Tiga Belas

1.1K 80 0
                                    

🔑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


🔑

“Sedangkan masalah dekorasi dan perlengkapan seperti Sound System Panggung dan lainnya dapat menyewanya kepada Pak Murkin. Sekian kesimpulan rapat kali ini. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Dea menutup rapat setelah membacakan kesimpulannya yang tertulis di buku lalu menyerahkannya kepada Samudera yang berada di sampingnya agar di cek kembali.

“Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” jawab mereka kompak.

“Kak, mau ke kantin bareng engga?” tanya Angel berlari kecil ke arah Samudera.

Anggota OSIS lainnya hanya memandang mereka sesaat lalu kembali melanjutkan kegiatan masing masing, membereskan buku bukunya untuk pergi ke kelas masing masing.

“Gua sibuk.” balas Samudera menatap sejenak ke arah Angel.

Angel menatap wajah Samudera dengan tatapan cemberut. “Padahal Angel pengin ngucapin terima kasih karena udah nganter pulang kemarin.”

“Ulangan matematika, pergi ke kelas lo.” Samudera menutup bukunya sembari menunjuk ke arah kelas Angel menggunakan dagunya. Samudera sempat tidak sengaja mendengar akan ada ulangan dari adik kelasnya tadi sebelum rapat di mulai.

“Kakak tau dari mana?” tanya Angel dengan kedua mata di kedip kedipkan.

“Satu menit dari sekarang lo ketinggalan ulangan.” balas Samudera kembali fokus ke arah buku berisikan evaluasi rapat.

Angel membuang napasnya sedikit sebal, berjalan ke arah luar aula dengan lulai. Mendekati Samudera itu sangat sulit tapi Angel tidak akan menyerah demi bisa dekat dengan Samudera. Buktinya ia sampai daftar OSIS agar dekat dengan Samudera.

“Lo kenapa kemarin engga ikut ekskul? Kemarin padahal ada info mengenai pendakian tapi lo engga ikut kumpul, dasar sok sibuk.” Rafa berdecih kecil menatap Samudera yang sedang memejamkan matanya.

“Kemana?” tanya Samudera membuka kedua matanya. Kedua pemuda itu masih stay di aula membahas evaluasi rapat hari ini.

“Kemana apanya? Lo kalau ngomong bisa engga panjangan dikit.” Rafa membuang napasnya kasar, sudah hampir satu tahun Rafa menjadi ketua osis dan berpartner dengan Samudera sebagai wakil ketua osis. Membuat Rafa paham sifat menyebalkan dan cueknya Samudera.

Samudera menatap sejenak ke arah Rafa lalu mengalihkan pandangannya ke arah luar aula. Aula memang tidak tertutup membuat semua bisa melihat taman dan lapangan upacara. Pandangan Samudera tertuju pada seorang gadis yang sedang di papah. Wajah gadis itu sangat pucat. Gemuruh khawatir bersarang pada hati Samudera.

Kenapa gadis itu?

Entah sejak kapan Samudera mulai mengkhawatirkan gadis itu padahal dulu ia bodo amat. Tetapi sekarang justru pikirannya selalu memikirkan gadis itu.

Rafa membuang napasnya kembali. “Pendakian ke gunung Sumbing jadwalnya belum bisa ditentukan mengingat sebentar lagi ulang tahun sekolah.”

“Besok pulang sekolah langsung labas ke rumah Pak Murkin, nyewa dulu sound system.” Samudera memejamkan matanya sejenak lalu memasukkan handphonenya ke dalam saku sembari menyerahkan kertas berisikan evaluasi hari ini kepada Rafa. “Minggu depan acaranya dan mulai sekarang persiapan untuk semuanya harus semakin pasti.” imbuh Samudera lalu berjalan meninggalkan Rafa sendirian di aula.

Secret Key Where stories live. Discover now