Sahabat?

41 2 0
                                    

Setelah Erick mengantar Selena pulang ke rumahnya, disinilah Erick berada di kediaman keluarga Pranata atau lebih tepatnya Erick bertandang ke rumah orang tuanya untuk bertemu dengan ayahnya, Bondan.
Saat masuk ke dalam mansion, Erick di tatap sinis oleh Erwin, adiknya. Tidak lupa lontaran kalimat berupa sindiran dari Erwin di tujukan untuk Erick yg saat ini pulang ke rumahnya, Erwin berkata jika Erick sudah jadi gembel dan ingin mengemis supaya di terima di keluarga Pranata lagi. Erick yg marah mendengar sindiran itu mengepalkan tangannya erat, dia sedang tidak ingin mencari masalah dengan adiknya yg selalu memancing emosinya, Erick berlalu begitu saja meninggalkan Erwin tanpa mengucapkan sepatah kata.
Erwin yg melihat tingkah laku kakaknya melongo tak percaya, pasalnya kakaknya adalah lelaki yg mudah emosi, di pancinh sedikit pasti akan meledak dan setelah terjadi keributan, Erwin akan memutar balikkan fakta jika Erick lah yg mengajaknya ribut dulu.
Dengan langkah tergesa, Erick menghampiri kamar ayahnya setelah tadi sempat bertanya pada kepala maid.

Tok Tok Tok

Terdengar bunyi kunci di putar, saat pintu di buka terpampang wajah cantik ibunya yg masih awet muda meski usianya sudah menginjak kepala lima, ibu Erick yg melihat ank sulungnya berdiri di depannya tak kuasa menahan tangis, di peluknya tubuh tegap putra kesayangannya itu sambil menangis tersedu - sedu.
Di bingkai wajah Erick yg banyak mengalami perubahan semenjak 3 tahun yg lalu saat meninggalkan rumah, ibunya sangat rindu pada putra sulungnya itu, ingin rasanya menemui putranya, tapi ancaman dari suaminya yg berkata jika dia berani menemui Erick meski sekali, suaminya tidak akan segan - segan membuat hidup Erick menderita di luar sana. Maka dari itu ibu Erick tidak pernah menemui bahkan mencari keberadaan putranya, hanya do'a yg tiap malam dia panjatkan agar putra kesayangannya selalu dalam lindungan-Nya.
Ibu Erick menanyakan kabar dan keadaan Erick saat jauh darinya, saat Erick akan menjawab suara berat menginterupsi obrolan mereka.

"Siapa bu?." tanya Bondan dengan suara berat seperti baru bangun tidur.
Bagaimana tidak bangun tidur, sepulangnya dari kosannya Kiara Bondan langsung di tangani oleh dokter pribadinya di rumahnya dan baru bangun sehabis minum obat dari dokter untuk meredakan rasa nyeri di tubuhnya.
Mendengar suara Ayahnya Erick berjalan mendekat, Erick cukup terkejut melihat kondisi ayahnya saat ini, Erick juga tau siapa yg melakukan ini pada ayahnya, namun Erick memilih untuk berpura - pura tidak tahu.

"Mau apa kamu kesini?, sudah berubah pikiran?." tanya Bondan tersenyum remeh. Bondan sebenarnya kaget dengan kedatangan Erick di kamarnya, Bondan mengira Erick datang padanya untuk menyetujui rencana perjodohan itu, ternyata dugaannya...

"Jangan harap saya berubah pikiran, yg ada saya semakin membenci dan akan menentang anda." ucap Erick dengan wajah datar dan dingin. Sebenarnya saat melihat ayahnya Erick merasa iba dengan kondisinya tapi setelah mendengar perkataan ayahnya yg meremehkannya seperti adiknya membuat Erick hilang simpati, Erick mengeraskanhatinya untuk melawan ayahnya, "Dimana anda sembunyikan kekasih saya?."
Dahi Bondan mengernyit bingung, bukannya Kiara harusnya masih di kos - kosannya, tapi kenapa putranya bilang..

"Saya akan memberitahu dimana kekasihmu berada tapi kamu harus mau bertunangan dengan Selena." Bondan mencoba mengelabuhi putranya, dia menyadari jika kedatangan putranya kesini hanya untuk mencari keberadaan kekasihnya yg menghilang semenjak kejadian tadi siang, padahal Bondan saja tidak tau dimana Kiara berada.
Erick mengamati perubahan di wajah ayahnya, dia terkekeh dalam hati dan akan mengikuti permainan ayahnya, dia acting dan mencoba percaya dengan apa yg di katakan oleh ayahnya, dalam hati Erick sangat yakin jika kekasihnya tidak berada dalam sekapan ayahnya.

"Saya akan menerima perjodohan itu tapi pertemukan dulu saya dengan Kiara besok, jika anda tidak sanggup memenuhi permintaan saya, perjodohan saya anggap batal dan jangan usik hidup saya serta orang - orang terdekat saya." kata Erick datar.
Erick berlalu pergi dari hadapan ayahnya begitu saja.
Sebelum benar - benar keluar dari kamar ayah dan ibunya, Erick sempat mengecup kening ibunya dan membisikkan kalimat penenang untuk ibunya.


                          ***

Pagi ini karyawan di perusahaan MW Group datang lebih cepat dari biasanya karena hari ini Bods besar akan datang ygtak lain adalah ayah dari Devian, David Mahawira.
Para karyawan berjejer rapi di depan lobby menyambut kedatangan Boss besarnya yg akan mengikuti rapat tahunan. Rapat yg semestinya diadakan kemarin mendadak di tunda karena ayah Devian sedang berada di luar kota memantau perkembangan bisnisnya.
Arunika yg baru datang berjalan tergesa - gesa di depan lobby, dengan cepat dia menitipkan tasnya di tempat resepsionis yg kebetulan Ayu juga masih berada disana.
Terlihat mobil SUV mewah tipe range rover 3.0 autobiography memasuki halaman kantor, Boss besar turun di ikuti oleh sang asisten pribadi dan di sampingnya berdiri sang putra tunggalnya yg sekarang menjadi pemimpin MW Group.
David Mahawira Boss besar yg masih tetap berkarisma meski di usianya yg tidak muda lagi, jika bersanding dengan Devian malah lebih kelihatan kakak beradik dari pada ayah dan anak, wajah mereka sangat mirip, tapi mata dan kulit Devian menurun dari sang ibu.
David berjalan melewati karyawan yg berjejer rapi sambil mengulas senyum sesudah memberi sambutan sepatah dua patah kata untuk motivasi karyawannya.
David juga meminta Arunika agar mengikutinya dari belakang karena ada yg ingin David bicarkan mengenai kinerja Arunika.
Setelah berada di dalam ruangan tuan David alias boss besar, Arunika mendadak gugup takut jika selama beberapa hari ini kinerjanya tidak sesuai dengan prosedur yg ada dan kurang memuaskan atasaannya.
Saat tuan David berbicara tentang kinerja Arunika yg sudah cukup baik membuat hati Arunika yg tadinya ketar - ketir menjadi lega.
Beliau juga ingin mengenalkan Arunika pada seseorang sekretaris rekan bisnisnya yg sudah tidak di ragukan lagi kehebatannya.
Entah mengapa hati Arunika mendadak jadi gelisah, seperti akan terjadi sesuatu hal yg tidak dia inginkan saat ini. Huft.. Arunika mencoba menarik nafas dalam - dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan agar gelisahdi hatinya sedikit membaik.
Ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunan Arunika, setelah mendapat jawabandari tuan David terdengar suara handle pintu terbuka di iringi ketukan heels yg beradu dengan lantai menggema di dalam ruangan, Arunika yg saat itu masih menunduk tidak berani menatap seseorang yg datang atas panggilan boss besarnya.

"Silahkan duduk dulu." kata tuan David lalu menoleh kearah Arunika, "Arunika perkenalkan dia adalah sekretaris yg tadi saya bicarakan, kamu bisa belajar atau tanya - tanya tentang apa yg tidak kamu pahami dengan dia." lanjut tuan David memperkenalkan wanita yg duduk di sofa single di depannya, saat Arunika mengangkat wajahnya alangkah terkejutnya saat mendapati wajah seseorang di masa lalunya yg pernah membuatnya terluka. Wanita itu juga tak kalah terkejutnya dari Arunika, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, gugup dan gelisah bercampur rindu di rasakan wanita di hadapan Arunika yg tak lain adalah Clarissa. Clarissa gugup karena setelah 6 tahun dia mencari keberadaan Arunika untuk meminta maaf baru kali ini dia di pertemukan langsung oleh sahabat baiknya, dia juga gelisah jika Arunika tidak mau memaafkannya dan mendengar penjelasanny yg sudah terlalu lam alias basi untuk di bahas, tapi perasaan Clarissa yg lebih dominan adalah rindu pada sosok sahabat yg sudah sangat baik terhadapnya, di saat hari pertamanya menjadi murid baru tidak ada yg mau berteman dengannya, Arunika dengan tangan terbuka menerima Clarissa dan menganggapnya sebagai sahabat. Setelah kejadian penolakan Devian di taman belakang sekolah 6 tahun yg lalu, hidup Clarissa selalu di bayang - bayangi penyesalan dan rasa bersalah terhadap sahabat baiknya itu.

"A-arun." ucap Clarissa terbata.

"Kalian sudah saling kenal?." tanya tuan David menatap bergantian kearah Arunika dan Clarissa.

"Sudah om, dia sahabat Clarissa waktu di SMA." sahut Clarissa cepat, dia takut jika Arunika menyanggah dan bilang bahwa mereka tidak saling kenal, Clarissa tidak mau persahabatan mereka putus, oleh karena itu seburuk apapun hubungan persahabatan mereka di masa lalu Clarissa berjanji akan memperbaikinya. Clarissa juga selama ini masih menganggap Arunika sahabat satu - satunya yg tulus menyayanginya.
Arunika yg mendengar Clarissa berkata jika dia adalah sahabatnya hanya tersenyum kecut sambil memalingkan muka, masih pantaskah Clarissa di sebut sebagai sahabat setelah penghianatannya dulu?, Entahlah Arunika pusing memikirkannya, yg Arunika inginkan saat ini bisa keluar dari ruangan yg  membuat dirinya tertekan dan canggung ini.

"Oh ya berarti Arunika juga kenal dengan Devian dong?."
Arunika yg mendengar pertanyaan dari tuan David langsung melotot kearah Clarissa mengkodenya untuk tidak menjawabnya.
Clarissa yg tau jika Arunika masih bersikap dingin padanya hanya diam dan menurut pada Arunika.

"Sudahlah pah, kenapa papah tanya Arun yg aneh - aneh sih, kan jadi gak nyaman dia." sela Devian yg baru saja masuk ke ruangan papahnya dan tidak sengaja mendengar pertanyaan untuk Arunika.

"Arun kamu ikut saya sekarang meninjau lokasi proyek pembangunan mall di jalan xxx." sambung Devian yg langsung berlalu pergi dan di ikuti oleh Arunika setelah meminta izin dan berpamitan dengan tuan David.

My CEO is My Ex (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang