Delapan Belas

1K 65 0
                                    

🔑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🔑

“Tin, Key belum turun juga?” tanya Bunda Aura, berjalan menuruni tangga dengan blazer terselampir di tangan kanannya.

Mbak Titin yang sedang menyiapkan sarapan pagi pun mengangkat kepalanya menatap sang nyonya. “Belum Nya, tadi malam saya lihat lampu kamar Non Key masih menyala semalaman. Sepertinya Non Key bergadang, saya juga mendengar suara laki laki di kamar Non Key.” Mbak Titin mejeda kalimatnya, tersenyum menyeringai saat sang nyonya tampak percaya dengan ucapannya. “Sebenarnya saya ingin mengecek tapi t_” kalimat Mbak Titin langsung terpotong oleh Keyla.

“Sepertinya Mbak Titin kelamaan menonton televisi. Jika benar tadi malam Mbak Titin lewat depan kamar Key. Apakah Mbak Titin dengar suara Key? Jika benar maka Key harus pindah kamar, sepertinya memang ada penghuni dari dunia lain yang singgah di kamar Key. Karena semalaman Key sendiri tidur di kamar Bi Ratih.” jelas Keyla, menarik kursi lalu meletakkan tasnya di kursi kosong yang berada di sebelahnya.

Bunda Aura menautkan jemarinya di atas meja menatap anaknya. “Tidak bisa tidur semalam, sayang?” tanya Bunda Aura penuh perhatian, anaknya memang jika tidak bisa tidur selalu ingin tidur di kamar Bi Ratih, walau Bi Ratih tidak berada di rumah pun Keyla akan tetap tidur di sana,  kebiasaan Keyla sejak umur 5 tahun.

Keyla menganggukkan kepalanya sesaat. “Iya Bun.” balasnya lalu beralih kepada Mbak Titin sudah membeku di tempat. “Tenang aja Mbak, hantunya engga akan menggangu Mbak, tapi kalau Mbak yang menganggu hantunya mungkin Mbak harus siap siap diganggu setiap hari.” imbuhnya dengan reaksi khawatir, Keyla menguncang pelan lengan Mbak Titin.

“Ah... tidak Non, saya tidak takut. Seharusnya hantu itu takut karena menampakkan diri di dunia manusia.” Mbak Titin tersenyum ramah kepada Keyla.

Keyla menganggukkan kepalanya pelan. “Tapi bagaimana jika manusia bersifat seperti hantu, licik dan jahat?” tanya Keyla menopang dagunya menatap Mbak Titin yang mengepalkan kedua telapak tangannya, meremas erat nampan hingga membuat urat urat timbul.

Keyla tersenyum simpul, ia dulu memang sangat mudah dibodohi. Dulu Keyla juga difitnah dengan fitnahan yang sama persis seperti sekarang. Saat difitnah bukannya mengelak justru Keyla tergagap seakan ia benar benar membawa seorang laki laki di kamarnya. Kejadian dimana trauma Keyla pertama kali muncul, pertama kali di dalam kehidupannya Bunda kesayangannya akan bermain tangan padanya. Bodoh adalah satu kata mencerminkan dirinya dulu.

Gua emang bodoh! Tapi sekarang gua akan bermain cerdik.

Jika ular akan pergi jika terkena bubuk belerang. Maka Keyla akan menjadi bubuk belerang untuk mengusir ular itu.

Mbak Titin tersenyum begitu terpaksa ke arah Keyla. “Non Keyla tau sendiri jawabannya.” balasnya lalu berpamitan. “Kalau begitu saya pergi ke dapur dulu, Nya, Non.” imbuh Mbak Titin berlalu pergi dari sana.

Gua baru tau ular bisa kena mental juga.

“Key, dimakan sarapannya nanti kamu terlambat.” Mendengar ucapan dari Bunda Aura pun Keyla reflek melihat ke arah jam dinding bewarna gold. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.59 satu menit lagi gerbang akan tertutup sedangkan jarak rumahnya dengan sekolah sekitar 10 menit.

Secret Key Where stories live. Discover now