Dua puluh

1K 66 0
                                    

🔑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


🔑

“Mending gua balik lagi, engga apa apa gua nunggu di depan gerbang atau engga gua pulang aja itu lebih baik dari pada gua harus manjat tembok keliling ini.” Keyla mendengus sebal melirik sejenak ke arah Ziko. Andai saja ia tidak ikut Ziko, sudah dipastikan Keyla tidak akan berada di situasi seperti ini. Keyla melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Keyla tidak habis pikir dengan jalan pikir   Ziko. Keyla kira maksud Ziko menghantarkannya ke lingkungan sekolah melalui suatu jalan yang dibuat Ziko sendiri, nyatanya Keyla harus memanjat tembok keliling belakang sekolah yang tingginya 4 meter. Jika, laki laki pasti tidak masalah memanjat tembok keliling itu tapi dia perempuan yang menggunakan rok. Pasti kesusahan ditambah tembok keliling yang tinggi tersebut.

Ada dua opsi. Keyla harus menaiki tembok keliling dan ikut ulangan atau Keyla pulang ke rumah dan meninggalkan ulangan pentingnya.

Handphone gua ketinggalan lagi, Shibal.

“Siapa yang bilang lo harus manjat nih tembok?” tanya Ziko bersedekah dada dengan satu alis dinaikan.

Keyla menghentikan langkahnya, membalikan badannya. “Emang harus manjat kan?” tanyanya kembali dengan nada penuh tanya.

Ziko terkekeh kecil mendengar pertanyaan konyol tersebut. “Lo bantu gua cari tembok yang ada lubang kuncinya.” kata Ziko, sembari menggelengkan kepalanya, reaksi wajah bingung Keyla mengapa tampak lucu.

Dahi Keyla mengerut. “Jangan bilang dibalik tembok tinggi ini ada pintu?” tanya Keyla, ia mengikuti arahan Ziko untuk mencari lubang kunci pada tembok tersebut, sama seperti Ziko yang sibuk merabah setiap sudut tembok.

“Pertanyaan lo kenapa kaya orang bodoh sih?” ketus Ziko, melemparkan hoodie ke arah Keyla. “Kalau kita engga bisa nemuin lubang kunci dengan terpaksa kita harus manjat nih tembok.” Ziko menepuk dua kali tembok tinggi tersebut.

Keyla menggelengkan kepalanya. “Masa pasrah, coba kita cari lagi jangan nyerah dulu.” Keyla berusaha menemukan lubang kunci tersebut, hoodie kebesaran milik Ziko sudah terlilit rapi pada pinggang Keyla.

“Lo yang buat pintunya masa lupa dimana letak pintunya?” tanya Keyla melirik sejenak ke arah Ziko, pemuda itu tampak serius mengecek setiap sela tembok.

“Bukan gua yang buat, pintu rahasia sudah ada sejak angkatan kakak kelas dulu. Niat awal mereka buat pintu rahasia untuk berjaga jaga jika ada sesuatu yang tidak diharapkan, mengingat sekolah kita hanya mempunyai dua pintu. Dua pintu tersebut pun berada di depan sekolah dan samping sekolah. Lo tau sendiri jalan depan sekolah itu ramai, jadi kakak kelas dulu buat nih pintu.” jelas Ziko, menepuk nepuk tembok keliling tersebut.

“Tapi, kenapa lo salah gunain buat bolos?” tanya Keyla, menyandarkan punggungnya menatap Ziko.

Ziko membuang napasnya kasar. “Pintu alternatif menuju kebebasan.” balas Ziko terkekeh kecil, semua temannya dan kakak kelas yang ikut bolos pasti selalu menjawab hal yang sama.

Secret Key Where stories live. Discover now