𝟒𝟏. 𝐂𝐨𝐧𝐣𝐞𝐜𝐭𝐮𝐫𝐞

523 44 11
                                    

_

Setelah pengancam itu pergi, Darkan segera masuk ke dalam mobil, lalu menghela napas secara kasar, menghadapi orang seperti tadi sangatlah membuatnya frustasi.

Darkan pun berpikir sebelumnya jika dirinya meninggalkan semua pekerjaan ilegal, kehidupannya akan membaik, tetapi nyatanya masih ada banyak dampak buruk yang sulit ia kendalikan.

Darkan menoleh pada Anne, mendapatinya yang sedang menatapnya dengan mata memerah dan berkaca-kaca, tampak menahan amarah dan kecewa padanya.

"Anne..." Darkan tidak tahu apa yang harus ia katakan.

"Tolong tinggalkan aku sendiri dulu." Tanpa menjelaskan, Anne keluar dari mobil, memutuskan melanjutkan tujuannya sendiri tanpa Darkan.

Darkan segera mencegahnya. "Berbahaya jika kau pergi sendirian." Ia berhasil berdiri tepat di depan Anne.

"Dan sepertinya berbahaya juga berada di dekatmu." Anne berucap dengan air mata yang mengalir dan ia segera menyekanya, lalu melanjutkan langkahnya.

Namun, Darkan kembali mencegahnya, kali ini menarik Anne ke dalam pelukannya. "Kumohon jangan membenciku..." nada bicaranya bergetar, ia tidak sanggup jika Anne sampai membencinya.

Darkan mengerti, Anne pasti sangat terkejut mendengar semua perkataan pengancam itu, tetapi itu tidak sepenuhnya benar.

Anne menelan salivanya, berusaha tetap dalam pendiriannya, ia berhasil mendorong Darkan menjauh darinya. "Biarkan aku sendiri." tekannya.

"Darkan??"

Anne dan Darkan menoleh ke arah suara, mereka mendapati seorang pria paruh baya yang berjalan ke arah mereka.

Napas Anne mendadak sesak dan seberusaha mungkin ia menghindari tatap mata dengan pria paruh baya itu, yang tak lain adalah selingkuhan ibunya dulu, yang membuat kedua orang tuanya berpisah hingga hidupnya berantakan, dan... pria itu pun dulu pernah melakukan tindakan tidak terpuji padanya.

"Mr. Martin? Sedang apa kau di sini?"

"Berkunjung pada temanku." Dia menjawab sambil menatap Darkan sekilas, lalu kembali menatap Anne yang berdiri di samping Darkan. "Bukankah dia wanita yang pergi bersamamu ke acara Mr. Geo pada saat itu?"

Darkan mengangguk, Mr. Martin terkekeh. "Dia terlihat semakin cantik."

Darkan menyatukan kedua alisnya dan lantas berdiri di depan Anne, ia paham dengan sikap Mr. Martin terhadap wanita, ia harus waspada akan hal itu.

"Mengapa kau menyembunyikannya? Meski aku memiliki banyak wanita, aku tidak akan mengambil dia darimu, tenang saja." Mr. Martin tertawa dan tatapannya terus tertuju pada Anne.

Dari belakang Anne meremat jas yang dipakai Darkan, mendengar suara pria paruh baya itu saja membuatnya sangat takut, ia sungguh ingin segera pergi.

Darkan pun yang tidak nyaman dengan yang dikatakan Mr. Martin, ia memutuskan mengajak Anne pergi. "Kami akan pergi, selamat tinggal." ucapnya tanpa menanggapi perkataan Mr. Martin sebelumnya, lalu merangkul pundak Anne.

"Tunggu. Lalu apa yang sedang kalian lakukan di sini?"

Darkan dan Anne menghentikan langkahnya, mereka berbalik, tetapi Anne sama sekali tidak menatap Mr. Martin.

"Hanya urusan pribadi."

Mr. Martin menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Anne. "Kekasihmu itu terlihat cantik sekali di malam hari, tetapi kuyakin kecantikannya lebih bersinar saat berada di tempat yang lebih gelap, bukan? Dan karena kau kekasihnya kau pasti pernah melihatnya." Lalu dia kembali tertawa, bersikap seolah-olah akrab dengan mereka.

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Where stories live. Discover now