Di permalukan atau Mempermalukan

36 2 0
                                    

Arunika membereskan berkas - berkas yg berserakan di meja dengan cepat, dia ingin segera pulang karena mau mampir dulu ke supermarket untuk membeli bahan makanan dan cemilan buat stok seminggu di kulkasnya. Arunika memang terbiasa dari dulu lebih suka memasak sendiri dari pada harus beli, lebih terjamin kebersihannya dan juga lebih hemat.

Lift yg di tumpangi Arunika berhenti di lantai 10, saat pintu lift terbuka ternyata yg masuk adalah Johan sahabatnya yg memang bekerja di lantai 10 Divisi pemasaran.

"Tumben sendiri aja Run, gak sama pak Boss?". Tanya Johan yg memang saat itu di dalam lift hanya ada mereka berdua.

"Pak Boss masih ada urusan dengan pak Erick". Jawab Arunika, dia menatap Johan dengan tatapan intens seperti ada yg ingin di sampaikan lewat tatapannya.

"Lo kenapa natap gue kayak gitu?". Tanya Johan lagi.

"Eumm Jo.. Lo ada waktu gak sekarang?, gue mau bicara sesuatu privasi sama lo". Ucap Arunika ragu - ragu.

"Gue free kok, mau bicara dimana?".

"Gimana kalo di cafe depan aja".

"Gak ah, cari tempat yg lain aja jangan di sekitar kantor".

"Kenapa emangnya?".

"Ck, lo emang mau kalo ada karyawan kantor liat kita trus ada gosip yg enggak - enggak tentang kita, kalo gue sih gapapa".

"Iya juga, yaudah kita ke mall aja ntar sekalian gue mampir beli stok bahan makanan di kulkas sama cemilan".

"Boleh juga, gue nebeng lo ya soalnya tadi berangkat di anter ojol, motor gue masih di bengkel".

"Oke". Sambil melemparkan kunci mobilnya kearah Johan yg langsung di tangkapnya.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju basement.

Kini mereka berdua sedang berada di restoran jepang yg ada di dalam mall xxx, mereka memlilih menyantap makanannya terlebih dahulu baru setelah itu berbicara.

Kerja seharian memang menguras otak dan tenaga, mereka butuh amunisi untuk mengisi energi di tubuhnya.

"Lo mau ngomong apaan sama gue?". Tanya Johan yg sudah menyelesaikan makanannya.

"Tapi janji ya lo harus jawab jujur". Perkataan Arunika yg langsung di angguki oleh Johan.

"Eumm.. Jo, kenapa pas waktu di kantin lo bilang kalo gue mirip sama mantannya pak Boss, apa lo tau sesuatu?". Mata Arunika memicing curiga.

"Kapan?". Johan mengernyitkan dahinya, dia lupa jika pernah berkata jika mantan pak Bossnya mirip sama Arunika.

"Pas di kantin saat Ayu kenalin gue ke elo dan Tika".

"Ouhh yg itu, bukannya bener ya.. Hahaha". Johan bukannya menjawab malah meledek Arunika sambil tertawa.

"Gue serius Jo, lo pasti tau sesuatu kan?, jawab deh jangan bikin gue penasaran".

"Oke - oke gue bakal jawab, tapi lo harus jawab dulu pertanyaan gue, sejak kapan lo pacaran sama pak Boss?".

"Ma-maksudnya?". Arunika kaget mendengar pertanyaan Johan. Dari mana Johan tau jika dia pernah menjadi kekasih Devian. Fix, pasti Johan tau sesuatu.

"Udah jawab jujur aja, gue udah tau kalo lo mantan kekasihnya pak Boss".

"Da- dari mana lo tau?, siapa yg kasih tau lo, perasaan gak ada yg tau tentang hubungan gue dan Devian kecuali orang - orang terdekat gue dan di masa lalu".

"Gue gak sengaja denger pak Devian ngobrol sama pak Erick tentang lo, katanya pak Erick lo adalah mantannya tapi pak Devian menyangkal jika kalian masih sepasang kekasih dan tidak pernah putus". Ujar Erick. Dua hari setelah Arunika menjabat sebagai sekretaris Devian, Johan yg tadinya mau ke ruangan Devian untuk meminta tanda tangan harus berhenti di ambang pintu yg saat itu tidak tertutup rapat, Johan mendengar percakapan antara pak Boss dan sang asisten pribadi yg membahas tentang sekretaris baru yg merupakan mantan kekasih dari bossnya yg masih sangat di cintai olehnya.

My CEO is My Ex (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang