Medusa dan Ratu Drama

45 2 0
                                    

Malam hari Arunika baru ingat jika persediaan makanan di apartement nya kosong, padahal rencananya sehabis pulang kantor dia mau mampir ke supermarket dekat kantornya tapi ada kejadian tak terduga yg membuatnya lupa dengan rencananya itu, Alhasil mau tidka mau Arunika terpaksa harus keluar untuk membeli persediaan makanannya meski dia sangat lelah.
Waktu menunjukkan pukul 20 : 00 wib, jalanan masih ramai karena ini sabtu malam minggu yg biasanya di gunakan pemuda - pemudi untuk menghabiskan malam minggunya bersama orang terkasih, saat berhenti di lampu merah, Arunika melihat di sampingnya ada sepasang kekasih berboncengan motor sedang bersenda gurau mengingatkannya kenangan dulu saat bersama Devian, dulu sebelum Clarissa datang di tengah - tengah mereka, Arunika dan Devian sering menghabiskan malam minggu berdua, bukan untuk melakukan hal yg aneh - aneh, mereka mengisi waktu malam minggunya dengan hal positif contohnya belajar bersama, membagi makanan untuk orang - orang yg kurang beruntung dan minggu paginya mereka mengajari anak - anak jalanan yg tidak bisa bersekolah karena terkendala biaya, mereka juga mengajak para sahabatnya yg mau bergabung dalam aksi baksos ini dan ajakan mereka di sambut baik oleh teman - teman terdekatnya hingga banyak yg suka dan mendukung hubungan mereka.
Arunika menghela nafas panjang, tidak seharusnya dia mengingat kenangannya dengan Devian yg sudah di kuburnya dalam - dalam, sangat sulit rasanya menghapus semua kenangan manis itu, meski Arunika sudah mensugesti dirinya sendiri untuk tak mengingat Devian lagi nyatanya hati kecilnya merindukan sosok yg telah membuatnya tertawa dan terluka secara bersamaan.
Tak terasa mobil yg di kendarainya sudah sampai di parkiran depan supermarket yg tidak jauh dari apartementnya, saat Arunika keluar dari mobil dia tidak sengaja melihat Miranda dan seorang wanita yg dandanannya tidak jauh berbeda sedang duduk di kursi depan supermarket, bukan itu yg menjadi fokus Arunika, tapi apa yg di lakukan Miranda saat ini membuat Arunika mengernyitkan dahi pasalnya Miranda merias wajah wanita di depannya dengan menggunakan obat merah, padahal tidak ada satupun luka di wajah wanita itu dan juga bibirnya di make up menjadi pucat.
Arunika mengedikkan bahunya acuh melihat itu, toh tidak ada hubungannya dengannya jadi dia bersikap cuek dan pura - pura tidak melihat aksi aneh mereka berdua.
Arunika memilih bergegas masuk ke dalam supermarket untuk membeli keperluannya agar pulangnya tidak kemalaman.
Setelah satu jam berkeliling mengitari supermarket, troli yg di dorong Arunika sudah penuh degan barang belanjaannya, yg tadinya hanya ingin membeli belanjaan secukupnya untuk beberapa hari kemudian Arunika jadi khilaf malah memborong semua yg terlihat menarik di matanya, Arunika bergegas ke kasir untuk membayar belanjaannya yg kebetulan tidak antri. Saat Arunika keluar dari supermarket dia agak terkejut karena Miranda dan wanita itu masih di posisi yg sama, saat ingin melewati mereka berdua Arunika tidak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Sekarang lo telpon Erick sambil acting nangis agar dia percaya dan langsung datang kesini nyamperin lo." Kata Miranda pada wanita di sebelahnya yg tak lain adalah Selena, wanita ygdi jodohkan oleh Bondan saat di cafe waktu itu.

"Oke, kalo soal acting gue jagonya, lagian gue gak mau sampai kalah sama cewek cacat itu, bisa - bisanya Erick lebih memilih dia dari pada gue yg sempurna ini." ucap Selena sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.
Arunika yg mendengar itu menghentikan langkah kakinya sejenak, dia jadi penasaran dengan yg mereka bicarakan apakah sama dengan Erick yg di kenalnya, lagian wanita itu juga menyebut tentang cewek cacat. Arunika berjalan mendekat kearah mereka dengan pelan - pelan, dia bersembunyi di balik pohon palm yg ada di samping kursi itu agar memudahkan mendengarkan semuanya, tidak lupa dia merekamnya untuk di jadikan barang bukti.




                       ***



Berbeda lagi dengan Erick yg saat ini masih berada di jalanan guna mencari kekasihnya yg menghilang, dia tidak menyangka jika ayahnya begitu kejam hingga mendatangi Kiara bahkan sempat menyeretnya, Erick pikir perkataan ayahnya kemarin hanya gertakan saja agar dia luluh dan mau menuruti permintaan ayahnya.
Setelah pulang dari kantor tadi dia langsung pergi ke kos - kosan kekasihnya ingin mengajaknya pergi berkencan, tapi Erick malah di sambut dengan kabar yg mengejutkannya, Erick marah dan khawatir secara bersamaan, ingin rasanya saat itu Erick menemui ayahnya untuk melampiaskan amarahnya, tapi keadaan kekasihnya lebih penting saat ini di banding apapun, apalagi dia tidak tau kemana kekasihnya pergi, ponselnya juga tidak aktif.
Erick mencari Kiara di tempat - tempat yg biasa mereka datangi, namun nihil tidak ada tanda - tanda Kiara disana, lagian juga mustahil jika tidak ada yg membantunya untuk pergi jauh dari kos - kosannya mengingat Kiara belum bisa berjalan normal.
Ya, Erick baru ingat jika Kiara disini juga mempunyai sahabat dekat yg baru - baru ini dia ketahui, begitu bodohnya dia sampai tidak terpikirkan olehnya dari tadi, saking panik dan khawatirnya pada kekasihnya dia jadi tidak bisa berpikir jernih hingga menghabiskan waktu berjam - jam memitari jalanan untuk mencari keberadaan kekasihnya.
Erick menepikan mobilnya, dia mencari ponselnya yg tadi dia lemparkan begitu saja ke belakang kursi penumpang karena frustasi nomor kekasihnya tidak bisa di hubungi. Belum sempat Erick menghubungi Arunika, ada panggilan masuk dari nomor lain yg tidak di kenalnya, awalnya dia ragu ingin mengangkatnya tapi dia berpikir jika bisa saja yg menelponnya itu adalah kekasihnya yg memakai nomor baru.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now