𝟓𝟎. 𝐑𝐞𝐜𝐤𝐥𝐞𝐬𝐬𝐧𝐞𝐬𝐬

376 33 1
                                    

_

Anne mempercepat langkahnya saat merasa Matteo tidak menyadari ada orang yang mengikutinya.

Anne mendesis sambil menghentikan langkahnya dan memegangi dinding di sampingnya saat hampir terkilir, lalu menatap sekelilingnya, ia panik karena Matteo menghilang dari pandangannya. 

Anne berdecak, kemana perginya pria itu? Dan tak jauh di depannya saat ini terdapat dua koridor, mana yang harus ia pilih, atau haruskah ia kembali saja?

Anne menggeleng keras sambil kembali melangkahkan kakinya, ia akan tetap mencari pria itu.

Saat berdiri tepat di antara dua koridor itu, Anne menghentikan langkahnya, ia ragu akan memilih jalan yang mana.

"Apa kau tersesat, Nona?"

Anne berbalik dengan napas tercekat, ia membelalakkan matanya dan refleks memundurkan langkahnya karena saat berbalik mendapati Matteo berdiri dalam jarak yang dekat dengannya.

"A-aku mencari toilet." Anne tersenyum dengan ramah dan tasnya yang berada di sisi kanan digenggamnya dengan erat, ia sangat panik, bahkan mendadak lupa caranya untuk bernapas dengan normal.

"Permisi." Anne melenggang pergi, menuju tempat menunggu Darkan sebelumnya.

Matteo sedikit memiringkan kepalanya, memperhatikan Anne dari atas kepala hingga ujung kaki, lalu ia tersenyum menyeringai.

Di sisi lain, Darkan yang baru saja selesai berbicara dengan orang suruhannya, mulai menyadari Anne tidak berada di tempatnya, kepanikan lantas melanda dirinya, ia segera mencarinya, tak butuh waktu yang lama, ia menemukan wanita itu berjalan ke arahnya.

"Kau dari mana saja??"

"A-aku mencari toilet."

"Kau berbohong." Darkan dapat melihat ketakutan di wajah Anne, dia pun tampak gemetar dengan napas yang tak beraturan.

"Aku mengikuti Matteo, tetapi saat berdiri di hadapannya, entah mengapa nyaliku mendadak ciut, dia sangat menakutkan, meskipun terlihat sama tak banyak berbicara sepertimu."

"Aku berbeda dengannya." Darkan tidak senang Anne menyamakannya dengan pria licik itu.

"Jelas sekali." Anne mengangguk setuju.

Darkan menghela napas, menunjukkan kekecewaannya. "Anne, sudah cukup. Mari kita pulang."

Anne perlahan menganggukkan kepalanya, untuk saat ini ia akan mengikuti permintaan Darkan, dia benar, dilihat dari tatapan matanya saja ia pikir Matteo terlihat sangat berbahaya, dibalik tatapan itu seperti banyak hal jahat yang dia sembunyikan.

"Aku akan pulang sendiri, acara ini pasti penting bagimu."

"Ini hanya acara pertemuan biasa antar pengusaha saja."

Darkan dan Anne berjalan menuju pintu keluar gedung, tetapi mereka menghentikan langkahnya saat seseorang menyapanya di aula.

"Mr. Darkan!" Seorang pria paruh baya menyapanya dengan energi, dia adalah salah satu teman baik ayahnya.

"Hi, Tuan William, Nyonya Wendy." Darkan berjabat tangan dengan mereka.

Anne pun ikut berjabat tangan saat kedua orang itu lebih dulu mengulurkan tangan padanya. "Anneva Nathalie." ucapnya memperkenalkan diri.

Nyonya Wendy berdecak kagum. "Kau cantik sekali, boleh kutahu kau dari negara mana?"

"Aku... tinggal di negara ini sejak bayi."

"Kedua orang tuamu pasti campuran, bukan?"

"Kau terlalu banyak bertanya." Tuan William menegur istrinya secara baik-baik.

(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 Where stories live. Discover now