part 32 (day 32)

894 99 24
                                    


"Wasy, bisakah kau mengantar aku keluar sebentar hari ini?" ucap Chris, saat Wasy datang membawakan sarapan.

Wasy menghela napasnya, kondisi Chris belum terlalu memungkinkan keluar, namun sekarang Chris malah ingin keluar rumah yang mungkin saja akan membuat kondisinya menjadi semakin buruk.

"Tuan, ini musim dingin dan keadaan Anda tak memungkinkan untuk keluar," ujar Wasy, ia tak ingin sampai kondisi Chris semakin memburuk.

"Aku ingin pergi ke rumah Leo sebentar saja, setelah itu aku berjanji akan langsung pulang," ujar Chris, ia ingin sekali bertemu dengan Leo sekarang.

Wasy lagi-lagi menghembuskan napasnya, inilah hal yang membuat Wasy tak suka pada sifat baik dan perhatian Chris pada Leo. Apalagi sekarang ia tahu, jika Leo tengah dekat Hendry.

"Baiklah, tapi hanya sebentar," ucap Wasy pada akhirnya, ia akan menjaga Chris sebaik mungkin nanti, agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan, setelah itu ia akan langsung kembali mengajak Tuannya itu pulang.

Chris tersenyum dengan menatap ke arah selang infus yang ada ditangannya, tak masalah bukan jika ia melepasnya sebentar? Ia ingin sekali bertemu dengan Leo sekarang.

Pada akhirnya Wasy membantu Chris melepas infus, dan persiapan obat-obatan Chris, sedia payung sebelum hujan.

Selama perjalanan, Wasy mengatakan jika ia hanya punya waktu sebentar untuk bicara dengan Leo, ia tak masalah dengan itu semua, karena sekarang yang hanya dirinya pikirkan bagaimana ia bisa bertemu dengan Leo.

"Apa Anda merasa pusing?" tanya Wasy, ia menatap Chris lewat kaca kemudi.

Chris menggeleng, tentu saja sakit. Hanya saja ia tak mau sampai Wasy semakin memperketat pergerakannya.

Saat sampai di depan rumah Leo, Chris menyuruh Wasy menunggu diluar selagi dirinya masuk ke dalam rumah sang kekasih, ia tahu betul jika Leo tak terlalu suka jika ada Wasy ikut diantara mereka berdua.

Chris sedikit merasa kepalanya jauh lebih sakit, saat berjalan ke rumah Leo, ia menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pening yang mendera.

Tok

Tok

Tok

Chris mengetuk pintu untuk beberapa saat, menunggu sang kekasih menyambutnya.

"Hai," sapa Chris, senyuman manis terbit dibibir pucat itu, saat mendapati Leo membuka pintu.

"Hai, ayo masuk." Leo balas tersenyum kaku, ia cukup terkejut dengan kedatangan Chris, untung saja Hendry tak datang hari ini, ia menyuruh Chris masuk.

Keduanya masuk, Chris langsung memeluk Leo. Ia sangat merindukan Leo, sungguh.

"Maaf tak datang selama beberapa hari ini, aku sakit jadi tak bisa mengunjungi atau menghubungimu terus," tutur Chris, Leo melepas pelukan sepihak Chris.

"Tak apa, aku mengerti," ucap Leo, ia duduk diikuti oleh Chris.

"Le, aku minta maaf. Jangan marah," ucap Chris.

"Aku tak marah, sungguh." Leo menarik tangan Chris, lalu ia genggam.

Chris menunduk, ia merasa canggung dengan kekasihnya ini, namun entah kenapa.

Tes

"Hey, Chris are you okay?" Leo menangkup pipi Chris, membuat Chris mendongak. Leo menganga, ia terkejut saat melihat hidung Chris mengeluarkan darah.

"Diem!" pekik Leo, ia segera pergi mengambil tisu.

Chris mengusap hidungnya, ia terkekeh miris saat hidungnya tak henti-henti mengeluarkan darah.

Leo segera menyeka darah Chris dengan tisu, ia benar-benar panik. Ia pikir Chris tak sakit parah. Leo menyumbat hidung Chris dengan tisu.

"Le, boleh aku berbaring?" tanya Chris, Leo hanya mengangguk membiarkan Chris menjadikan pahanya sebagai bantal.

"Apa sangat sakit?" tanya Leo, Chris tersenyum tipis. Ia tak menjawab pertanyaan Leo.

"Sebenarnya kau sakit apa?" tanya Leo lagi, ia benar-benat dilanda gundah dalam hati.

"Kau tahu itu Le, penyakit ini sudah menyerang sejak aku kecil." Chris terkekeh miris, "kupikir aku akan menyerah dan menunggu ajal menjemput, namun setelah aku bertemu denganmu, aku memiliki semangat untuk sembuh, walau rasanya aku tak yakin," lanjutnya.

Leo menelan saliva-nya, ia mengelus kepala Chris.

"Apa kau sangat mencintaiku?"

Pertanyaan dari Leo, yang tak perlu dipertanyakan bagi Chris.

"Mengapa kau sangat mencintaiku Chris? Bagaimana jika aku ini menyakitimu dikemudian hari?"

"Apa kau akan melakukan itu?" tanya Chris pada akhirnya, membuat Leo bungkam.

"Apa kau tak mencintaiku Le?"

Leo membuang pandangannya, apa itu cinta? Leo rasa ia tak pernah mencintai pria manapun, kecuali satu perempuan yaitu Dalfa, cintanya sudah habis untuk perempuan itu.

"Le bagiku, jika kelak rasa sakit itu memang benar-benar datang, aku berharap kamu mencintaiku, karena mau kau berbohong, menyakitiku, jika kalimat itu masih ada, aku tak apa," tutur Chris, membuat Leo semakin merasa terpojokkan.

"Berhentilah menjadi manusia baik, kamu tak tahu jika didunia ini kejam Chris, berhenti memandang semua orang baik, bahkan bisa saja aku ini musuhmu," ucap Leo, kesal sendiri. Ia tak mau sampai merasa bersalah.

"Terima kasih, Le." Chris mendudukan dirinya, ia tersenyum simpul.

"Aku tahu, perkataanmu itu adalah sebuah tanda peduli padaku. Aku tak apa Le, selama kamu bisa nerima keadaanku, aku akan baik-baik saja. Sejahat apapun dunia, setidaknya aku masih memiliki orang-orang yang menyayangiku," ucap Chris, Leo menunduk lalu mengangguk.

Leo memeluk Chris, merasakan hangatnya tubuh sang dominan.

"Kuharap semua akan baik-baik saja," ucap Leo, yang diangguki Chris.

"Aku berjanji keluar rumah sebentar, maaf tak bisa lama-lama menemanimu, aku harus pulang. Aku berjanji, setelah aku lebih baik dari sekarang, aku akan selalu ke sini,"

"Ya, pulanglah. Tak ada orang baik-baik saja, saat tisu yang menyumpal hidungnya sudah berubah warna menjadi merah," ucap Leo, ia tak berani melihat lagi, tisu dihidung Chris yang sudah berubah warna.

Chris melambaikan tangannya sebelum pergi, ia merasa tubuhnya lemas dan belakang kepalanya terasa ditusuk-tusuk.

****

Di sinilah Chris saat ini, terbaring lemah siatas ranjang. Bahkan Luna sampai memanggil dokter untuk memeriksa keadaanya, Wasy tak henti-henti menggerutu menyalahkan dirinya.

"Bagaimana ini Nyonya, ini salah saya." Wasy berucap lirih, membuat Luna mendongak, perempuan paruh baya itu menghampiri Wasy memeluk perempuan itu.

"Sibungsu Killian orang yang hebat, dia tak akan kenapa-napa," ucap Luna.

Wasy mengangguk, Luna memang orang yang bestari ia tak akan menyalahkan orang lain dengan hal buruk yang menimpa keluarganya.

"Nyonya, saya berjanji akan menjaga Tuan muda lebih ketat lagi," ucap Wasy lirih, walaupun Luna bestari dalam menghadapi situasi, tetap saja rasa bersalah itu ada.

Luna mengangguk, ia mengusap-ngusap punggung Wasy. Ia tak mau sampai Wasy merasa terbebani, lagipula keadaan Chris yang memburuk bukan salah siapapun, hanya saja memang mungkin seharusnya begitu.

"Saya berharap, Tuan muda bisa sembuh seperti orang pada umumnya, tak ada yang tidak mungkin bukan?" ucap Wasy, yang tentu saja dianggki oleh Luna.

___TBC

A/N BESTARI ARTINYA

orang bijak ...

DAY 32, hug buat Chris, pengen seme kek Chris .... 🙃





Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now