Permintaan Arunika

21 2 0
                                    

Tiga hari berlalu, akhirnya penelitian tentang teh herbal itu selesai, oma Renata dan Arunika mendatangi laboratorium dokter Richard yg berada di kawasan zxx Jakarta selatan. Di dalam laboratorium, dokter Richard saat ini sedang melakukan uji coba dan analisis sample bahan kimia seperti obat - obatan yg baru saja di terimanya dari luar negeri, dokter Richard sengaja melakukan penelitian terhadap obat - obatan itu agar mengetahui khasiat dan kandungan apa saja yg ada di dalam obat tersebut.

Saat menganalisis teh herbal dari oma Renata, dokter Richard menggunakan kelinci sebagai bahan percobaan untuk menguji kandungan yg berada di dalam teh herbal tersebut, setiap harinya kelinci itu di beri minum dari seduhan teh herbal, memang dari luar kelihatan kalo tubuh kelinci baik - baik saja, tapi semakin hari kondisi tubuh kelinci semakin lemah dengan detak jantung yg tidak beraturan, dan tepatnya setelah seminggu meminum teh itu, kelinci itu mati mengenaskan di dalam kandangnya tanpa meninggalkan jejak luka apapun.

Dan setelah di analisis ternyata teh herbal itu menggunakan bahan aconite yg merupakan salah satu bahan utama dalam pengobatan herbal tradisional di c***a, akar dari aconite juga sering di olah dan di gunakan untuk mengurangi rasa nyeri, memar dan rasa tidak enak badan. Tapi jika aconite di konsumsi secara mentah bisa sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian, seperti yg saat ini terjadi pada kelinci percobaan itu.

Dengan bukti dari hasil penelitian dan analisis dari dokter Richard, Marissa dan Marina bisa di jadikan tersangka utama atas kasus kematian mendiang Raline dan Kinara, tinggal mencari bukti pengakuan dari Marina jika dialah yg memberikan teh herbal itu pada Kinara bunda Arunika.

Arunika juga meminta orang kepercayaannya untuk mengumpulkan bukti - bukti lainnya, karena semakin banyak bukti, semakin berat pula hukuman yg akan mereka jalani.

***

Marissa dan Clarissa saat ini berada di dalam private room sebuah restoran ternama yg terletak tidak jauh dari perusahaan Dewangga Group tempat Clarissa bekerja.

Mereka membicarakan rencana selanjutnya untuk memisahkan Devian dan Arunika.

"Apa tante punya rencana baru?". Tanya Clarissa yg saat itu baru saja menyelesaikan makan siangnya.

"Tentu, tante ingin kamu mengajak Devian untuk makan malam di restoran xxx, nanti biar tante atur supaya Gadis ingusan itu juga berada disana, pokoknya kamu harus membuat seolah - olah Devian lebih memilihmu dan mencampakkan gadis ingusan itu, tante yakin saat melihat kemesraan kalian berdua gadis itu akan pergi dan menjauh dari hidup Devian seperti yg dulu". Marissa tersenyum licik, dia yakin rencananya kali ini akan berhasil, karena hanya Clarissa lah yg bisa membuat gadis ingusan itu cemburu dan meragukan perasaan Devian, apalagi dulu Devian pernah sangat dekat dengan Clarissa.

"Tante yakin?". Tanya Clarissa ragu.

"Kenapa tidak?, apa kamu tidak ingin Devian kembali menyayangimu seperti dulu". Marissa mencoba menepiskan keraguan pada diri Clarissa agar mau mengikuti rencananya.

"Tentu saja saya ingin, tapi apa tante yakin Devian mau pergi dengan saya, mengingat Devian masih menjaga jarak dengan saya". Clarissa mengungkapkan keraguannya, dia sangat ingin bisa bersama lagi dengan Devian, tapi jika Devian masih menjaga jarak dan mengacuhkannya tentunya Clarissa tidak bisa berbuat apa - apa selain diam.

"Ck, kamu kan bisa meminta bantuan tante Rini kesayanganmu itu, jika Rini yg meminta Devian untuk menemani kamu tentu Devian akan sungkan menolaknya apalagi kalo kamu memintanya di depan papahnya langsung". Marissa memang sudah memikirkan ini jauh - jauh hari, dengan melibatkan Rini adik kesayangan David, tentu Devian akan tunduk dan tidak bisa membantahnya kecuali kalo wanita tua itu ikut campur.

"Tante bener juga, baiklah nanti akan saya coba". Clarissa tersenyum tipis. Dia tidak sabar ingin makan malam bersama dengan Devian setelah sekian tahun lamanya.

"Kamu datang saja ke rumah bareng sama Rini, nanti bilang saja kalo kamu mau beli sesuatu, Rini yg mageran itu pasti tidak mau menemanimu dan dia juga tidak setega itu membiarkanmu pergi sendirian malam hari, tentunya Rini akan meminta Devian untuk menemanimu pergi keluar". Marissa menjelaskan secara detail apa yg harus Clarissa lakukan nanti malam, dia tidak sabar melihat hubungan Devian kandas di tengah jalan dan Marissa yakin wanita tua itu alias oma Renata pasti akan menyalahkan Clarissa yg menjadi orang ketiga di dalam hubungan Devian dan Arunika, karena Marissa tau jika wanita tua itu sangat menyayangi gadis ingusan itu alias Arunika.

Dan Marissa yakin saat itu terjadi, pasti di keluarga Mahawira akan terjadi ribut besar, dengan perlahan dia akan membawa Miranda masuk ke dalam keluarganya sebagai teman yg bisa mengobati kegalauan Devian dan Marissa berniat akan menjodohkan mereka kembali.

"Ide tante benar - benar brilliant, thanks ya tante". Ucap Clarissa dengan mata yg berbinar bahagia.

"Pokoknya lakukan yg terbaik, jangan buat tante kecewa karena sudah membantumu". Ucap Marissa bangkit dari duduknya, dia harus segera pergi agar David tidak mencurigainya. Dan Marissa juga meminta Clarissa untuk memberi jeda agar dia keluar lebih dulu, kemudian setelah lima menit berlalu baru Clarissa boleh keluar. "Tante pergi dulu, ingat jangan sampai gagal". Marissa melangkah pergi keluar dari private room.

Setelah di lihat Marissa benar - benar sudah tidak terlihat batang hidungnya, barulah Clarissa mengambil ponsel yg sedari tadi berada di samping tangannya itu. Clarissa mengecek ternyata ponselnya masih terhubung dengan seseorang di seberang sana.

"Gimana selanjutnya?". Ucap Clarissa. Setelah mendengar jawaban dari seseorang di seberang sana Clarissa mengangguk dan mematikan sambungannya.

***

Arunika menemui Devian di ruangannya, ada yg ingin dia bicarakan mengenai sesuatu yg berkaitan dengan Devian, namun Arunika ragu jika Devian akan mau menuruti permintaannya.

Tok Tok Tok

Ceklek

"Dev, apa aku boleh masuk?". Arunika menyembulkan kepalanya sambil membuka sedikit pintunya.

"Ya, ada apa denganmu?, tumben menemuiku duluan". Tidak biasanya Arunika menemuinya lebih dulu, Devian yakin pasti ada sesuatu penting yg ingin disampaikan Arunika padanya.

"Apa aku tidak mengganggumu?". Tanya Arunika sambil menatap Devian dan tumpukan berkas yg berada di depan Devian, Arunika menjadi tidak enak jika mengganggu pekerjaan Devian, pasalnya di meja kerja Devian masih ada beberapa berkas yg harus di cek dan di tanda tangani oleh Devian, berkas yg tadi pagi dia antarkan ke ruangan ini.

"Tentu tidak, aku bisa menyelesaikannya di rumah, ada apa?, ayo kita bicara di sofa". Devian beranjak dari kursi kebesarannya menuju sofa yg di ikuti Arunika di belakangnya.

"Ada sesuatu yg ingin aku bicarakan padamu, tapi..". Arunika menjeda ucapannya. Dia menatap Devian ragu.

"Katakan saja siapa tau aku bisa membantumu". Ujar Devian yg peka dengan keraguan Arunika.

"Kamu yakin?". Tanya Arunika memastikan.

"Ya, memang apa yg ingin kamu katakan, sepertinya itu ada hubungannya dengan aku".

"Emm.. Aku ingin kamu melakukan sesuatu untuk membantuku". Ucap Arunika menunduk sambil meremas jari - jemarinya.

"Sesuatu apa Arun?, kamu bisa mengatakannya jangan muter - muter". Kata Devian yg gemas dengan Arunika yg bicaranya muter - muter tapi gak berani bilang padanya.

Arunika mendongak menatap wajah tampan Devian, dengan mulut terbuka lalu tertutup kembali, dia ingin mengucapkan sesuatu tapi kata - katanya tertelan di tenggorokan, Arunika bingung mau memulainya dari mana, hatinya bimbang dan ragu.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now