisa kembali bersama dengan kekasihnya itu.

Chris menghembuskan napas berat, ia masih belum menemukan titik masalah yang terjadi antara mamanya serta Leo, sedangkan sekarang ia tak bisa melakukan apapun lagi untuk mencaritahu semuanya. Ia berharap Leo tak marah besar, ia merindukan Leo.

***

Wasy menatap Hendry yang baru saja pulang dengan senyuman kecil, ia tak tahu harus melakukan apa sekarang karena tadi dengan matanya sendiri ia melihat Hendry bepergian dengan Leo kekasih Chris, bahkan Wasy sering melihat Hendry yang datang ke cafe, tempat Leo bekerja.

Ia perempuan dewasa yang sudah pasti tahu tentang tatapan apa yang Hendry berikan untuk Leo begitupun sebaliknya, ia sama sekali tak menduga jika semua ini terjadi.

Bukankah Leo tahu jika Hendry merupakan saudaranya Chris? Lalu kenapa pemuda itu masih mau berdekatan dengan Hendry? Apa semua yang nyonyanya katakan itu benar jika Leo bukanlah orang yang baik untuk Chris? Sekarang Wasy sadar akan semua itu, mungkin ia tak bisa menghentikan Leo atau mengancamnya, karena ia tak terlalu mengenal pemuda itu namun tak ada salahnya bukan jika ia memberitahu Hendry jika pemuda yang sekarang berdekatan dengan Tuannya itu merupakan kekasih Chris.

Wasy merasa sedikit bimbang, ia tak ingin Chris merasa sakit namun ia juga tak terlalu akrab dengan Hendry, ia takut Tuannya itu malah salah paham dan membuat semua nya kacau.

"Wasy, kau sedang apa?" tanya Hendry, heran dengan Wasy yang terdiam.

"Ah tidak, hanya saja ... saya sedikit sakit kepala." Wasy memegang kepalanya, ia terpaksa berbohong, ia bingung.

"Minumlah obat, Chris akan sedih jika tahu kau sakit," ucap Hendry.

"Tuan," ucap Wasy, menghentikan langkah Hendry yang akan pergi ke kamarnya.

"Apa?"

"Tuan muda sakit kembali, saya sudah menghubungi dokter, eum ... tolong lihatlah sebentar," ucap Wasy.

Hendry tak menanggapi ucapan Wasy lagi, ia melangkah pergi ke kamar Chris. Demi Tuhan, ia melupakan adiknya, bagaimana bisa? Ia terlalu sibuk akhir-akhir ini, ya sibuk kuliah dan kencan bersama Leo. Apalagi nanti malam, ia akan makan malam bersama dengan si manis.

Hendry membuka kamar Chris, ia langsung mendapati Chris yang tengah termenung sendiri diranjangnya, infus dipunggung tangan Chris, sudah cukup menjelaskan semuanya.

"Chris." Hendry menghampiri sang adik, duduk ditepian ranjang.

"Kau baru pulang, bagaimana harimu?" ucap Chris, serak.

"Aku baik, maafkan aku. Aku tak tahu kau sakit," ucap Hendry penuh sesal, ia mengusap tangan Chris.

"Ayolah kak, bukankah ini sudah biasa, aku tak apa," ucap Chris.

Hendry tersenyum sendu, tak apa? Sedangkan bibir yang menyebut kalimat itu, pucat pasi dengan wajah mengkhawatirkan, apa Hendry percaya? Tentu saja tidak. Chris terlalu pintar dengan kepura-puraannya.

"Chris, aku akan menghubungi mama dan papa, mereka har ... "

Chris mencekal tangan Hendry yang akan menghubungi orang tua mereka, ia menggeleng. Chris tak mau membuat mereka khawatir.

"Kenapa?" ucap Hendry, "mereka harus tahu, jika sibungsu sakit Chris," lanjutnya.

Chris menggeleng, lalu tersenyum.

"Kak, mereka mencari uang juga untuk kita bukan?" ucap Chris, "jangan ganggu mereka," lanjutnya, membuat Hendry mendengus.

"Mereka wajib tahu, kau putranya! Ayolah Chris, aku tak mau sampai mama dan papa mengabaikanmu, aku tahu keadaanmu sudah membaik, namun setidaknya mereka juga harus pulang," tutur Hendry, ia benar-benar frustasi dengan cara berpikir Chris, apa adiknya tak mengerti arti kata khawatir? Ia tak mau sampai kesehatan Chris memburuk.

An sich penyakit Chris bukanlah penyakit sepele, ia tak mau sampai Chris semakin memburuk.

Chris hanya diam, ucapan Hendry memang benar, namun ia merasa sadar diri sebagai anak, selama ini uang orang tua mereka, keluar besar hanya karena penyakitnya ini.

An sich, Chris adalah orang yang lemah. Ia tak bisa apa-apa, ia merasa iri pada Hendry yang bisa bebas, tak merasakan sakit dan yang pasti ia tak harus bersusah payah, meminum obat sepertinya.

"Maafkan aku." Hendry menghela napas, sadar sudah membentak sang adik, ia memeluk Chris, ia tak mau kehilangan adiknya.

___TBC

A/N An sich artinya ;

Pada hakekatnya.

Day 29, semoga kalian masih stay ya

Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now