𝟐𝟑. 𝐇𝐞𝐫 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐫

754 51 16
                                    

_

■■■

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

■■■

Seiring berjalannya waktu, berita tentang Naomi yang membintangi film dewasa itu mulai mereda. Anne sudah tak lagi mendengar orang-orang di kampusnya membicarakan tentang temannya itu.

Namun, tak sedikit pula, orang-orang malah menanyakan tentang Naomi padanya sebagai tujuan untuk mengejek karena ia salah satu orang yang paling dekat dengannya.

Anne pun masih murung karena merasa bersalah atas masalah yang menimpa temannya, dan ia merasa seakan menjadi pengecut yang membiarkan temannya menderita sendiri, tanpa membantunya sedikit pun.

Anne pun marah pada dirinya sendiri yang tidak peka, sampai-sampai temannya itu malah mengambil jalan yang salah.

Anne mendongakkan kepalanya ke atas, menatap bentangan langit luas yang cerah di atas sana. Kini ia sedang berada di taman kampus, duduk di atas rumput dengan di kelilingi pohon rindang.

Anne mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, cuaca akhir-akhir ini sangat bagus, sangat baik untuk melakukan berbagai aktivitas, tetapi ia masih sulit untuk mengendalikan dirinya agar tidak terus membatasi segala aktivitas, kecuali pergi ke kampus dan bekerja paruh waktu.

Akhir-akhir ini, untuk melakukan aktivitas apa pun rasanya sangat berat, tidak ada semangat.

"Permisi, Anne."

Anne mengalihkan pandangannya, mendapati Tonny yang berdiri di sisi kanannya sambil menyodorkan sebotol kaleng soda.

Kemudian Anne menerimanya dan meminta lelaki itu agar duduk di sampingnya.

"Aku perhatikan akhir-akhir ini kau terlihat murung."

Anne menenggak minuman sodanya, lalu menghembuskan napasnya secara perlahan. "Aku merasa bersalah pada Naomi, tetapi... aku juga tidak berani untuk meminta maaf dan menemuinya, aku hanya berani mengirim pesan, tetapi dia tidak membalas pesanku."

Tonny terdiam, ia mengerti Anne ikut sedih atas masalah yang menimpa temannya, tetapi tidak seharusnya dia merasa bersalah sampai tidak semangat menjalani aktivitasnya.

"Anne, yang dilakukan Naomi itu bukan salahmu, dia punya tanggung jawab atas dirinya sendiri, kenapa kau merasa bersalah?"

Anne berusaha mencerna dengan baik perkataan lelaki berkacamata itu, perlahan dahinya berkerut saat menyadari Tonny mau berbicara dengan teman sebaya, salah satunya dengannya.

"Sebenarnya aku menghampirimu karena ingin bercerita tentang Naomi." Seolah dapat membaca pikiran, Tonny tiba-tiba mengatakan hal itu, ia menjeda ucapannya sejenak. "Aku... dulu menyukainya."

Anne tak mengatakan apa pun sebagai sahutan, tetapi wajah terkejutnya menjadi tanggapan atas ucapan Tonny tadi.

Tonny menghela napas panjang dan mendongakkan kepalanya ke atas langit. "Aku dulu menyukainya karena merasa memiliki banyak kesamaan dengannya, aku dan dia sama-sama pendiam, memiliki sedikit teman, dan mengikuti beasiswa yang sama."

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Where stories live. Discover now