Kaburnya Miranda

24 2 0
                                    

Sudah satu minggu Miranda menjadi tawanan wanita paruh baya yg merupakan istri sah dari selingkuhannya, satu minggu pula wanita paruh baya itu mencoba bersabar untuk memberikan kesempatan pada Miranda, siapa tau Miranda mau menuruti keinginannya untuk mengembalikan uang yg pernah di berikan suaminya pada Miranda dan bertanggung jawab atas pengobatan suaminya yg di celakai oleh Miranda, namun sampai sekarang Miranda tidak menyesali perbuatannya malah semakin menjadi, Miranda setiap harinya berontak dan berteriak dengan semua sumpah serapah serta kalimat ancaman untuk wanita paruh baya itu dan Arunika.

Hari ini wanita paruh baya itu pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejahatan Miranda dan mempertanggung jawabkan perbuatannya, wanita paruh baya itu memutuskan untuk menyerahkan Miranda pada pihak berwajib saja, siapa tau dengan berada disana Miranda akan berubah dan menyesali perbuatannya.

Setengah jam perjalanan dari kantor polisi wanita paruh baya itu melajukan mobilnya untuk pulang ke rumahnya karena dia meninggalkan anaknya sendirian bersama baby sisternya, sedangkan suaminya masih berada di rumah sakit karena memang belum sadar dari komanya. Entah kenapa tiba - tiba perasaannya gelisah, kurang dari sepuluh menit mobilnya sudah sampai di kediamannya.

Saat turun dari mobil, dahinya mengernyit heran, tidak biasanya satpamnya sampai teledor membiarkan pintu gerbang terbuka, saat kakinya melangkah masuk melewati pintu utama, wanita paruh baya itu di buat semakin penasaran karena para pelayan, satpam serta tukang kebunnya mondar - mandir di depan gudang yg di tempati Miranda dengan wajah panik.

Saat sudah sampai di depan gudang barulah dia mengerti apa yg membuat para pelayannya panik seperti itu.

"Ada apa ini?". Tanya wanita paruh baya itu.

"Maaf nyonya, perempuan ini mengalami pendarahan hebat, sepertinya dia mengalami keguguran". Jelas kepala pelayan.

"Bagaimana bisa?, kenapa tidak langsung kalian bawa ke rumah sakit?". Wanita paruh baya itu menoleh kepada para penjaga yg di tugaskan untuk menjaga Miranda, "Kamu cepat angkat dia ke mobil, kita harus segera membawanya ke rumah sakit". Titahnya.

Dengan cepat penjaga itu membopong tubuh Miranda yg sudah berlumuran darah ke dalam mobil, dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat, wanita paruh baya itu menemani Miranda yg berbaring di belakang dengan menggunakan pahanya sebagai bantalan kepala Miranda, sedangkan penjaga dan kepala pelayannya berada di bagian depan.

Dua puluh menit kemudian, mobil yg di tumpangi mereka tiba di rumah sakit yg sama dengan yg di tempati oleh suami dari wanita paruh baya itu.

Miranda di letakkan di brangkar dan di dorong menuju ruang IGD karena memang kondisinya sangat lemah. Setengah jam menunggu akhirnya dokter yg memeriksa Miranda keluar, dokter itu mengatakan jika bayi yg berada dalam kandungan Miranda tidak bisa di selamatkan dan dokter juga meminta persetujuan dari keluarga pasien untuk melakukan tindakan kiret pada rahim Miranda.

"Lakukan yg terbaik untuk pasien dok". Ucap wanita paruh baya itu. Dia takut jika nyawa Miranda tidak bisa di selamatkan, dia bisa menjadi terdakwa atas kematian Miranda karena saat itu Miranda berada di rumahnya, walaupun bukti mengarah jika memang Miranda sendirilah yg menggugurkan kandungannya dengan meminum teh chamomile, namun wanita paruh baya itu tetap khawatir dan tidak tega melihat Miranda yg sudah lemas tak berdaya.

Miranda mengelabuhi pelayan agar mau memberikan teh chamomile untuk di konsumsinya setiap hari dengan alasan untuk menjaga kesehatan tubuhnya agar tidak sakit karena di kurung di gudang, pelayan yg tidak tau jika Miranda hamil pun langsung menuruti permintaannya.

"Baik, tapi dari pihak keluarga pasien harus menanda tangani dulu surat persetujuannya baru kami akan melakukan tindakan selanjutnya, mari ikut saya". Ucap dokter itu melangkah mendahului wanita paruh baya untuk menuju ruangannya.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now