𝟏𝟏. 𝐀 𝐂𝐨𝐧𝐝𝐢𝐭𝐢𝐨𝐧

884 49 11
                                    

_

"Bagaimana? Masih belum diangkat?" Darkan bertanya pada Arciano dengan alis bertaut, tampak kesal karena asisten pribadi dari Matteo tidak mengangkat panggilannya.

Arciano menggeleng sambil menjauhkan ponsel dari telinganya. "Kita telah mencoba menelepon Naco selama sepuluh menit, tetapi sedari tadi dia tidak mengangkat panggilannya. Haruskah kita menelepon langsung pada Matteo? Karena para resepsionis pun tidak tahu di mana mereka berada."

Darkan menggangguk, lalu Arciano segera mencari nomor lain, dan menelepon pada nomor Matteo, tetapi panggilan pun tak kunjung diangkat.

"Kita kunjungi dia lagi secara langsung nanti ketika di Las Vegas. Aku yakin sekarang Matteo dan asisten pribadinya tidak akan mengangkat panggilan dari kita."

Arciano mengangguk. "Aku akan memesan tiket pesawat ke Las Vegas sekarang."

"Jangan hari ini. Kita kembali ke Las Vegas besok hari, hari ini kita kembali ke New York."

"Baik."

***

Anne dan ketiga temannya tengah bersiap untuk pulang. Di dalam kamar masing-masing mereka tengah menata barang-barang mereka ke dalam koper, kecuali Jean, dia tidak mengemas apa pun, dan menunggu di dalam kamar Anne, dia duduk di kursi sambil bermain game di ponselnya.

Dan Anne menoleh saat mendengar Jean yang tiba-tiba mengumpat, dia tampaknya tengah frustasi karena game yang dimainkannya.

Kebetulan Anne yang baru saja selesai mengemas barangnya, ia langsung keluar sambil menyeret kopernya, tidak mempedulikan Jean yang masih fokus bermain game, apalagi dia tadi masuk ke kamarnya pun dengan cara memaksa, dengan alasan ingin menunggu di dalam kamarnya.

"Anneee." Baru saja menutup pintu, seseorang memanggilnya, Anne menoleh ke arah suara, mendapati Naomi dan Thomas yang sedang berjalan ke arahnya dengan ceria.

"Mana Jean?" Naomi menatap ke sekelilingnya. "Katanya dia menunggu di kamarmu?"

"Dia ada di dalam."

"Dia sedang apa?" Naomi mengernyitkan dahinya bingung, lalu pintu terbuka.

Jean keluar sambil menggerutu kesal karena Anne meninggalkannya.

Naomi tersenyum, merasa Jean sangat lucu saat sedang kesal, sedangkan Anne melangkah pergi, tidak peduli sama sekali tentangnya.

Tak lama kemudian, mereka tiba di bagian resepsionis, dan lantas melakukan check-out atas nama yang dipakai saat check-in.

Namun, saat giliran Anne, seorang resepsionis berucap hal lain terlebih dahulu, bukan seputar check-out. "Mohon maaf, ini untukmu, titipan dari seseorang."

Anne menatap bingung paper bag polos dengan warna coklat tua itu, lalu ia menerimanya dan dengan ragu membukanya, dan menelan ludahnya dengan tatapan membulat sempurna. Paper bag itu berisikan belanjaan yang semalam dibelikan Darkan untuknya!

Jean menatap dengan penuh selidik. "Itu apa? Dari siapa?"

"B-bukan dari siapa-siapa." Anne menjawab dengan terbata lalu mengalihkan pandangannya kembali ke seorang resepsionis, dan lanjut melakukan proses check-out.

"Atas nama siapa paper bag itu??" Tanpa menunjukkan wajah ramahnya, Jean bertanya pada seorang resepsionis yang sedang berbicara dengan Anne.

"Tunggu sebentar." Resepsionis itu menanggapi lalu menatap pada buku catatan di atas meja resepsionis. "Atas nama Zion Darkan Sebastian." ucapnya dengan ramah, dan sudah menjadi tugasnya untuk tetap profesional walaupun ia jengkel dengan sikap salah satu pengunjung laki-laki itu.

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang