36

30 5 0
                                    

36

Sudah lama sekali Carol dan Misca tidak melihat yang seperti ini terjadi. Entah, mereka berdua tidak seharusnya senang, atau merasa terharu melihat lorong rumah sakit yang biasanya sepi dan membosankan kedatangan kelurga terkaya nomor 2 di kota ini. Tuan dan Nyonya Dice.

Tapi, setidaknya kedatangan mereka membuat Carol dan Misca merasa lebih aman. Terutama saat tahu kalau tidak ada satu pun korban dari kejadian di arena malam ini yang mati.

Brian Doe sudah ditangkap. Pihak rumah sakit mewakili orang tua Brian meminta maaf dan menawarkan apa pun yang mereka miliki untuk kesembuhan semua korban.

Meski tentu, keluarga Dice menolak mentah-mentah dan sudah gatal untuk memutus tali silaturahmi keluarga mereka. Namun ada Nafas, dan Hope del Faith yang butuh sekali dibantu. Pihak kepolisian segera mengisolasi beberapa bagian rumah sakit keluarga Doe untuk penyelidikan dan menunjuk beberapa rumah sakit untuk menangani para pasien dan korban pada kejadian itu.

Polisi menghabiskan waktu sekitar empat puluh menit untuk menjelaskan pangkal sampai ujung dari insiden yang melibatkan si kembar dan sepupunya, Brian Doe. Juga menjelaskan keterlibatan dua bounty hunter freelance bernama Nafas dan Diang kepada orang tua si kembar Dice. Carol dan Misca sebenarnya bisa menjelaskan posisi mereka, tapi masih terlalu lelah sehingga menurut saja untuk diwakili oleh pihak kepolisian setelah memberikan kesaksian selama dua jam lebih.

Tentu, motif dari Brian sendiri bukanlah hal yang paling logis di sini, bukti dari alat penyadap menyatakan demikian. Sampai proses selanjutnya, hanya Brian yang bisa menjawab semua pertanyaan itu.

Sepertinya Tuan dan Nyonya Dice bisa bersikap kooperatif dan lebih sabar menunggu proses. Mereka tidak menuntut banyak. Hanya pengambil alihan saham rumah sakit milik keluarga Doe. Pebisnis akan tetap jadi pebisnis.

Semua sudah diterangkan selugas-lugasnya. Kini tinggal menunggu para korban keluar dari unit intensif.

Ramah tamah bersama keluarga Dice selesai pada jam lima pagi. Setelah mengantar tuan dan nyonya Dice keluar rumah sakit lewat pintu belakang, Misca dan Carol berjalan kembali ke dalam ruang tunggu gawat darurat.

"Sepertinya Nyonya Dice sangat menyukaimu," komentar Misca memecah diam di antara mereka berdua.

Carol tersenyum, sambil menyapa semua polisi yang masih berjaga di area rumah sakit dengan anggukan kepalanya. "Mungkin orang tuaku sudah melakukan pendekatan tanpa sepengetahuanku."

"Aku berharap orang tuaku melakukan hal yang sama. Tapi, aku sudah tidak bersama Dice." Misca meniup-niup sehelai rambutnya yang jatuh di depan wajahnya. Memikirkan hubungannya dengan Nafas seperti mencoba menggulung rapi ribuan meter benang yang kusut.

"Masalahnya, Hana sedang tidak senang bersamaku." Carol khawatir. Di luar masalah kriminal ini, ada masalah percintaannya yang belum juga punya jalan keluar.

"Hana mencintaimu. Dari dulu. Dan perasaan itu tidak mungkin hilang dalam waktu seminggu." Misca berusaha bijaksana.

"Kamu sedang bicara soal perasaanmu yang hilang saat sarapan?" Carol menyindir kejadian di hotel, mengingatkannya pada Nafas.

"Tahu dari mana kamu?" Misca terperangah.

"Namaku Carol Sue." Carol menyebut namanya bangga. Dengan kecerdasan yang dimilikinya dan uang orang tuanya, gadis itu mengembangkan sebuah software untuk melacak semua hal, hanya melalui nomer ponsel seseorang.

"Apa kamu bisa mengakses michrophone dan kamera dari perangkat kerasnya juga?" Misca memincingkan mata.

"Ahaha, tidak," kata Carol. "Aku berharap sih, bisa mengembangkan teknologi chip di badan manusia, jadi Hana akan berhenti memperlakukanku seperti dukun yang bisa kapan saja mebaca isi kepalanya." Carol mengeluh.

4. Pair a Dice GxG (END)Where stories live. Discover now