Part 50 (day 50)

5.1K 225 87
                                    

Keluarga Killian masih merasa kehilangan anak mereka sampai sekarang, hingga terkadang setiap satu minggu sekali mereka pasti akan datang ke tempat istirahat terakhir si bungsu.

Bohong jika mereka ikhlas, mereka hanya berusaha membiasakan diri, jika terus berlanjut bukankah malah akan membuat Chris tak tenang di sana?

Pagi ini Wasy berkunjung ke sana bersama dengan Nive, yang sekarang mulai tinggal dirumah sang paman, untuk menghibur mereka walaupun nyatanya dirinya juga ikut merasakan sakit atas kepergian Chris.

Nive masih mengingat dengan jelas bagaimana pelukan Chris saat ia menangis karena tak bisa mendapatkan dominan yang baik seperti pria itu. Chris mengatakan bahwa dirinya juga akan mendapatkan dominan yang sangat baik juga nantinya walaupun bukan dia dominan itu, sekarang Nive percaya itu semua karena sekarang ia tengah duduk bersama dengan perempuan yang sangat ia cintai entah sejak kapan.

Nive baru merasakan itu semua sejak mereka berpisah dulu, saat ia harus pulang ke rumah. Bahkan mereka baru bisa menjalani hubungan baik ini selama beberapa bulan belakangan ini karena Wasy masih terpuruk atas kepergian Chris yang sudah satu tahun lamanya.

"Kamu membawa apa untuk Chris?" ujar Nive memecah keheningan, Wasy tak akan membuka suara sebelum orang lain yang mengajaknya bicara, sedikit menjengkelkan tapi Nive tetap menyayangi Wasy.

"Membawa kamu bersama denganku ke sana, terakhir kali ke sana aku sudah berjanji pada Tuan muda untuk datang kembali bersama denganmu," ujar Wasy, ia mengentikan langkahnya, melihat nisan bertulisan nama Chris.

"Memangnya aku barang yang bisa kau bawa kemana-mana?" ujar Nive tak terima, ia menatap Wasy sinis, pemuda itu masih tetap sama seperti dulu karena sifat menyebalkan itu sangat sulit untuk dihilangkan.

"Menurut kamu?" Wasy mengangkat kedua alisnya, ia malas mendengar rengekan kekasihnya ini. Ah iya kekasih, ia sampai lupa jika beberapa bulan yang lalu dirinya baru saja menyatakan cintanya pada Nive karena rasa itu sudah ada sejak lama, namun ia bingung bagaimana mengungkapkan semuanya sampai pada saat itu dirinya memberanikan diri mengatakan semuanya, karena Chris pernah mengatakan.

"Kau tahu Wasy, suatu saat nanti kau pasti akan merasakan rasa cinta yang sama seperti diriku sekarang. Hingga rasanya berpaling sejenak saja rasanya tak akan bisa, walaupun dimata orang lain dia buruk, tapi dimatamu dia terbaik, nanti jika kau merasakannya maka langsung katakan saja, jangan pernah ragu, karena takutnya dia diambil orang lain."

Ucapan Chris yang itu seakan menampar dirinya, saat ingin menunda semuanya karena ia tak pandai merangkai kata-kata manis, lagipula seharusnya Nive yang menyatakan cinta, tapi ia tetap melawan rasa ragu dihatinya, alhasil dia yang lebih dulu mengajak Nive untuk menjadi kekasihnya.

Wasy mengusap ukiran nama Chris yang indah, dulu Chris tinggal di rumah megah bersama keluarganya, tapi saat ini Chris tinggal di rumah abu.

"Sudah satu tahun ya?" Nive berucap lirih, ia menunduk menatap lantai.

"Apa kau bahagia sekarang?" tanyanya.

Wasy diam mendengarkan setiap celotehan Nive yang berdengung ditelinganya, ucapan Nive lumayan menyentuh hatinya.

"Chris, kau benar ... aku akan mendapatkan dominan yang sama baiknya denganmu, dia perempuan baik, bahkan sangat baik, maaf karena saat kepergianmu aku tak ikut mengantarmu pergi, andai aku tahu kau akan pergi, mungkin aku akan sedikit lama tinggal di rumah bibi saat itu," tutur Nive, air matanya sudah lolos. Berusaha sekeras apapun, tetap saja ia akan menangis juga jika mengingat Chris sudah tiada.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now