part 44 (day 44)

1K 99 12
                                    

Chris menggenggam tangan Leo dengan erat saat mereka tengah duduk ditaman kota yang ternyata sudah cukup sepi karena sekarang sudah sangat larut.

"Kau tahu Le? Selama beberapa hari saat aku sedikit sembuh, aku memikirkan bagaimana keadaanmu diluar sana, Apa kau sehat atau tengah kelelahan karena kerja, karena pada saat itu aku tak bisa menjemput ataupun menemanimu kerja," tutur Chris, ia terus menggenggam tangan sang kekasih, seakan jika dilepas, Leo akan meninggalkannya, ia ingin membagi cerita bagaimana perjuangannya untuk bisa sembuh dan kembali menemani Leo setiap harinya.

Leo menatap Chris malas, kenapa pria itu tak malu mengatakan semua itu? Setiap saatnya selalu berbicara tentang hal yang sama sekali tak ia sukai. Ini perbedaan antara dua saudara itu, jika Hendry akan bersikap santai seperti keinginannya, berbeda dengan Chris yang selalu tak bisa diam walaupun sebentar saja.

Ia akan bersikap biasa saja sekarang karena semuanya sudah ketahuan jadi biarkan Chris melihat sifat aslinya, selama ini sudah cukup dirinya berpura-pura dengan semuanya, sungguh memuakkan.

"Mulai sekarang kau tak perlu merasa khawatir dengan kondisiku, karena sekarang sudah ada Hendry yang akan ada disampingku. Dia selalu menemaniku selama kau sakit karena dia sehat jadi semua hal yang dia lakukan itu bebas tanpa ada halangan sedikitpun. Tak seperti dirimu yang selalu dijaga dengan ketat, dan tak bisa bebas seperti Hendry," ujar Leo dengan santai, seakan membandingkan orang lain itu adalah hal biasa.

Chris menatap sendu tangannya yang tengah menggenggam tangan Leo.

Leo memang benar, ia dan juga kakaknya memiliki banyak berbedaan sehingga membuat kakaknya itu selalu lebih sempurna dari dirinya. Hendry sehat saja, ia kalah dengan itu, apalagi jika dibandingkan dengan hal lainnya, bahkan ia tak sekolah seperti kakaknya, memiliki banyak bakat di kuliahannya sedangkan dirinya, hanya bisa menulis saja tanpa ada bakat yang lainnya.

"Kau memang benar Le. Kakak memang sempurna jadi dia berhak mendapatkan dirimu yang sangat sempurna juga. Namun apa salahnya jika aku ingin ada seseorang yang sempurna juga untuk menemani diriku yang penuh dengan kekurangan? Kalian sehat saja aku kalah apa lagi hal yang lainnya, jelas aku tertinggal jauh." Chris terkekeh setelahnya, ia merasa sakit dengan kenyataan ini namun manusia penyakitan seperti dirinya juga berhak mendapatkan kebahagiaan bukan? Lain kali ia tak akan membahas hal ini, itu membuatnya terlihat sangat tak berguna.

Leo tak mengubris ucapan Chris, ia merasa bosan sekarang, lebih baik menikmati semua pemandangan ini dari pada harus mendengarkan semua yang Chris katakan. Semua perkataan itu cukup menyayat hatinya namun Leo tak peduli karena sekarang misi balas dendamnya sudah dekat, tinggal menunggu hari yang tepat ia akan membuat Chris jatuh sampai tak bisa berdiri lagi serta membuat Hendry juga merasakan hal yang sama, setelah itu ia akan menikmati kehidupan tenangnya bersama dengan Dalfa.

Leo menyeringai, ia menyenderkan kepalanya dibahu Chris, rasanya lehernya pegal jika tak bersandar.

Chris tersenyum tipis, ia mengerti dengan sikap Leo yang anak bulan, ia tak mempermasalahkan itu. Ada saatnya, seseoarang anak bulan akan bersikap baik sampai seterusnya.

Lama mereka diam memandang suasana malam yang tenang, walaupun dingin itu tak menjadi masalah untuk Chris, apapun keinginan Leo akan ia penuhi.

"Aku ingin pulang," celetuk Leo, ia mendongak menatap Chris.

"Baiklah, lagipula angin malam tak bagus, sudah kukatakan tak baik kencan malam seperti ini," ucap Chris.

"Iya aku tahu, kau tak usah cerewet, ayo antar aku pulang." Leo beranjak dari duduknya, Chris mengekori Leo, ia hanya bisa menurut.

Selama perjalanan pulang, Leo dan Chris tak terlibat perbincangan apapun. Ditambah sikap Wasy yang cuek, semakin menambah keheningan.

Tak butuh waktu lama, Wasy menghentikan mobilnya.

"Sudah sampai Tuan," ucapnya.

"Tak usah antar aku sampai pintu, kau pulanglah. Terima kasih, sudah mengantarku," ucap Leo, mencegah Chris yang akan ikut keluar dari mobil.

"Baiklah, selama malam ... langsung tidur ya," ucap Chris, yang hanya diangguki Leo, sang submisif masuk ke dalam rumah, tak lupa melambaikan tangannya sebelum masuk.

Wasy yang melihat itu, segera menjalankan mobilnya, ia tak mau terlalu larut dijalan.

***

Disinilah Chris, setelah pulang ia langsung masuk ke dalam kamar. Sampai membuat Wasy diam, dengan Tuan mudanya yang langsung masuk kamar, tanpa mengatakan satu katapun pada dirinya, rasanya aneh karena Chris selalu mengatakan semua yang terjadi pada dirinya namun sekarang? Semuanya terasa hampa entah karena memang tak ada cerita atau Chris yang memang tak ingin bicara pada dirinya.

"Heh bodoh! Kenapa kau baru pulang jam segini?"

Wasy menatap kearah samping, dimana ada Nive yang tengah menatapnya dengan tatapan memicing, ia sudah bersikap cuek pada pemuda itu selama beberapa hari ini karena tak menyukai sifat gegabah Nive  tapi lihat sekarang pemuda itu sendiri yang mendekati dirinya, padahal ia sendiri yang marah-marah padanya waktu itu.

"Itu bukan urusan Anda, lebih baik Anda kembali tidur," ujar Wasy, ia ingin melihat reaksi yang Nive berikan.

Nive mendengus, ternyata perempuan itu masih marah pada dirinya? Padahal ia sudah menurunkan harga diri, mengajaknya bicara lebih dulu, seharusnya dirinya yang marah lama pada Wasy.

"Kau masih marah? Harusnya 'kan, aku yang marah," ujar Nive, ia menarik tangan Wasy, lalu menggenggamnya.

"Seharusnya Anda merenung Tuan, kesalahan Anda sangat besar," celetuk Wasy, Nive merengut tak suka.

"Aku hanya mengatakannya, agar Chris sadar, kenapa kau tak mengerti si!" Nive berdecak.

Wasy menghela napasnya, sifat kekanakan Nive terkadang membuatnya sebal.

"Tuan, bagaimana sampai Tuan Chris kenapa-napa, apa Anda akan bertanggung jawab." Wasy menatap Nive tajam, ia menarik tangannya.

Nive terdiam, kali ini ia salah? Ia mengerti, namun ia tak bisa mengulang waktu untuk memperbaikinya.

"Setidaknya jangan marah, aku tahu aku salah, tapi aku tak bisa mengulang waktu untuk memperbaikinya," ujar Nive, entah kenapa rasanya sakit saat Wasy mengatakan hal itu.

"Sudahlah, ini sudah malam tidurlah, saya lelah hari ini, saya ingin istirahat," ucap Wasy, ia melangkah pergi.

"Minggu depan aku akan pulang ke rumah, jadi berhentilah marah," ucap Nive, berhasil menghentikan langkah Wasy.

"Aku akan pulang, ibuku sakit," lanjutnya.

Wasy menghela napas, tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia melanjutkan langkahnya kembali.

Nive menghapus air matanya kasar, yang entah sejak kapan keluar. Dengan langkah lebar, ia kembali ke kamarnya, ia tak suka dengan sikap Wasy, yang mengabaikannya.

Tadi saja, saat ia meminta diantar untuk membeli pakaian baru, Wasy sama sekali tak membaca pesannya, menyebalkan.

___TBC

A/N anak bulan artinya ; kadang baik, kadang buruk  ....

Day 44, 6 hari lagi gyussss ...

Menurut kalian Wasy sama Nive bakal baikan gak?

Regret ( Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang