𝟒𝟒. 𝐂𝐨𝐦𝐟𝐨𝐫𝐭𝐚𝐛𝐥𝐞

808 49 4
                                    

Ayo vote dulu!
_

"Dia aneh, dia aneh, dia aneh, aku juga aneh, ini aneh, semuanya aneh."

Anne melangkah ke sana kemari di dalam kamar mandi, ruangan apartemen miliknya mendadak terasa sangat sempit baginya, sehingga tempatnya melarikan diri untuk menangkan diri adalah di dalam kamar mandi.

Anne mengusak rambutnya, ia heran dengan sikap Darkan, mengapa dia selalu mampu membuatnya semakin... tunggu, semakin apa? Ia sendiri tidak dapat menjabarkannya.

Anne menghembuskan napasnya secara kasar, merasa terlalu lama berada di kamar mandi, akhirnya ia keluar, matanya langsung tertuju pada Darkan, di mana dia tidur di sofa dalam posisi duduk sambil melipat kedua tangannya di atas perut.

Anne terdiam, mengapa ia tega membiarkan Darkan yang sedang sakit tidur di sofa? Apalagi tubuhnya dipenuhi banyak memar, itu pasti akan terasa semakin sakit.

Anne dengan ragu menghampirinya. "Darkan... apa kau sudah tidur?"

Tidak ada sahutan apa pun, Darkan terlihat sangat tenang dalam tidurnya.

Anne dengan ragu duduk di sampingnya, melihat Darkan tenang dalam tidurnya seperti ini membuatnya ikut tenang.

Mengingat dulu, Darkan selalu saja gelisah dalam tidurnya.

Anne berjalan ke arah tempat tidur untuk mengambil selimut dan kembali menghampiri Darkan, lalu menyelimuti tubuhnya dengan hati-hati.

Darkan terusik dari tidurnya, perlahan kedua matanya terbuka, lalu ia menyamankan posisi duduknya. "Kau belum tidur?" Ia mengerutkan keningnya, terkejut mendapati Anne di sampingnya.

Anne menggeleng dengan kikuk. "Belum, dan kau tidur saja di sana, aku tidur di sini." ucapnya sambil menunjuk ke arah tempat tidur.

Darkan menjauhkan selimut yang menyelimuti tubuhnya. "Tidak, aku di sini saja."

Anne menggeleng. "Tubuhmu pasti terasa semakin sakit jika tidur dalam posisi duduk, jadi berbaringlah di sana."

"Kau harus tidur cukup dan nyenyak, jadi kaulah yang tidur di sana." Darkan membalikkan ucapan Anne sambil meletakkan selimut di atas pahanya. "Dan pakailah ini."

Anne bangkit dari duduknya dan berkacak pinggang. "Aku akan marah jika kau tidur di sofa ini, cepat sana." ucapnya dengan kedua alis menukik.

Darkan terkekeh, apa Anne berpikir dengan begitu dirinya akan takut? Menggemaskan sekali.

Darkan menarik tangan Anne, yang membuatnya terduduk di sampingnya. "Bagaimana jika kita berdua tidur di sini?" tawarnya yang membuat Anne refleks menahan napas.

Tak ada sahutan apa pun dari Anne, Darkan berpikir dia setuju dengan tawarannya, lalu ia menyelimuti selimut itu pada tubuh mereka.

"Selamat malam." Darkan berucap dengan suara beratnya, lalu memejamkan matanya dengan punggung yang menyandar pada penyangga sofa di belakangnya.

Sementara itu, Anne yang masih sulit mengendalikan diri dari keterkejutannya, ia diam mematung dalam posisi duduk tanpa menyandar, dan dengan perlahan ia melirik pada Darkan.

Anne menelan ludahnya saat melihat Darkan kembali tertidur, apa dia tidak gugup?? Mengapa hanya ia yang gugup sendirian? Ini tidak adil!

Anne berusaha merilekskan dirinya, perlahan menyandarkan punggungnya pada penyangga sofa, tetapi saat ia tidak sengaja menyenggol lengan Darkan, pria itu menyerongkan sedikit posisi duduknya sambil memeluknya dari samping.

"Tidurlah." Darkan berucap tanpa membuka matanya dan lebih terdengar seperti bisikan.

Napas Anne tercekat, seolah baru saja melihat hantu di depan matanya, dan ia berteriak dalam hatinya karena mengapa posisi wajah Darkan sekarang terlalu dekat dengannya, bahkan berada tepat di sekitar ceruk lehernya.

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Where stories live. Discover now