Penyesalan Devian

94 4 0
                                    

Devian meremas surat dari Arunika dengan erat. Meluapkan emosi, kecewa sedih dan penyesalan yg bercampur jadi satu.
Bukan, bukan ini yg dia harapkan, di putuskan dan di tinggal pergi kekasihnya.
Devian benar - benar tidak menyangka bila ketakutannya selama ini terjadi, mimpinya di tinggal pergi kekasihnya menjadi kenyataan.
Tidak, ini tidak boleh terjadi, Devian yakin masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya.
Dengan langkah tergesa - gesa Devian keluar dari kamar sambil menyambar kunci motor yg tergeletak diatas nakas, dia berlari menuju garasi hingga mengabaikan pertanyaan kedua sahabatnya yg menatapnya bingung.
Devian memacu motornya dengan kecepatan penuh, agar cepat sampai di tempat tujuannya, dimana lagi kalo bukan di bandara seperti yg ada di dalam mimpinya.

"Arun maafkan aku." lirih Devian memohon maaf pada Arunika sambil melajukan motornya, pikiran Devian berkecamuk memikirkan apa yg telah dia lakukan hingga membuat kekasihnya memilih pergi meninggalkannya, hingga satu per satu kesalahan yg pernah Devian lakukan muncul di benaknya dan menjadikan sebuah penyesalan yg menyeruak menusuk ulu hatinya.

Devian sadar semenjak kejadian tiga hari yg lalu dia merasa janggal dengan kekasihnya yg tiba - tiba menghilang tanpa kabar, ternyata dia telah mengetahui fakta yg selama ini di tutupinya, Devian menyesal karena terlambat jujur pada kekasihnya hingga menjadikannya kecewa dan pergi meninggalkannya.
Harusnya dia tidak mengulur - ulur waktu untuk jujur pada kekasihnya, harusnya dia tidak mengabaikan kekasihnya, harusnya dia bisa tegas dengan perasaannya, harusnya dia bisa menjaga hati kekasihnya untuk tidak terlalu dekat dengan Clarissa, banyak kata seharusnya yg tidak bisa Devian lakukan dan ulangi saat ini.

Perjalanan yg seharusnya di tempuh dalam kurun waktu tiga puluh menit kini hanya lima belas menit Devian sampai di bandara, Devian bergegas masuk ke dalam ruang tunggu untuk mencari keberadaan kekasihnya.
Sepuluh menit berlalu, Devian berlari kesana kemari sambil melihat sekelilingnya berharap dapat menemukan sosok yg dia cari dalam deretan orang - orang yg sedang menunggu keberangkatannya ke tempat tujuan.
Devian juga berkali - kali menghubungi ponsel Arunika siapa tau kekasihnya itu masih di bandara. namun nomor kekasihnya tidak aktif sejak 3 hari yg lalu, hal itu membuat Devian kelimpungan dengan perasaan resah gelisah takut dia terlambat. Saat menengok di pintu masuk keberangkatan, Devian melihat salah satu petugas bandara sedang memeriksa penumpang, Devian segera menemui salah satu petugas bandara itu untuk menanyakan perihal kekasihnya.

"Permisi pak, saya ingin menanyakan apakah bapak tadi melihat gadis yg ada di foto ini sudah berangkat?." tanya Devian sambil menunjukkan foto Arunika di ponselnya.

"Maaf mas gadis yg naik di pesawat tidak hanya satu, bisa mas tunjukkan kemana tujuan keberangkatannya?." tanya balik petugas bandara.

"Saya tidak tau kemana tempat tujuannya pak, tapi saya tau data lengkapnya, bisa minta tolong carikan data gadis ini pak, saya mohon pak ini sangat penting." Devian memohon agar petugas bandara mau membantunya melacak keberadaan Arunika.

"Kalau boleh tau anda siapanya gadis ini?, saya tidak bisa sembarangan memberi data pada orang asing." kata petugas bandara dengan tatapan menyelidik.

"Saya saudaranya pak, adik saya kabur dari rumah." Devian terpaksa berbohong agar petugas bandara mau memberinya informasi tentang Arunika. Di dalam hati Devian berdo'a semoga petugas itu percaya dengan perkataannya.

"Baiklah tunggu sebentar." dengan wajah penuh harap dan perasaan deg - degan Devian menunggu petugas bandara yg sedang mencari informasi tentang kekasihnya.

Beberapa menit kemudian petugas bandara memanggil Devian dan menjelaskan pada Devian jika pesawat yg di tumpangi oleh Arunika sudah lepas landas dua jam yg lalu dengan tujuan new york, Amerika serikat. Dan petugas bandara juga mengatakan jika saat itu Arunika sedang bersama seorang pria paruh baya yg di duga adalah ayah kandung dari gadis tersebut. Devian yg mendengar penjelasan tersebut wajahnya berubah menjadi pias, tubuhnya luruh ke lantai, telapak tangannya mengepal erat ketika rasa sesak itu menikam ulu hatinya, membuat dadanya naik turun seiring jatuhnya air mata penyesalan. Pada akhirnya mimoi yg selama ini dia takutkan itu benar - benar terjadi di dalam hidupnya.

My CEO is My Ex (On Going)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt