𝟐𝟕. 𝐆𝐫𝐚𝐝𝐮𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧

678 45 8
                                    

_

■■■

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

■■■


Hari di mana kelulusan perguruan tinggi Anne tiba. Waktu berlalu dengan cepat, orang-orang ramai merayakan kelulusan bersama keluarga, teman, dan mereka membagikan momen membahagiakan itu dengan mengunggahnya di media sosial.


Namun, di hari yang membahagiakan itu, Anne masih belum sepenuhnya bangkit untuk menjadi seseorang yang ceria seperti dulu. Dia banyak menghabiskan waktunya di luar hanya untuk pergi ke kampus dan bekerja paruh waktu, setelah itu merenung di dalam rumahnya.

Anne pun memang telah memiliki teman-teman lain, tetapi ia memilih menarik diri karena berpikir dirinya akan membawa hal buruk bagi mereka.

Sejak Tonny dinyatakan tiada, ditambah lagi karena perkataan Jeff, pikirannya kalang kabut, dia merasa dirinya adalah pembawa masalah, tidak berharga, dan tidak berguna.

Di hari kelulusannya, Anne memang bahagia, tetapi ia pun sedih karena kedua orang tuanya tidak menghadirinya.

Ayahnya berkata untuk saat ini dia tidak dapat meninggalkan pekerjaannya, ayahnya pun masih bekerja untuk klien yang dikatakan Jeff adalah orang yang sangat berbahaya.

Namun, Anne merasa sedikit lega karena sang ayah selama ini baik-baik saja, meskipun setiap harinya ia khawatir dengan kondisinya di sana.

Anne pun mulai ragu, apakah yang dikatakan Jeff itu bohong?

Anne menghela napas berat dan berbaring dalam posisi telentang, menatap langit-langit kamarnya dengan harapan semua masalah dapat diselesaikan dalam sekejap mata, dan berharap keresahan di hatinya menghilang, tergantikan dengan ketenangan.

Setelah mengikuti acara wisuda di kampusnya, Anne memilih langsung pulang, dan menolak ajakan teman-temannya yang mengajaknya untuk berkumpul, merayakan kelulusan mereka di tempat lain.

Di tengah lamunannya, bel apartemennya berbunyi. Anne beranjak dari tempat tidurnya, melangkah dengan lesu untuk membuka pintu.

Dia menebak, pasti yang datang adalah makanan pesanannya karena tidak mungkin jika keluarganya yang datang.

Anne tersenyum samar dengan mata berkaca-kaca lalu mendongakkan kepalanya sejenak agar air matanya tidak terjatuh.

Perlahan Anne membuka pintu, benar saja di depannya pria bermasker memegangi pesanannya, bahkan aroma dari makanan yang di pesannya tercium, membuat perutnya yang lapar semakin keroncongan.

Anne mengulurkan tangannya untuk mengambil pesanannya yang disodorkan oleh pengantar makanan itu, tetapi dengan tak terduga dia mendorongnya masuk, dan menutup pintu.

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Where stories live. Discover now