Kulkas dua pintu

49 2 0
                                    

Semenjak pertemuan Arunika dan Clarissa di Kay's Cafe hubungan keduanya berangsur membaik bahkan mereka kembali akrab dan kompak seperti saat SMA dulu. Clarissa juga sering bertemu dengan Arunika saat di luar kantor untuk menghilangkan penat sehabis kerja. Dan saat ini juga Clarissa sedang berada di kantor tempat Arunika bekerja karena Clarissa ingin mengajak Arunika makan siang bersama.
Clarissa keluar dari ruangan Arunika bertepatan saat itu ada Devian yg juga sedang berjalan menuju ruangan Arunika. Devian yg melihat keberadaan Clarissa di depan ruangan Arunika langsung menghampirinya.

"Ngapain lo disini?, pergi dan jangan ganggu Arun." ucap Devian dingin dengan mata menyorot tajam kearah Clarissa.

"Gue ada perlu sama dia." jawab Clarissa cuek, dia sebal dengan sikap Devian yg berubah 180° menjadi pria dingin dan arogan.

"Buat apa?, mau nyakitin dia?, mending lo pergi dia gk butuh sahabat kayak lo." Devian melontarkan kalimat pedasnya.

Arunika yg baru saja keluar dari ruangannya menjadi ternganga melihat Devian dan Clarissa berdebat, sepertinya hubungan diantara mereka tidak baik - baik saja, Arunika menoleh kearah Erick untuk meminta penjelasan dengan apa yg di lihatnya, seingatnya dulu Devian selalu bersikap lembut jika menyangkut tentang Clarissa.

Erick mendekati Arunika dan berkata pelan, "Pak Boss berubah menjadi pria dingin dan arogan saat lo pergi, semenjak itu dia menjadi pria bermulut pedas jika ada wanita yg mendekatinya, bahkan dengan Clarissa juga pak Boss membentengi dirinya dan menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengannya, pak Boss ingin menjaga hatinya hanya buat lo." Arunika yg mendengar perkataan Erick menjadi syok, dia tidak menyangka jika pengaruhnya begitu dahsyat bagi Devian, Arunika merasa bersalah karena menghilang dari Devian dan memilih menjadi pengecut tanpa menyelesaikan masalahnya dengan Devian dan bertanya langsung pada Devian.

"Kayak Arun mau balikan aja sama lo, heran gue bisa - bisanya dulu Arun betah pacaran sama manusia jelmaan kulkas dua pintu kayak lo, di lihat dari segi manapun lo gak ada cakep - cakepnya, paling menang karena lo kaya aja." Clarissa tersenyum miring. Kalo Devian bisa mengatainya dengan mulut pedasnya, dia juga bisa berbalik menjatuhkan mentalnya.

"Bukannya lo dulu juga naksir sama gue bahkan lo sampai terobsesi sama ketampanan gue dan tega menghianati sahabat lo." kata Devian dengan senyum smirk. Clarissa kalah telah dengan perkataan Devian.

"Itu hal paling bodoh yg pernah gue sesali, pernah suka sama manusia papan triplek kayak lo dan gue bersyukur banget telah di bukain mata hati gue supaya tidak terjerumus sama tampang lo."

Arunika yg melihat Devian dan Clarissa masih adu mulut mencoba melerainya.

"Kalian ngapain?," tanya Arunika yg mendekat kearah Devian dan Clarissa.

"Arun akhirnya kamu keluar juga, mending kita cabut dari sini sebelum keruntuhan balok es batu." ucap Clarissa sambil menggandeng tangan Arunika berniat mengajaknya pergi dari depan ruangan Arunika.

"Lepasin tangan lo." Devian menepis tangan Clarissa yg menggandeng tangan Arunika, "Arun kamu gapapa kan?, kita pergi dari sini ya." ucap Devian lembut pada Arunika.

"Cih.. bicara sama Arun aja di lembut - lembutin, dasar kulkas dua pintu." sinis Clarissa, "Arun sudah ada janji dengan gue mau makan siang bareng jadi lo gak usah ganggu kita."
Devian yg mendengar perkataan Clarissa hanya merespon dengan mengedikkan bahu. Devian menarik lembut tangan Arunika dan akan di bawa pergi ke tempat restoran yg sudah dia siapkan untuk Arunika.

"Hey.. jangan seenaknya aja lo narik - narik Arun, gue dulu yg udah janji makan siang bareng sama dia bukan lo, mending lo makan siang bareng si medusa aja sana." ucap Clarissa yg menggenggam tangan Arunika satunya sambil mengibaskan tangannya dengan gerakan mengusir kearah Devian.
Devian yg tidak percaya dengan perkataan Clarissa menoleh kearah Arunika meminta penjelasan, namun melihat anggukan dari Arunika membuatnya lemas, selang beberapa detik Devian tersenyum simpul.

"Aku akan tetap ikut kemanapun kamu pergi, karena setelah ini kita harus menghadiri rapat dengan perusahaan xxx." Devian tersenyum mengejek kearah Clarissa.
Arunika yg mendengar perkataan Devian seketika menepuk keningnya, dia lupa setelah jam makan siang dia harus menemani Devian rapat dengan perusahaan xxx.

"Sorry Cla, aku lupa jika nanti ada rapat, apa kamu tidak keberatan jika Devian dan Erick bergabung dengan kita." Dengan terpaksa Clarissa mengangguk setuju, mau bagaimana lagi ini sudah menjadi tanggung jawab Arunika sebagai sekretaris Devian yg mengikuti kemanapun CEO-nya pergi.
Akhirnya mereka berempat pergi ke restoran dengan mengendarai dua mobil, Arunika semobil dengan Devian sedangkan Clarissa semobil dengan Erick, dengan perdebatan yg cukup alot akhirnya Devian berhasil memenangkannya untuk bisa semobil dengan Arunika, dia beralasan ingin berdua dengan Arunika karena ada yg ingin dia bahas mengenai rapat nanti.
Semenjak dalam perjalanan menuju Cafe, Clarissa mencak - mencak tidak jelas, karena dia kalah dengan Devian.
Sesampainya di Cafe, Devian menarik kursi untuk Arunika duduki, Clarissa yg melihat sikap manis Devian kepada Arunika ingin muntah saja, tanpa suara Clarissa berekspresi seperti orang yg sedang menahan mual.
Dua puluh menit menyelesaikan acara makan siangnya yg canggung karena hawa permusuhan antara Devian dan Clarissa masih berlanjut.
Devian tidak sengaja menoleh keluar ruangan Private yg sedang berada di cafe itu, disana ada Miranda yg sedang celingukan mencari keberadaannya, mungkin Miranda tau jika Devian berada disini karena melihat mobil Devian yg berada di tempat parkir. Devian bingung bagaimana caranya dia bisa keluar agar tidak ketahuan dengan Miranda, dia malas berurusan dengan medusa satu itu.
Clarissa yg melihat raut wajah Devian yg berubah dan sedang memperhatikan keluar, ikut mengarahkan pandangannya kearah apa yg Devian lihat, Clarissa tersenyum mengejek karena ada Miranda yg tentunya Clarissa tau jika Devian paling anti dan jijik dengan wanita medusa yg tidak tau malu itu.

"Di samperin cewek lo tuh Dev." celetuk Clarissa tiba - tiba.

"Jangan mulai Clarissa, gue males ngeladeni cewek gak jelas kayak lo."

"Sialan lo Dev, gue aduin Miranda kalo lo ada disini mampus lo."
Devian yg mendengar itu hanya cuek dengan wajah datarnya.

"Arun kita langsung menuju perusahaan xxx ya, karena pak Bram sudah menunggu kedatangan kita." ucap Devian beranjak dari kursinya.
Arunika yg mendengar ucapan Devian hanya mengangguk pelan, matanya melihat kearah Clarissa.

"Gue gapapa Run, kalo ada waktu kita hangout bareng tanpa pengganggu." ucap Clarissa sambil melirik sinis kearah Devian.

"Maaf Boss, apa lo yakin mau muncul di hadapan Miranda?." tanya Erick.
Tanpa menjawab Devian menggandeng tangan Arunika keluar dari private room.
Di depan pintu masuk Devian bertemu dengan Miranda.

"Drv kamu disini juga?." tanya Miranda lalu menoleh kearah Arunika, "Di-Dia.. ." ucap Miranda mengantung di udara, dia sedang mengingat - ingat dimana dia pernah bertemu dengan wanita yg berada di samping Devian.

Saat Devian akan menjawabnya, Arunika menyelanya, "Saya sekretaris pak Devian nyonya Miranda." ucap Arunika.

"Hmm.. Dev kita makan siang bareng yuk, mumpung saat ini kita ada di cafe langgananku." Ajak Miranda yg bergelayut manja di lengan Devian. Devian yg risih langsung menepisnya apalagi sekarang berada di tempat umum.

"Tidak." tolak Devian dengan tegas, "Lo pergi dari sini dan jangan ganggu hidup gue dengan tubuh murahan lo." Setelah melontarkan kalimat pedasnya, Devian berlalu dari hadapan Miranda dengan menggandeng tangan Arunika. Melihat wajah syok dan malu Miranda, Clarissa yg berada di depan Miranda tersenyum mengejek.

"Dev tunggu aku.. Dev.. Dev.. ." teriak Miranda sambil mengejar Devian yg berada di parkiran.
Miranda terlambat, mobil yg di kendarai Devian melaju dengan cepat hingga Miranda tidak bisa mengejarnya.

"Kasihan di tolak ke seribu kali." ujar Clarissa dengan senyum meledek, "Sadar diri itu perlu setidaknya agar ke depannya lo gak malu - maluin menjadi manusia." Clarissa bergegas pergi dan tidak lupa dia menyenggol pundak Miranda hingga terhuyung ke belakang.
Miranda yg mendapat perlakuan seperti itu mengepalkan tangannya erat, wajahnya merah padam menahan amarah, dalam hatinya Miranda akan membalas ejekan Clarissa dengan yg lebih kejam lagi.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now