part 41 (day 41)

1K 102 17
                                    

Chris masih terdiam, disampingnya sudah ada banyak tisu, penuh noda darah. Bahkan untuk membuang tisu ke tempat sampah pun Chris tak mampu.

Lalu bagaimana dirinya menemui Leo sekarang? Ia butuh penjelasan untuk ini semua, ia butuh pengakuan langsung dari Leo, walaupun sudah jelas yang ada direkaman itu Leo dan kakaknya.

Kenyataan dalam hidupnya memang sangat pahit, ia mengira setelah sakit yang dirinya derita semuanya akan berjalan dengan baik, namun nyatanya semuanya berbanding terbalik dengan semua yang selalu ia harapkan, ya, manusia dan harapan tak terwujud adalah hal menyakitkan.

Selama beberapa bulan ini ia begitu percaya bahkan sangat percaya pada kekasih pertama dan mungkin akan menjadi kekasih terakhirnya itu, tapi apa yang Leo lakukan? Dirinya bahkan meragukan semua yang mamanya katakan, meragukan perkataan wanita yang sudah melahirkan dirinya ke dunia ini, hanya untuk membuat kekasih nyaman dalam hubungan sehat.

Semua yang Nive perlihatkan tadi itu, nyata, itu pakaian yang memang kakaknya kenakan tadi saat mendatangi dirinya dan mengatakan ia akan keluar bersama dengan kekasihnya, Chris tak pernah berpikir jika kekasih kakaknya itu orang yang sama dengan kekasihnya, pemuda yang sangat ia cintai.

Chris meremas tisu yang baru saja ia gunakan untuk melampiaskan rasa sakitnya, ia merasa pusing karena terlalu banyak berpikir tapi seberapa lama pun ia mencoba melupakan pekiran itu semuanya kembali datang, seakan-akan semua itu datang untuk menampar dirinya karena sudah salah dalam mengambil langkah.

Semua yang ia mulai maka dirinya sendiri yang akan menyelesaikan semuanya, ia akan mendatangi si manis dan meminta kesempatan lagi untuk bisa mendapatkannya kembali. Bukankah semua orang patut mendapatkan kesempatan? Ia akan meminta itu dan memperbaiki semua yang tak bisa ia lakukan dulu, ia akan berusaha mendapatkan cinta Leo lagi.

Chris sadar semua ini membuat ia bodoh, karena masih mau meminta kesempatan kedua namun dirinya merasa semua ini juga kesalahan dirinya sendiri karena tak bisa menjaga miliknya sendiri.

Ia akan berusaha sembuh kembali hingga bisa datang menemui Leo secara langsung karena jika dengan keadaan seperti ini, hanya akan mendapat rasa kasihan Leo.

****

Beberapa hari kemudian, semua berjalan dengan baik. Rahasia yang Nive katakan beberapa hari yang lalu juga, hanya diketahui oleh pemuda itu sendiri dan juga Chris karena tak ada yang membicarakan semua masalah ini lagi.

Baik Nive maupun Chris tak membahas semua itu lagi entah karena apa hingga hari ini kondisi Chris sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Kondisinya sekarang sangat baik.

"Wasy." Chris memanggil Wasy, yang sejak tadi hanya diam, Wasy memilili kebiasaan yaitu diam, dan menemaninya seharian.

Wasy menatap Tuan mudanya saat mendengar panggilan itu, ia sudah menunggu ini semua sejak beberapa hari yang lalu karena Chris cenderung pendiam sekarang entah karena apa.

Wasy bisa merasakan semua itu karena terlalu dekat dengan pria itu sepertinya namun jika disuruh untuk bertanya ia tak ada keberanian, karena tak ingin membuat Tuan mudanya merasa tak nyaman, dan tak mau terkesan kepo.

"Apa ada yang Anda butuhkan?" tanya Wasy, ia menghampiri Chris.

Chris menghela napas, sebelum mengatakan apa yang ia inginkan.

"Bisa kau mengantarku ketempatnya Leo, pasti sekarang dia sudah pulang dari kerjanya 'kan?" ujar Chris.

"Ini apa dipikiranmu hanya ada kekasihmu itu?" celetuk Wasy, ia sudah jengkel dengan rasa cinta berlebihan Chris.

"Apa maksudmu?"

"Setiap, detik, menit bahkan jam, selalu saja Tuan Leo. Apa Anda tak pernah memikirkan hal lain?"

Wasy memberanikan diri, mengatakan apa yang seharusnya ia katakan.

"Leo kekasihku, itu hal wajar," imbuh Chris, berhasil membuat Wasy membuang pandangannya.

"Harus saya katakan, Anda bodoh Tuan, maaf." Wasy menghembuskan napasnya, setelah mengatakan hal itu.

"Aku tahu," jawab Chris, "aku bahkan tahu, jika dia ada hubungan dengan kakak," lanjutnya.

Rasanya jantung Wasy akan melompat dari tempatnya, Chris sudah tahu?

"Apa kau juga sudah tahu?" tanya Chris.

"Dari siapa Anda tahu?" Wasy balik bertanya.

"Nive, dia mengatakan segalanya. Bahkan dia memberikan bukti nyata," jelas Chris.

Wasy mengepalkan tangannya, bagaimana bisa si cerewet Nive, mengatakan hal gila ini pada Chris.

"Aku tahu, dan aku kecewa. Tapi aku akan melakukan negoisasi dengan Leo," ujar Chris, Wasy mengerutkan keningnya.

"Aku akan meminta waktu dua bulan, untuk membuatnya kembali padaku, dan mencintaiku. Tapi jika dalam dua bulan dia memilih pergi, aku akan menyerah," tutur Chris, Wasy semakin dibuat tak habis pikir dengan jalan pikir Chris.

Seharusnya yang meminta waktu adalah Leo, dia yang bersalah. Mengapa harus Chris, manusia macam apa Chris ini?

"Terserah Anda Tuan, semua yang menurut Anda baik, maka lakukanlah. Walaupun saya atau yang lainnya melarang, saya yakin Anda tetap akan melakukannya," ucap Wasy.

"Jadi, ayo antarkan aku." Chris beranjak dari ranjang, ia memakai jaketnya.

Wasy pasrah, ia akan mengantar Chris. Ia mengerti, Chris pasti akan mengajak Leo bicara tentang masalah ini.

Wasy keluar terlebih dahulu, ia akan menyiapkan mobil. Namun, langkahnya berhenti saat melihat Nive tengah menonton televisi.

"Apa yang Anda lakukan?" Wasy menghampiri Nive.

"Lihat." Nive menunjuk televisi yang tengah menyiarkan acara jejak manusia.

"Itu namanya gabaha, atau akar bahar. Katanya, bisa mengusir roh jahat. Andai ada yang jualan, Aku pasti akan membeli gabaha," tutur Nive, yang sangat tak masuk akal bagi Wasy.

"Eum ... Anda benar, Anda harus membelinya, agar otak Anda sedikit berfungsi setelah dihasut oleh banyak roh," celetuk Wasy.

"Maksudmu apa?"

"Seharusnya saya yang bertanya seperti itu, maksud Anda apa? Memberi tahu Tuan muda tentang perbuatan Leo dengan Tuan Hendry," jelas Wasy, membuat Nive menelan saliva-nya.

"Demi Tuhan, Anda gegabah. Mengapa tak Tuan Hendry saja yang Anda beri tahu, mengapa harus Tuan muda? Apa Anda tak memikirkan resikonya, Tuan muda sakit, dia berbeda." Wasy meledak, baru kali ini ia bicara panjang lebar dengan emosi yang membucah.

Nive mengepalkan tangannya, ia berdiri dari duduknya, mata kelamnya dengan mata Wasy bersi bobrok, menatap Wasy tajam.

"Harusnya kau yang disalahkan, kau tahu lebih dulu, namun kau tak mengambil tindakan, mau Chris tahu sekarang atau nanti, tetap saja ia akan kecewa, aku sudah berusaha untuk memberi tahu si keparat Hendry, namun dia kepala batu," ucap Nive, suara sedikit bergetar sirat akan ketidak terimaan dengan ucapan Wasy.

"Sudahlah dimata semua orang aku memang selalu salah." Nive menyenggol bahu Wasy, saat pergi.

Wasy merutuki perkataannya, seharusnya ia bisa mengontrol nada bicaranya. Wasy yakin, Nive benar-benar marah saat ini.

"Ayo Was, aku sudah siap." Wasy mengangguk, saat mendengar ucapan Chris, yang tengah menuruni tangga.

____TBC

DAY 41, sembilan hari lagi gyusss ....

Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now