part 22 (day 22)

1K 109 16
                                    

Wasy menatap Chris yang tengah melamun, membuatnya ikut diam.

Ia sangat yakin pasti ada suatu hal yang memang menggangu Chris, sehingga sekarang Tuan mudanya itu sampai datang ke kamarnya untuk bicara berdua, padahal sekarang sudah sangat larut namun yang Chris lakukan malah datang ke kamarnya bukannya tidur.

"Bicaralah, saya akan berusaha memberikan masukan yang saya bisa, jika memang masalah Anda bisa saya mengerti," ujar Wasy ia sudah merasa penasaran sekarang, sudah sepuluh menit berlalu namun hanya helaan napas yang Wasy dengar dari Chris.

Chris menggulir matanya, dengan kedua tangan saling bertaut seakan-akan kata yang akan ia katakan sangatlah susah untuk diungkapkan, Chris bingung ingin memulainya dari mana ia ingin mengatakan semua yang ada di dalam pikirannya sekarang namun bingung memulainya dari mana.

"Kau tahu 'kan, jika aku sangat mencintai Leo?" ujar Chris, setelah lama terdim. Wasy mengangguk, lalu duduk dikarpet sedangkan Chris diatas sofa.

"Aku sangat mencintai dia walaupun mama mengatakan bahwa dia bukan orang yang baik untukku, mama mengatakan jika dia hanya ingin harta kami, tapi aku merasa tak yakin untuk itu semua. Bukankah jika dia memang ingin harta kita, maka orang yang akan Leo dekati itu kakak? karena dia anak pertama keluarga Killian, belum lagi masalah kerja. Kakak bisa kerja sedangkan aku hanya penganguran tapi Leo malah memilihku bukankah itu memang cinta?" ujar Chris pelan, ia menunduk lesu setelah mengatakannya, jujur saja itu menjadi beban pikirannya, ia takut jika ucapan Luna benar, dan masih berusaha menepis perkataan itu.

"Kau tahu Wasy? Bahkan mama menyuruh Nive untuk mendekatiku dan menjauhkanku dari Leo. Aku sama sekali tak menyukai itu, aku merasa terkekang karena ini semua, bukankah sebagai orang tua yang baik mereka hanya akan mendukung apapun yang anaknya pilih? Bukan memisahkan anaknya sendiri dari kekasihnya." ungkap Chris, ia tahu semua perkataan nya mungkin saja akan menyakiti kedua orang tuanya, andai jika mereka mendengar.

Ia berkali-kali melapalkan kata maaf dihatinya, ia tahu ia bodoh. Bukan tak menaruh curiga pada Leo, namun ia berusaha pura-pura tak ada masalah ini. Ia hanya takut untuk terluka.

Wasy terdiam ia mencerna semua yang Chris katakan, dari awal ia hanya menyimak konflik keluarga harmonis ini. Ternyata mamanya Chris sudah sampai sejauh ini untuk menjauhkan Chris dari Leo, namun Wasy mengambil dari dua sudut pandang, dari Chris dan sudut pandang orang tuanya.

Wajar jika Chris percaya pada Leo, dari awal pria manis itu memperlakukan Chris dengan baik, dan bagi Luna wajar juga ia melakukan semua ini, karena dia ibu Chris, ia memiliki hak itu.

"Tuan tentu tahu bukan jika tak ada orang tua yang ingin anaknya dalam masalah, bahkan mungkin saja orang tua bisa melakukan apa saja agar anaknya tetap aman dalam lindungan nya. Saya mengatakan semua ini bukan bermaksud ingin ikut dalam pihak nyonya untuk mimisahkan Anda juga, namun saya berpikir sangat tak mungkin jika Nyonya melakukan semua ini tanpa sebab bukan? Terlebih dulu saat pertama kali Anda memperkenalkannya dengan Leo, Nyonya terlihat sangat senang," ujar Wasy, "apa Tuan tak ingin mencari tahu?" tanyanya.

Semua hal pasti ada sebabnya maka dari itu Wasy berpikir seperti sekarang.

Chris terdiam, ia memang sadar jika tak mungkin tanpa sebab mamanya melakukan semua ini terlebih dulu saat bertemu dengan Leo mamanya itu paling bahagia namun sekarang?

"Kau benar, mama bilang, ia pernah melihat Leo bersama dengan seorang gadis, dan terlihat mesra," ujar Chris, yang masih ingin menepis kenyataan.

"Sebelumnya saya tak berani untuk ikut campur, namun renungkanlah Tuan. Jangan sampai takut terluka, namun ujungnya Anda-lah yang paling terluka," tutur Wasy.

Chris menghembuskan napasnya, yang dikatakan Wasy benar. Ia harus sedikit tegas dalam masalah ini.

Sedangkan ditempat lain, Leo tengah menatap sengit Nive yang tiba-tiba saja datang ke rumahnya, pria gila ini memang tak menggunakan otaknya, jika sudah berhubungan dengan Chris.

"Kau gila, ini sudah malam. Apa begini cara bertamu kaum bangsawan sepertimu?" Leo menatap Nive sinis, terus mengeluarkan ucapan berbisa.

"Aku hanya sudah tak tahan, ingin memberi peringatan pada jalang kecil sepertimu," sahut Nive, tak kalah sengit. Ia mengubur rasa malu, menemui Leo yang mungkin sudah akan tidur.

"Pria gila,"

"Kau tahu Jakal?" Nive melangkah lebih dekat, bersi tatap dengan Leo. Leo mengangkat alisnya sebelah, menunggu ucapan Nive selanjutnya.

"Jakal memiliki sifat ambisi yang menggebu, dan aku sering kali disamakan dengan jakal. Kupikir, kau tak terlalu bodoh untuk mengerti apa yang aku ucapkan,"

Leo berdecak, ia sebal dengan segala jenis ucapan Nive yang angkuh dan berlebihan, sangat menyebalkan dan membuatnya mual.

"Aku tak tahu, maka dari itu pulanglah. Cepat!" Leo meninggikan suaranya diakhir, ayolah ... dia mengantuk, besok ia ada jadwal pagi.

Mengapa ada manusia seperti Nive, yang tak tahu malu ini.

"Pergilah, aku muak melihatmu. Apapun rencanaku dalam mendekati Chris, itu urusanku. Berhentilah ikut campur, sialan! Oh ... demi Tuhan, kau menjengkelkan," ucap Leo, "tak bisakah, kau datang dipagi hari, ah tidak, maksudku di waktu luang, ini jam tidur dan aku mengantuk," lanjutnya.

Nive seakan sadar, ia mendengus. Lalu pergi begitu saja, ia terlalu marah dan cemburu pada Leo sampai melakukan hal bodoh ini.

Nive menelusuri jalanan dengan renungan, ia tak peduli dengan makian yang masih bisa ia dengar dari Leo.

Nive mempercepat langkahnya, ia meninggalkan mobilnya dipinggir jalan, hanya untuk masuk ke dalam gang sempit rumah Leo. Salahnya sendiri salah memilih jalan, malah masuk jalan belakang.

Nive masuk ke dalam mobilnya, ia mengusap wajahnya gusar. Ia menjadi malu sendiri dengan perbuatannya, namun mendengar ucapan Chris tentang menemani Leo tidur dengan berbincang di telepon, membuatnya kepanasan.

Nive harus melangkah lebih cepat untuk merebut Chris, sebelum si jalang miskin itu semakin berbuat jauh, apalagi sampai berhasil mencuci otak lugu Chris.

Ia tak mau sampai hal yang tak diinginkan terjadi, apalagi sampai ia gagal dan mengecewakan bibinya.

Nive segera menyalakan mobilnya, pergi meninggalkan jalan gelap dan juga sepi itu.

Sedangkan Leo dirumah, baru selesai menghubungi Chris mengadukan kelakuan Nive. Ia menyeringai saat sudah mematikan sambungan teleponnya, jika Nive mengajaknya perang maka akan ia lakukan. Leo memiliki Chris, ia akan menggunakan Chris sebagai tameng dalam peperangannya, tak apa 'kan jika berlindung dibelakang punggung kekasihnya?

"Sibodoh Nive, keangkuhannya akan aku hancurkan." Leo terkekeh kecil, lalu merebahkan tubuhnya. Menjemput mimpi yang akhir-akhir ini selalu mimpi indah.

_____TBC

day 23, kangen kalian ... kangen fase jaman dulu, pas masih awal-awal nulis. Kalian kangen gak si?

Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now