1

410 10 0
                                    

1

"Apa kalian yakin ini arah yang benar?" Hera Dice berjalan dengan kaki yang tidak terangkat sepenuhnya. Suara terseok dari sepatu ketsnya terdengar terlalu dominan dibanding tiga pasang kaki lainnya.

"Tentu. Dua minggu lalu kami ke sini," kata Misca Blake menenangkan. "Dan dua minggu sebelum dua minggu yang lalu. Pertama kali datang, aku sama groginya sepertimu. Tapi, percayalah pada kami. Kami tidak punya rencana membunuhmu di sini, kecuali nanti kalau—"

"Hush!" Carol Sue, perempuan berkulit terang dan bermata sipit yang memimpin perjalanan mereka sudah cukup lelah mendengar semua hal yang tidak penting yang bisa diobrolkan teman-temannya menengenai ini.

Sedari awal Brian dan Misca ingin selalu menyimpan rahasia ini dari Hera. Tapi Carol Sue tidak mau tahu. Bagaimana pun mengerikannya, kejujuran penting baginya. Apalagi kalau sudah menyangkut Hana Dice.

Perdebatan itu terjadi beberapa hari lalu di antara ketiganya.

"Apa jadinya kalau Hera tahu tentang hal ini?" Misca bertanya dengan wajah yang ngeri.

"Aku tidak bisa membayangkan kalau perang tiba-tiba mendarat di dalam kelompok kita. Bagaimana jika Hera dan Hana bertengkar hebat lagi?" Brian mengutarakan hal yang kurang lebih sama seperti Misca.

"Kalau soal itu, kita tidak perlu mencari bahan buat mereka. Kembar Dice bertengkar setiap saat." Carol berkomentar sambil mencoba mempertahankan pendapatnya.

Sepertinya hidup sebagai saudara kembar dalam keluarga Dice yang penuh konflik sudah cukup memusingkan. Belum lagi masalah yang dibikin Hera sehingga Hana harus pindah ke sekolah negeri bersama anak-anak miskin yang tak jelas latar belakangnya.

"Sebenarnya kalian mau bawa aku ke mana, sih?" Hera punya phobia yang tak beralasan terhadap gelap. Itu kenapa ia selalu jadi orang pertama yang memilih tempat nongkrong dibanding tiga orang lainnya yang kadang bertingkah seperti anak kuliahan yang kurang kerjaan. Di luar bahwa keluarga Dice lebih kaya dari yang lain—sehingga seolah pendapatnya lebih diprioritaskan.

"Ikut saja, kamu tidak akan menyesal." Misca mulai lagi.

"Bagaimana dengan Hana? Apa kita akan meninggalkannya begitu saja?" Hera merasa tidak enak. Kadang ia pikir kalau seringkali sebagai seorang kakak dia selalu bertindak tidak adil dan meninggalkan Hana sendiri saat yang lain bersenang-senang. Berhubung semua orang dalam kelompok mereka lebih dulu menjadi temannya sebelum menjadi teman Hana.

"Nah itu dia." Brian Doe baru buka suara.

"Kalian membawaku ke hotel terbengkalai ini untuk—apa Hana baik-baik saja?" Hera merasakan jantungnya mulai berdegup dengan ritme yang tak keruan. "Sepertinya kalau kalian tidak bisa memberitahuku secepatnya, aku akan berbalik dan pulang saja."

"Coba saja... Kamu 'kan takut gelap." Brian Doe, menepuk bahu Hera. Jadi sepupu dari si kembar Dice membuatnya merasa tahu lebih banyak dari dua orang lainnya.

"Aku cuma butuh tahu kalau..."

"Nyawa adikmu baik-baik saja?" Misca senang bicara ngawur.

Carol sudah akan mengetuk kepala gadis itu dengan senter SWAT ketika Misca yang ketakutan bicara lagi. "Ada hal yang kami pikir harus kamu ketahui dari adikmu itu."

"Dia terlibat bisnis perdagangan manusia?"

"Tidak." Cepat-cepat Carol menjawab.

"Tapi bisa dikatakan mirip seperti itu." Misca menambahi lagi.

"Oh, baiklah, itu membuatku lebih tenang." Hera mulai berimajenasi soal itu.

"Kupikir kita harus menyelamatkannya." Carol merasa bersalah.

4. Pair a Dice GxG (END)Where stories live. Discover now