Aksi absurb Arunika

18 1 0
                                    

Devian melangkah menuju ruangan Arunika, saat tiba di depan ruangan kekasihnya yg memang tidak tertutup rapat pintunya, dia tidak sengaja mendengar Arunika sedang berbicara di telepon dengan seseorang di seberang sana. Dengan penasaran Devian menempelkan telinganya pada pintu, karena badannya terlalu menempel hingga saat Erick menyapanya Devian menjadi kaget dan tak sengaja mendorong pintunya, Devian tercengang melihat apa yg kekasihnya itu lakukan begitu juga dengan Erick.

"A-Arun ka-kamu...". Ucap Devian tergagap melihat pemandangan di depannya. Devian tercengang melihat tingkah kekasihnya yg absurb, Arunika sedang berjoget mengikuti musik di Tik - tok yg sedang viral bersama Tika. Baru kali ini Devian melihat Arunika yg kalem bisa berbuat se absurb itu.

Arunika dan Tika yg mendengar ada seseorang memanggil Arunika pun serempak menoleh bersamaan, kedua gadis itu terkejut melihat ada Devian serta Erick berdiri di ambang pintu menatap cengo kearah mereka berdua.

Arunika dan Tika meringis malu melihat raut wajah boss serta sang asisten pribadi.

"Hehe.. Dev kamu ngapain disini?". Tanya Arunika sambil menggaruk tengkuknya yg tidak gatal. Arunika salah tingkah di tatap seintens itu oleh Devian, pasalnya Devian menatapnya tidak berkedip sama sekali.

"Kamu ngapain?" tanya Devian balik, otak Devian menjadi Blank melihat kelakuan kekasih serta karyawannya.

"Tik - tokan, kamu mau ikut sini gabung sama kita". Arunika malah mengajak Devian gabung dengannya, sedangkan Tika sudah ketar - ketir takut pak Boss'nya marah.

Devian yg sudah tersadar pun menetralkan wajahnya menjadi datar kembali, "Kamu lupa kalo sehabis jam istirahat kita ada meeting dengan Dewangga Group?". Tanpa menyambut ajakan kekasihnya, Devian malah bertanya pada Arunika, Arunika langsung menepuk jidatnya dia lupa kalo harus menemani Devian meeting dengan perusahaan Dewangga Group, Arunika baru tahu jika saat ini sudah memasuki jam istirahat karena saking asiknya tik - tokan bersama sahabatnya. Arunika dan Tika bukannya tidak bekerja akan tetapi Arunika sudah menyelesaikan tugasnya bersama Tika yg memang kebetulan dialah yg mengerjakan proposal bagian pemasaran, dari pada gabut Tika mengajak Arunika untuk tik - tok'an sambil menunggu jam istirahat tiba.

"Maaf Dev aku lupa, tunggu sebentar ya aku siap - siap dulu". Setelah berkata demikian Arunika bergegas menyambar tasnya dan map yg sudah di persiapkannya di meja kerjanya, saat Arunika ingin melangkah pergi Tika bersuara.

"Arun gimana dengan janji kita?". Tanya Tika mengingatkan, Pasalnya mereka tadi janjian ingin makan siang bersama di tempat langganan Tika bersama Ayu dan Johan juga.

"Sorry Tik gue gak bisa makan siang bareng kalian, gue lupa kalo setelah ini ada meeting dengan perusahaan Dewangga Group, gimana kalo lain kali aja biar gue yg traktir kalian sebagai permintaan maaf". Ujar Arunika dengan tatapan sendu, Arunika merasa bersalah dengan Tika yg sudah menunggunya sedari tadi.

"Gapapa Run sans aja, kita bisa kesana lain waktu". Ucap Tika dengan tersenyum tipis, dia paham dengan posisi Arunika saat ini. "Gue keluar dulu ya sebelum cowok lo marah sama gue". Bisik Tika sambil berjalan keluar dari ruangan Arunika tak lupa saat di depan Devian dan Erick, Tika menganggukkan kepalanya di sertai senyum tipis sambil berucap, "Mari pak Devian, pak Erick", lalu Tika berjalan cepat kearah lift, saat sudah berada di dalam lift Tika mengelus dadanya yg berdebar kencang melihat wajah dingin Devian, dadanya berdebar bukan karena jatuh cinta melainkan dia ketakutan melihat tatapan dingin boss'nya yg menusuk netranya, Tika lega bisa lolos dari pak Boss'nya yg arogan itu. Dalam hati Tika heran dengan Arunika bagaimana bisa sahabatnya dulu betah menjalin hubungan dengan manusia sedatar dan sedingin pak Boss'nya.

"Ayo Dev kita berangkat", ujar Arunika menghampiri Devian dan Erick yg berdiri di ambang pintu. Devian hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan di depan Arunika, sedangkan Erick memilih untuk kembali ke ruangannya karena makanan yg di pesannya telah tiba.

Disinilah mereka berdua, di restoran chinese food yg menyajikan aneka makanan yg menjadi favorit kedua sejoli itu semasa remaja dulu. Devian memang sengaja berangkat saat jam istirahat tiba karena dia ingin mengajak Arunika makan siang terlebih dahulu sebelum meeting dengan Kliennya. Devian ingin flashback dengan mengulang momen - momen manis semasa mereka pacaran dulu.

"Kamu mau pesen apa Run?, seperti biasa atau mau ganti yg lainnya?". Tanya Devian sambil menyodorkan buku menu di depannya.

"I fu mie sama minumnya teh manis aja". Jawab Arunika yg langsung di catat oleh pelayan di sampingnya, sedangkan Devian sudah memesan terlebih dulu.

Sepuluh menit berlalu mereka habiskan dengan berceloteh ria sambil mengenang kisah cinta saat remaja, akhirnya makanan yg mereka pesan pun datang dan mereka memakannya dengan tenang.

***

Marina memasuki ruang rawat inap Marissa setelah melihat tuan David keluar dari ruangan itu, Marina melihat Marissa sedang menangis tergugu sambil memegang map merah yg entah Marina sendiri tidak tau apa isi di dalamnya. Marina bergegas menghampiri adik kandungnya dan segera membawanya masuk ke dalam dekapannya, di rapikannya rambut Marissa yg acak - acakan dengan tangan satunya sibuk menyeka air mata yg mengalir deras di pipi mulus adik kesayangannya itu. Marina tidak tega melihat Marissa hancur seperti ini apalagi dengan kondisi yg masih belum sembuh total.

"Ada apa Sa kamu bisa cerita sama kakak tentang apapun itu", ujar Marina yg merasa pelukan Marissa semakin erat. Marissa saat ini membutuhkan bahu untuk bersandar.

"A-aku res-mi ce-cerai sa-ma Mas Da-vid kak", kata Marissa terbata - bata sambil menangis sesenggukan.

"Ka-kamu serius Sa?, bagaimana bisa bukankah kalian baru akan melakukan sidang lusa ya?". Tanya Marina meminta penjelasan. Dan Marissa menjelaskan kejadian tadi saat tuan David mendatanginya bersama asisten pribadinya. Marina yg mendengar penjelasan Marissa pun ternganga tak percaya. Dalam hati Marina membenarkan tindakan Tuan David karena memang disini adiknya yg salah tapi di satu sisi Marina juga tidak tega melihat adiknya terluka dan menderita.

"Kamu yg sabar ya Sa, mungkin ini cobaan untuk kamu agar kamu bisa berubah menjadi lebih baik lagi kedepannya", Marissa langsung melepaskan pelukannya mendengar penuturan kakaknya, Marissa tidak senang saat kakaknya ikut campur urusannya apalagi sampai menasehatinya yg menurut Marissa kakaknya itu pandai berkata tapi tidak bisa mempraktekkan di kehidupannya, dan menurutnya Marina terlalu lemah menjadi wanita.

"Jangan menasehatiku jika kakak saja tidak bisa menerapkan di kehidupan kakak sendiri, lihatlah kehidupan kakak yg kelabu karena di penuhi rindu yg terbelenggu, kakak memilih menyiksa diri kakak sendiri dari pada mengejar apa yg harusnya kakak miliki, jadi stop menceramahiku". Ucap Marissa menggebu - gebu. Emosi Marissa yg tidak stabil karena kondisinya yg masih belum pulih ditambah dia baru saja mendapat akta cerai dari mantan suaminya membuat amarah Marissa gampang tersulut dan meledak - ledak.

"Iya kakak tau maafkan kakak ya, kamu yg sabar masih ada kakak yg slalu stay di sampingmu, kita lewati ini sama - sama", Marina mengelus pundak Marissa untuk menenangkan sang adik.

"Makasih kakak selalu ada untuk aku, jangan tinggalkan aku kak", lirih Marissa sambil memeluk kakaknya, Marissa saat ini terlihat rapuh tidak seperti Marissa yg biasanya angkuh dan arogan. Tanpa Marina sadari tubuh Marissa menjadi lemas dan jatuh pingsan tak sadarkan diri di dalam pelukan kakaknya.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now