Tiga

1.7K 97 0
                                    

🔑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


🔑

“Setelah kejadian naas itu terjadi rumah ini sangat sepi. Tidak ada tawa yang terdengar tidak ada kehangatan yang terasa. Ayah sibuk dengan kerjaannya sedangkan Bunda sibuk bolak balik ke rumah sakit.” Keyla, membuang napasnya pelan. Menatap nanar bangunan rumah megah di hadapannya.

Bangunan rumah dikeliling tembok keliling dan sebuah gerbang menjulang tinggi. Sebuah taman kecil di pojok halaman, garasi besar dan tempat parkir. Sedikit deskripsi mengenai rumah megah milik orang tua Keyla.

“Dan... ” Keyla tercekak, mengingat sebuah teror yang selalu mengganggunya setelah kejadian naas itu. Remasan pada gerbang rumahnya menguat menyalurkan ketakutan, amarah, kesedihan tercampur menjadi satu dalam benaknya.

“Non? Kenapa engga ngabarin bibi kalau mau pulang jadi bibi udah siap untuk buka gerbangnya.” Seorang wanita paruh baya berdaster bunga bunga, dengan cekatan membuka pintu gerbang agar Keyla dapat masuk.

“Non? Non, kenapa?” Bibi - Ratih, mengecek suhu badan Keyla menggunakan telapak tangannya. Wajah keriput penuh ke khawatiran terpancar dari bibi Ratih. Umur 56 tahun tidak membuat semangat Bi Ratih menurun.

Bi Ratih adalah Asisten Rumah Tangga dan bekerja pula untuk merawat Keyla sejak berumur 5 tahun sampai sekarang. Bi Ratih sangat menyayangi Keyla seperti anaknya sendiri. Ia sangat khawatir jika melihat Keyla sedang sakit, hatinya ikut sakit.

Keyla memang bukan anak kandungannya tetapi ikatan batin mereka begitu kuat hingga Bi Ratih merasakan akan ada sesuatu yang menimpa Keyla saat pergi ke pantai. Hari itu Bi Ratih adalah salah satu orang yang paling bersemangat untuk melihat pantai, karena selama hidupnya tidak pernah ke pantai. Dan Bi Ratih juga salah satu orang yang menawarkan diri untuk menggunakan mobil milik Keyla.

Tangis Keyla pecah saat itu juga, ingatan mengenai kecelakaan yang menimpa bibi kesayangannya. Bibi yang sudah merawatnya sejak kecil, bibinya adalah sosok wanita tangguh, bibinya adalah ibu kedua seorang Keyla Zanitha Arabella.

“Non?” panggil Bi Ratih melihat Keyla menangis diperlukannya.

Bi Ratih mengelus pelan punggung Keyla yang bergetar hebat disertai isakan kecil. Entah masalah apa yang sedang Keyla lalui saat ini hingga menangis tersedu sedu di pelukannya. Keyla adalah gadis hebat dan kuat. Keyla gadis ceria yang selalu semangat menjalani hari harinya. Keyla jarang sekali memperlihatkan kesedihannya di hadapan orang terdekat.

Hati Bi Ratih terenyuh melihat Keyla menangis tak hentinya. Sudah sejak dua menit yang lalu. Bi Ratih membisikkan kata kata penenang agar membuat Keyla lebih tenang justru bukannya tenang Keyla semakin tersedu sedu di pelukan Bi Ratih.

“Bibi jangan tinggalin Key, Key sayang banget sama bibi. Key, kangen banget sama bibi.” gumam Keyla parau, tangan kanannya menghapus kasar air mata tak hentinya berhenti.

“Sekarang kita masuk Non,” ajak Bi Ratih, tersenyum hangat sambil menuntun Keyla memasuki rumah. Buliran beberapa air mata keluar pada ujung mata Bi Ratih. Hatinya merasa sakit melihat Keyla menangis tersedu sedu seperti tadi.

“Salam dulu kali Key,” sindir Bunda - Aura, sedang memasak ikan asin dengan posisi membelakangi Keyla

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Salam dulu kali Key,” sindir Bunda - Aura, sedang memasak ikan asin dengan posisi membelakangi Keyla. Wanita berumur 42 tahun itu, memiliki pendengaran tajam sehingga mendengar hal kecil seperti pintu dibuka secara perlahan, daun jatuh dan sebagainya.

“Bunda?” panggil Keyla wajahnya mulai sendu melihat sosok yang selalu mementingkan pekerjaannya sudah berada di rumah. Saat dulu juga memang Bundanya di rumah dan kejadian ini sama persis seperti dulu, yang berakhir sebuah ledakan dari tabung gas dan bundanya di larikan ke rumah sakit akibat terkena luka bakar.

Mengingat itu dengan langkah tergesa gesa Keyla berjalan ke arah dapur. Yang sudah terdapat Bi Ratih dan Bundanya. Bi Ratih memang tadi yang berniat membawakan air bening. Seingatnya dulu memang Bi Ratih ikut terkena luka bakar tetapi tak begitu parah seperti bundanya.

“Bunda, Bibi, Key mau nunjukin sesuatu bisa ikut Key sebentar.” ajak Keyla memegang kedua tangan Bunda Aura dan Bi Ratih.

Bunda Aura dan Bi Ratih memandang satu dengan lainnya bertanya tanya mengapa dan tumben sekali Keyla menunjukan sesuatu. Padahal tadi Bi Ratih mengatakan bahwa Keyla menangis di depan gerbang tetapi sekarang justru terlihat sumringah.

“Mau nunjukin apa Key? Bunda lagi masak loh, takutnya gosong.”

“Ada yang harus Key tunjukkin, penting.”

Bunda Aura menarik napasnya pelan, anaknya memang keras kepala seperti ayahnya. “Nanti aja Key, Bunda mau ke dapur dulu matiin kompornya.”

Keyla mendengus sebal mendengar respon sang Bunda. “Udah, Bunda sama Bibi duduk disini dulu. Biar, Key aja yang matiin kompornya.” Keyla menuntun Bunda Aura dan Bibi Ratih agar duduk di sofa ruang tamu. Sedangkan dirinya pergi ke dapur.

“Mbak tau Key mau nunjukin apa ke kita?” tanya Bunda Aura, wanita dengan celemek yang masih terpasang itu menolehkan kepalanya menatap Mbak Ratih. Walaupun posisinya sebagai nyonya tapi rasa sopan santun itu harus ada.

“Mbak kurang tau, tapi mbak bersyukur Key udah gembira engga kaya tadi.” Saat Bunda Aura akan membuka suaranya, suara ledakan terdengar dari arah
dapur.

DORR!

Suara begitu nyaring dan kuat hingga sebuah asap tebal keluar dari arah dapur.

“KEY!”

🔑

Tbc

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tbc

Salam hangat dari AN 🤎🥧

Secret Key Where stories live. Discover now