𝟒𝟗. 𝐇𝐚𝐮𝐠𝐡𝐭𝐲

413 36 3
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Setelah menghabiskan perjalanan sekitar 1 jam, Darkan akhirnya tiba di lokasi acara dengan didampingi sopir dari perusahaannya, bukan lagi oleh Jeff, dia keluar dari mobil lalu merapikan tuxedonya.

Kemudian melangkah dengan penuh percaya diri, dan membalas sapaan orang-orang yang dilaluinya dengan anggukan kepala. 

Dan dari jarak yang tak terlalu jauh dengannya, di luar gedung dia melihat Matteo tengah menyambut para tamu.

Darkan pun melangkah mendekati mereka sebagai bentuk formalitas untuk menyapa orang yang memiliki acara.

"Oh halo, Darkan." Seorang tamu menyapa Darkan lebih dulu, lalu dia berjabat tangan dengannya, begitu pun dengan pasangan pria itu.

Mereka saling mengenali, hanya saja tidak memiliki hubungan dalam bisnis apa pun.

"Kita masuk lebih dulu." Dua tamu yang sebelumnya berbicara dengan Matteo itu berucap dengan ramah padanya, dan melangkah masuk ke gedung.

Darkan dan Matteo menatap satu sama lain dengan amarah yang tertahan.

Matteo terkekeh sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Aku banyak memberikan keuntungan pada perusahaan ayahmu dan dirimu. Turunkan egomu, jangan menatapku dengan angkuh seperti itu."

Darkan mengepalkan salah satu tangannya. "Apa kau merasa terhina? Tidakkah kau sadar, mana yang lebih hina dari mengambil milik orang lain secara licik?"

Saat itu juga Matteo sangat ingin menghajar Darkan, tetapi ia tidak akan mengacaukan acaranya sendiri.

"Jangan berlagak seolah kau memiliki segalanya, kau tidak memiliki apa pun, perusahaan itu bahkan bukan milikmu, tetapi ayahmu." Matteo menjeda kalimatnya sejenak untuk tertawa.

"Kau hanya pria tak tahu malu yang berlindung dibalik punggung ayahmu."

"Matteo." Darkan menekankan nama itu, giginya menggeretak marah.

Di sisi lain, seorang wanita sedang berjalan ke arah mereka, suara hentakan dari sepatu hak tinggi dengan kaki jenjangnya mampu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

Dia memakai gaun hitam di atas lutut yang pas dengan tubuh idealnya, rambut coklat terang bergelombangnya pun tergerai dengan indah.

Tak sedikit pujian dan decakan kagum ditujukan untuknya.

Dia tersenyum dengan ramah pada orang-orang di sekitarnya dan melangkah dengan penuh percaya diri.

Saat hampir dekat di depan dua pria itu dia menarik napasnya dalam-dalam.

"Aku tidak terlambat, bukan?"

Matanya hanya tertuju pada seseorang, mengabaikan pria lain di sampingnya.

Kedua pria itu menoleh, salah satu dari mereka sangat terkejut melihat seseorang yang dirindukannya sekarang berada di depannya.

"Anne??" Darkan mengerutkan keningnya, wanita yang berpenampilan berbeda dari biasanya ini adalah dia.

"Aku tidak terlambat, bukan?" Anne mengulang ucapannya lagi sambil tersenyum cerah.

Darkan terdiam, dalam hatinya lantas memuji kecantikan wanita di depannya ini, tetapi ia kecewa, mengapa Anne nekat datang ke tempat ini.

Kemudian Darkan menarik tangan Anne, tetapi dia pun menarik tangannya, menghentikannya agar tidak membawanya pergi.

"Aku belum menyapa orang yang memiliki acara." Anne melepaskan tangan Darkan darinya, lalu berbalik menghampiri Matteo.

"Kau pasti Matteo, bukan? Aku Anneva Nathalie, pasangan tamu undangan Darkan malam ini." Anne memperkenalkan diri dengan mengajaknya berjabat tangan.

Matteo hanya memandang tangan Anne dengan wajah datar, sengaja membiarkannya, sampai senyuman wanita di depannya itu pudar.

"Anne, mari." Darkan dengan lebih tegas mengajaknya pergi.

"Darkan, aku belum berkenalan dengannya." Anne berusaha melepaskan cekalan tangan Darkan, dan cekalan itu seiring mereka berjalan masuk ke gedung pun berubah menjadi sebuah genggaman yang erat.

"Anne, apa maksudnya ini." Darkan melepaskan tangannya setelah masuk ke dalam gedung dan menemukan tempat yang nyaman untuk berbicara dengan jauh dari orang-orang.

"Aku ingin bertemu denganmu."

"Tidak, itu bukan tujuan utamamu."

"Aku ingin bertemu dengan Matteo."

"Anne, mengapa kau senekat ini??" Darkan menatap khawatir, dan berusaha menahan kekesalannya atas sikap Anne yang nekat hadir di depan Matteo.

"Aku tidak bisa diam saja, aku ingin bertemu langsung dengannya, dan menghadapinya."

"Anne, itu terlalu kekanak-kanakkan, bersabarlah sedikit. Pria itu bukan lawanmu." Darkan berkata terus terang, berusaha meyakinkan Anne dengan memegang kedua lengannya.

Anne menepis pelan tangan Darkan. "Setidaknya aku mencoba, aku tidak bisa terus menunggu. Aku ingin mencari tahu secara langsung bagaimana sosok pria itu, apakah dia mungkin orang yang membunuh ayahku."

Darkan menahan napasnya sejenak sambil memejamkan matanya, Anne memang keras kepala, tetapi ia tidak menyangka dia senekat ini.

"Anne, dengarkan aku baik-baik. Selama ini aku pun berusaha mencari tahu mengenai kebenaran kematian ayahmu dan mencari tahu keberadaan saudaramu, aku telah memerintahkan banyak orang untuk mencari tahu kedua hal itu."

Darkan akhirnya memberitahukan hal yang selama ini ia lakukan tanpa memberitahukannya pada Anne.

Anne terkejut mendengar penjelasan Darkan, sebelumnya ia berpikir selama ini pria itu hanya diam saja, tetapi nyatanya jauh dari dugaannya.

"Permisi, Tuan Darkan." Seseorang berpakaian waiter yang dipekerjakan di tempat acara malam ini menghampiri mereka.

"Anne, tunggu sebentar. Dia salah satu orang yang kuperintahkan untuk mencari informasi mengenai kedua hal itu di tempat ini."

Kemudian Darkan melangkah pergi bersama orang yang diperintahkannya itu.

Anne memejamkan matanya sejenak, ia teringat dengan tatapan Matteo saat berdiri di hadapannya, pria itu bahkan tidak membalas jabat tangannya, berbeda dengan salah satu artikel yang pernah dibacanya yang tertulis bahwa dia adalah orang dermawan dan menjunjung kesopanan yang tinggi, nyatanya dia terlihat angkuh.

Kemudian Anne menajamkan penglihatannya saat melihat seseorang yang sedang dipikirkannya melangkah ke suatu arah.

Saat ini, dia berada di lantai dua dengan ruangan yang sama luasnya seperti lantai bawah di mana acara dilakukan, hanya saja di lantai ini tidak terlalu banyak orang.

Anne penasaran, kemana Matteo akan pergi dengan langkah cepat itu, tetapi ia yakin Darkan akan marah jika ia mengikutinya.

Anne menggigit bawah bibirnya, lalu menghembuskan napasnya secara kasar sambil mulai melangkahkan kakinya, memutuskan mengikuti Matteo dengan hati-hati.

TBC

Konfliknya mulai makin berat.

Are u ready guys??

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang