part 39 (day 39)

942 99 29
                                    

Chris terdiam didalam kamar miliknya, walaupun sudah pulang dari rumah sakit namun dirinya masih harus memakai infus lagi, semuanya kembali seperti dulu.

Ia memang tak bisa bebas seperti impiannya selama ini, semuanya hanya angan saja tapi dibalik itu semua Chris masih bersyukur karena sudah pernah merasakan kebebasan selama dua bulan lebih, menikmati semua yang orang normal lakukan yang dulu tak bisa ia lakukan, bertemu orang baru yang membuat ia merasa senang dan yang paling membuat Chris merasa beruntung ialah, ia bertemu dengan Leo.

Si manis dengan senyuman menawannya serta perkataanya yang selalu menenangkan membuat ia luluh, ia mengira tak ada orang yang asik diajak bicara selain keluarganya saja, namun ternyata setelah bertemu dengan Leo, pandangannya berubah, orang baru bukanlah suatu hal buruk.

Semangat yang Leo berikan mampu membuat dirinya merasa sangat-sangat senang, hingga rasa senang itu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata saja.

Ia tahu, bahkan Chris sadar jika cinta yang dirinya memiliki untuk Leo terlalu dalam dan berlebihan,  semua yang ia lakukan pasti akan terlihat bodoh. Namun itulah yang ia rasakan, ia merasa senang dengan itu semua.

Bagaimana tidak, sejak kecil ia selalu terkurung di dalam kamar dengan ditemani obat-obatan serta keluarganya saja, sehingga saat sudah dewasa ia bisa merasakan kebebasan yang selalu dirinya nanti.

Bertemu seseorang yang membuat ia tersenyum sehingga dengan perlahan cinta itu hadir karena terbiasa akan kehadiran sosok itu didalam hidupnya. Tak akan mudah jika harus melupakan nya karena yang ada malah cinta itu semakin membesar setiap harinya.

Itulah yang Chris rasakan sehingga akan sulit untuk percaya dengan perkataan orang lain tentang kekasihnya, karena yang hanya ia tahu. Leo itu pemuda yang sangat aktif, ceria, mudah senyum dan ia menyukai itu semua. Menyukai apapun yang ada didalam diri kekasihnya itu.

"Le, kapan kau akan datang menemui diriku lagi seperti saat terakhir kali kita bertemu dirumah sakit. Kau sudah mengatakan tak akan meninggalkan diriku 'kan?" gumam Chris dengan tatapan nanar mengarah pada tangan kurus miliknya yang terhadap infus disana, ia takut saat dirinya sakit si manis akan pergi karena tak betah dengan dirinya yang selalu saja sakit.

Ia tak bisa melakukan hal yang bebas lagi sekarang sehingga hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, Chris pasrah semua semua yang akan terjadi kedepannya. Yang terpenting kekasih dan juga keluarganya bersama dengan dirinya.

Chris pantas diberi gelar, sibodoh dengan segala perasaan yang berlebihan.

****

Nive mendengus ia menatap ponsel miliknya, yang tak ada balasan apapun dari Wasy, ia sudah meminta untuk dijemput satu jam yang lalu tapi perempuan itu tak membalasnya sampai sekarang.

Ia tengah berada di bioskop sendirian karena ingin mencari hiburan sejenak, mau mengajak Wasy pun perempuan itu menolak dengan alasan ingin menjaga Chris di rumah, ia langsung mengerti sehingga sekarang dirinya sudah menonton film untuk kedua kalinya namun Wasy masih belum datang juga, oh demi apapun saat bertemu dengan Wasy nanti ia akan pastikan wanita itu akan habis ditanganya lihat saja.

Cukup lama Nive menikmati film, sebelum tatapannya mengarah pada sosok yang sangat ia kenal, itu Hendry.

Dominan itu pergi bersama seorang pemuda yang sangat Nive benci, lihat mereka bahkan berpelukan tanpa malu dilihat orang-orang.

Leo memang penjahat ulung yang kelas atas, bagaimana tidak? Dia memacari dua saudara sekaligus dan juga memacari seorang gadis juga.

Dengan cepat Nive langsung mengambil ponselnya,  untuk memperlihatkan semua ini pada Wasy, ia merekam dengan jelas Hendry tengah memeluk Leo, bahkan Leo dengan tak tahu malu mencium pipi dominan itu, setelah puas merekam semuanya Nive langsung memasukan kembali ponselnya.

Nive akan membuat rekaman itu sebagai pegangan.

"Bajingan tengik, sebanarnya apa yang submisif itu rencanakan." Nive bergumam, ia merasa zan pada Leo. Submisif itu memiliki niat yang sangat buruk pada Chris.

Hanyut dalam rasa zan-nya pada Leo, Nive sampai tak sadar jika flm, sudah selesai. Nive keluar, ia berjalan keparkiran.

Nive segera menghubungi Wasy, ia meminta dijemput. Untung saja Wasy mau menjemputnya, jika tidak, Nive mungkin akan semakin marah pada perempuan itu.

"Hey ... sedang apa saudaraku ini di sini?" Hendry menepuk bahu Nive, membuat sang empu terkejut.

"Kau tak lihat?" Nive berucap jengkel, "aku sedang berdiri," lanjutnya.

Hendry terkekeh, "kenalkan Le, dia putra kakak papaku." Hendry mengenalkan keduanya.

Nive tak menerima jabatan tangan Leo, ia mendengus.

"Ah, maaf. Sepertinya saudaramu ini, tak menyukaiku," ucap Leo, menarik tangannya kembali.

Nive menaikan sebelah alisnya, Leo benar-benar seorang pemain handal dalam teater.

"Kau pintar ber-drama, sungguh," ucap Nive, ia berdecih setelahnya.

"Jangan dengarkan dia, dia memang sedikit aneh," ucap Hendry.

Nive memutar bola matanya malas, adik dan kakak sama saja, sama-sama bodoh.

"Bodoh, tolol, bangsat, dan satu lagi, keras kepala," cetus Nive, membuat Hendry menatapnya dingin.

"Apalagi kali ini Nive? Ada apa denganmu, kau ini sebenarnya punya masalah apa?" Hendry bertanya beruntun.

"Pertanyaan ini cocok denganmu, berhentilah menjadi orang bodoh. Submisif didunia ini, tak hanya satu, ada banyak." Nive menggulir matanya, melihat mobil yang dikendarain Wasy sudah datang.

"Sudahlah, aku mau pulang. Sana kalian bercinta, saling memanaskan tubuh diranjang, kalian cocok. Sama-sama menjijikan!"

Nive sedikit berteriak, sebelum masuk ke dalam mobil.

"Bajingan!" Hendry balas berteriak.

Leo mengusap tangan sang kekasih, "sudahlah sayang, dia memang tak suka padaku. Jangan marah-marah, aku tak mau kalian bertengkar," ucapnya.

"Kau tak marah? Dia merendahkanmu, Le." Hendry menunjuk mobil yang ditumpangi Nive yang sudah melaju menjauh.

Leo menghembuskan napasnya, ia mengerti akan ucapan Hendry, pasti pria dominan ini, tak terima dengan makian Nive.

Namun bukankah ber-drama demi menarik simpati Hendry itu penting? Sebenarnya, Leo ingin sekali membalas atau bahkan menampar wajah Nive, namun ia tak mau kehilangan ke anggunannya dihadapan Hendry.

"Tak apa, dia mengatakan itu karena kesal, walaupun aku tak tahu dia kesal kenapa. Ayo, kita harus pulang," ucap Leo, yang diangguki Hendry.

Hendry sebenarnya merasa aneh dengan sikap Leo, dan juga Nive. Jika keduanya tak saling mengenal, mengapa Nive sampai semarah itu saat dikenalkan dengan Leo?

Hendry melirik Leo, ia tersenyum tipis. Ia dan Leo baru saling mengenal, tapi rasanya Leo tak akan pernah mempermainkannya.

Si polos Leo, tak akan melakukan hal buruk yang sering kali Nive tuduhkan.

Namun jika iya, Akan Hendry pastikan Leo tak akan lepas dari genggamannya, jika benar Leo punya niat buruk, ia akan menghancurkan Leo kembali.

___TBC

A/N Zan artinya, merasa curiga

DAY 39, gak kerasa gyuss ...

Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now