Amnesia disosiatif

31 2 0
                                    

Para karyawan MW Group di sibukkan dengan persiapan perayaan ulang tahun perusahaan yg ke - 25 tahun, setiap harinya mereka lembur dan seminggu sekali akan diadakan rapat guna mengecek persiapan perayaan yg sudah berjalan sampai tahap mana. Devian, Erick dan Arunika menjadi penanggung jawab acara yg di bantu oleh oma Renata dan papah Devian, David Mahawira.

Kurang dua minggu acara akan di selenggarakan, Arunika kerap bolak - balik dari kantor ke mansion Mahawira dan sebaliknya. Arunika berunding dengan oma Renata mengenai dekorasi dan catering, meski sudah menggunakan jasa EO tapi oma Renata ingin perayaan ulang tahun kali ini berbeda dan lebih special karena ini merupakan perayaan yg ke - 25 tahun sejak berdirinya MW Group.

Seperti hari ini, Arunika berada di kediaman Mahawira untuk membantu oma Renata menyusun daftar nama - nama yg akan di undang dalam perayaan ulang tahun perusahaan, di mulai dari kerabat dekat keluarga Mahawira hingga para kolega bisnis yg bekerja sama dengan MW Group. Saat ini Arunika sedang berada di kamar pribadi oma Renata yg luasnya hampir menyerupai kamar mendiang oma'nya. Dua jam berkutat dengan kertas di depannya, Arunika bangkit dari duduknya untuk meregangkan otot - ototnya yg kaku. Oma Renata yg melihat Arunika lelah pun mengajak istirahat di balkon kamarnya yg sebelumnya sudah di siapkan minuman dan makanan ringan oleh pelayan beberapa menit yg lalu. Saat ingin berjalan menuju balkon, pandangan Arunika tidak sengaja tertuju pada goodie bag yg berukuran kecil berada di atas nakas. Arunika seperti tidak asing dengan logo itu. Karena penasaran Arunika memberanikan diri bertanya pada oma Renata.

"Oma itu apa yg berada di atas nakas?".

"Itu teh herbal dari Marissa oleh - oleh dari kota xxx, kenapa?".

"Arun seperti tidak asing dengan logo pada goodie bag itu". Lalu Arunika menggeleng, "Ah mungkin saja Arun yg salah liat". Lanjutnya lagi.

"Kamu penasaran isinya?, oma juga tidak tau apa isinya karena belum sempat membukanya, ayo kita buka sama - sama". Ajak oma Renata.

"Gak usah oma, itu kan untuk oma harusnya hanya oma saja yg membukanya bukan sama Arun, maaf kalo tadi Arun lancang bertanya tentang goodie bag itu".

"Gapapa Arun, lagian oma sebenarnya tidak minat untuk membukanya, takut kalo di dalamnya ada jebakan untuk oma mengingat bagaimana sifat kejam Marissa pada oma".

"Tapikan... ". Belum sempat Arun menyelesaikan perkataannya, oma Renata berjalan menuju balkon sambil menenteng goodie bag pemberian Marissa.

Setelah memastikan Arunika duduk di tempatnya, oma Renata membuka goodie bag'nya dan ternyata isinya adalah teh herbal.

Dahi Arunika mengernyit, dulu dia sering bahkan setiap hari melihat teh herbal itu berada di pantry rumahnya, bundanya yg setiap hari mengkonsumsinya untuk menjaga kebugaran tubuhnnya.

"Kenapa Arun?". Tanya oma Renata setelah melihat perubahan di wajah Arunika.

"Teh itu mirip sekali dengan teh yg setiap hari di konsumsi oleh bunda sebelum meninggal". Lirih Arunika. Berbagai spekulasi muncul di benaknya, dari yg positif sampai yg negatif semua bercampur menjadi satu membuat kepala Arunika mendadak pusing.

"Apa kamu yakin?". Tanya oma Renata memastikan.

Melihat Arunika yg mengangguk cepat tanpa ragu membuat oma Renata terdiam membisu.

"Oma.. ". Panggil Arunika sambil menyentuh lengan oma Renata.

"Oma akan cari tahu kebenarannya, kamu tunggu disini sebentar". Oma Renata masuk ke dalam kamarnya mencari ponselnya untuk menghubungi seseorang yg akan dia mintai bantuan. Setelah pembicaraan yg cukup panjang, oma Renata mengakhiri panggilannya.

"Kita tunggu hasilnya seminggu lagi". Ucap oma Renata setelah kembali duduk di balkon bersama Arunika.

"Maksudnya gimana oma?".

"Oma menyuruh orang untuk menguji kandungan pada setiap bahan dari teh herbal ini, oma curiga ini bukan teh herbal yg biasa di konsumsi untuk kebugaran tubuh". Jelas oma Renata dengan mata memicing menatap teh yg di pegangnya.

"Selama ini Arun juga berpikir begitu oma, tapi Arun tidak memiliki teh herbal itu untuk di uji di laboratorium, sehingga kecurigaan Arun berhenti di situ saja". Papar Arunika menatap ke depan dengan pandangan kosong.

"Kamu tenang saja Arun, kita akan mengurai perlahan kejanggalan ini, semoga kebusukan yg telah di tutupi bertahun - tahun terkuak dan mendiang Raline serta Kinara bisa mendapat keadilan". Oma Renata berbicara dengan menggebu, dalam hatinya oma Renata yakin jika kematian menantu serta mendiang anak dari sahabatnya itu ada campur tangan dari seseorang.

"Iya oma semoga saja, Arun berharap setelah ini bunda tenang dan bahagia disana karena akan mendapat keadilan". Arunika diam sebentar dan menatap serius wajah oma Renata, "Oma sebenarnya apa yg dokter Andre katakan tentang kondisi Arun saat pingsan di ruangan pribadi oma?".

Oma Renata yg di tanya seperti itu tentu kaget, bagaimana Arunika tidak mengetahui apapun yg terjadi pada dirinya selama ini. Aneh, ini benar - benar membingungkan. Oma Renata memerlukan seseorang untuk menjelaskan tentang kejadian apa saja yg sudah menimpa Arunika selama ini hingga Arunika tidak di perkenankan tau tentang kondisinya sendiri.

Oma Renata jadi mengingat kembali tentang kejadian saat Arunika pingsan di ruang pribadinya.

#Flashback on#

Erick memasuki ruang pribadi oma Renata membawa Dokter Andre dan Ayu sang Resepsionis yg di minta oma Renata membawakan teh hangat untuk Arunika. Dokter Andre memeriksa kondisi Arunika yg sedang pingsan itu, Beberapa menit kemudian, Dokter Andre menatap satu - persatu yg berada di ruangan pribadi oma Renata itu. Setelah memastikan tidak ada orang lain yg mendengarnya Dokter Andre menghela nafas panjang yg di sertai mimik wajah yg sayu. Devian yg peka dengan perubahan raut wajah Dokter Andre, langsung menanyakan kondisi Arunika.

"Bagaimana kondisinya dok?".

"Apa ada yg tau jika saudari Arunika ini mengalami amnesia disosiatif?". Tanya dokter Andre balik.

"Maksudnya gimana ya dok?". Tanya oma Renata.

"Begini menurut hasil pemeriksaan saya, pasien semasa hidupnya pernah mengalami kejadian mengerikan atau melihat secara langsung di depannya itu menjadikannya trauma pada psikologisnya dan mengakibatkan pasien mengalami amnesia disosiatif, hal itu membuat pasien tidak mampu mengingat poin - poin informasi yg sebenarnya penting". Jelas Dokter Andre.

"Apa bisa di sembuhkan dok?". Tanya Devian lagi.

"Bisa, dengan menggunakan perawatan terapi bicara ( psikoterapi ) dan pengobatan."

"Apa ada kemungkinan untuk bisa kembali ingat dok?". Tanya oma Renata.

"Bisa, sebenarnya pasien yg mengalami amnesia disosiatif itu ingatannya masih ada hanya saja tersimpan sangat dalam di pikiran dan tidak bisa di ingat, meski begitu ingatan tersebut dapat kembali muncul dengan sendirinya atau di picu oleh seseorang yg berkaitan". Tutur Dokter Andre, "Kalo sudah tidak ada yg di tanyakan saya pamit undur diri, resepnya sudah saya tuliskan bisa di tebus di apotek terdekat". Imbunya lagi.

"Baik dok terima kasih, mari saya antar ke depan". Kata David papah Devian.

Sedangkan Devian dan oma Renata yg duduk di sofa tidak jauh dari tempat Arunika berbaring sedang berdiam memikirkan apa yg baru saja dokter Andre katakan, mereka tidak percaya dengan apa yg Arunika alami.

"Oma akan menghubungi ayah Arun untuk menanyakan perihal ini". Ucap oma Renata sambil mengotak - atik ponsel yg ada di genggamannya.

"Jangan sekarang Ma, Bagas sedang meeting dengan klien, nanti saja jika Bagas menelponku akan ku tanyakan padanya tentang Arunika". Ucap David yg sudah kembali setelah mengantar dokter Andre.

Oma Renata hanya bisa megangguk menurut perkataan David. 

#Flashback Off#

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now