Marissa sadar

11 2 0
                                    

"Tapi sayangnya kita sudah sampai Mel". Ucap Mario sambil menunjuk ruang Obgyn di depannya.

"Ta-tapi Yo aku tidak... ", Melisa sengaja tidak melanjutkan ucapannya, namun dengan cepat dia mencabut infus yg melekat di tangannya dan segera bangkit dari kursi roda yg di dudukinya. Saat Melisa baru berjalan tiga langkah, Mario dengan cepat menahan pergelangan tangannya dan menyeretnya untuk masuk ke dalam ruang Obgyn meninggalkan kursi roda yg masih di depan ruangan itu. Tangan Melisa mengeluarkan darah karena dia menarik kuat infusnya, namun Melisa serta Mario tidak menghiraukannya. Mario terlalu fokus agar Melisa tidak kabur darinya, sedangkan Melisa menyusun rencana jika nanti dia ketahuan hamil.

"Mau kemana Mel, kamu tidak akan bisa lolos dari aku". Ujar Mario dingin dengan tatapan menusuk kearah mata Melisa yg membuat ibu hamil itu ketakutan, pasalnya wajah Mario benar - benar menyeramkan saat marah.

"A-aku mau ke toilet, ya mau ke toilet". Kata Melisa mencari alasan sambil menatap kearah lain, dia tidak berani menatap wajah Mario yg sudah di selimuti amarah.

"Jangan banyak alasan, cepat masuk". Perintah Mario tegas dan tak terbantahkan. Melisa pasrah menuruti perintah Mario. Dengan tubuh lemas Melisa masuk ke dalam ruang Obgyn dan di ikuti Mario di belakangnya.

"Selamat siang bapak ibu, ada yg bisa kami bantu". Sapa sang dokter kandungan dengan ramah.

"Saya ingin memeriksakan kandungan tunangan saya Melisa dok, dan ini surat pengantar dari UGD". Kata Mario sambil menyerahkan surat dari dokter UGD. Dokter UGD kemarin menyarankan agar Mario memeriksakan kandungan Melisa di poli Obgyn dan dokter UGD juga memberikan surat sebagai pengantarnya.

"Baik pak saya lihat data ibu Melisa dulu, bapak dan ibu bisa tunggu sebentar". Ucap sang dokter sambil mengoperasikan komputer di depannya, "Mari ibu silahkan berbaring di brankar kita akan melakukan USG untuk mengetahui perkembangan janinnya". Lanjutnya.

Sang dokter kandungan di bantu oleh perawat mengoleskan gel ke perut Melisa yg agak sedikit membuncit, lalu dokter itu menggerakkan transducer di atas perut Melisa yg di olesi gel tadi, pada layar monitor terpampang jelas gambar rahim Melisa yg terdapat janin yg masih berupa segumpal darah yg besarnya masih sebiji kacang tanah, sang dokter juga menjelaskan bahwa janin yg berada dalam kandungan Melisa sangat sehat meski kemarin Melisa sempat mengalami syok untungnya tidak mempengaruhi perkembangan janinnya, dan saat ini kandungan Melisa berusia 6 minggu seperti penjelasan dokter yg jaga di UGD kemarin.

Perawat membersihkan sisa gel di perut Melisa dengan tissu lalu membantunya untuk duduk. Setelah itu Melisa kembali duduk di samping Mario yg berhadapan dengan sang dokter kandungan.

"Tolong di jaga pola makannya ya Bu, bapak juga harus mengingatkan tunangannya, ibu Melisa untuk sementara waktu tidak boleh banyak gerak dulu dan hindari stres". Ucap sang dokter memberi nasihat pada Melisa dan Mario.

"Dok apa bisa melakukan tes DNA selama bayinya masih dalam kandungan?". Tanya Mario yg mendapat pelototan dari Melisa. Dalam hati Melisa ketar - ketir jika Mario mengetahui fakta tentang kebusukannya.

"Kamu apa - apaan sih Yo". Bisik Melisa lirih. Melisa tidak berani bersuara keras karena takut di dengar dokter di depannya.

"Bisa pak, tapi saat kandungan sudah berusia 10 - 12 minggu". Jelas sang dokter membuat Mario manggut - manggut, dia tidak perlu menunggu waktu lama agar semuanya terkuak, dan Mario sangat yakin jika bayi yg di kandung Melisa bukanlah darah dagingnya melainkan dari lelaki lain. Mengingat itu Mario menjadi geram terhadap Melisa.

"Kalau begitu kami permisi dulu dok, terima kasih". Pamit Mario berjabat tangan dengan dokter di depannya dan di ikuti oleh Melisa, Mario mencengkeram erat lengan Melisa agar tidak bisa kabur darinya.

My CEO is My Ex (On Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora