6. Turn Over A New Leaf

7.7K 937 18
                                    

Turn over a new leaf. 

Dalam padanan bahasa Inggris, frasa itu berarti memulai sesuatu yang baru. Kenyataannya, semua terasa begitu berat bagi siapapun saat Adhisty meninggalkan mereka. Termasuk, Gayatri.

Ditinggal oleh Adhisty membuat segalanya tampak berantakan. Semuanya terasa begitu gamang. Mereka harus bersikap profesional, nyatanya, bayangan Adhisty memenuhi setiap sudut kantor. Tak hanya itu, perpindahan pekerjaan dan hand over yang mendadak membuat kepala Gayatri nyaris pecah. Bagaimana mungkin ia kini harus memegang dua kategori dengan sepuluh merek sekaligus secara mendadak bahkan tanpa kejelasan atas apa yang harus ia lakukan?

"Atri, kamu dengar saya?" Suara Aditya memecah hening.

Gayatri terkesiap. Ia menggelengkan kepala pelan dan berusaha berkonsentrasi pada ayahnya yang sedang melipat tangan di depan dada. Di sebelahnya, ada Ramdan yang mengambil napas berat.

"Iya, Pa... I mean, Pak Aditya." Gayatri menjawab cepat. Peraturan pertama dalam pekerjaannya selalu jelas, tak ada ayah dan anak dalam pekerjaan. Ayahnya adalah Direktur Utama dan dirinya adalah Category Director, atau singkatnya, atasan dan bawahan, bukan ayah dan anak.

Aditya mendengkus kesal namun sedikit melunak. Kehilangan Adhisty merupakan sebuah momen yang besar untuk siapa pun termasuk putri sulungnya.

"Darma akan mengambil cuti untuk sementara sampai waktu yang tidak ditentukan."

"Hah? Apa?" Gayatri membelalak dengan suara bernada tinggi, memberi sinyal bahwa rupanya ia sama sekali tidak memerhatikan omongan ayahnya.

Ramdan menghela napas. Ia mengulum senyum lembut. Tangannya terulur, memegang lalu menggenggam tangan kakaknya erat-erat di bawah meja sambil mengangguk kecil.

"Darma terlalu linglung dan bingung. Dan kita semua mengerti alasannya. Kehilangan Adhisty dan Dafina bukan perkara mudah buat dia dan Satya." Aditya menghela napas. "Perusahaan memberikan kompensasi empat bulan untuk cutinya. Berhubung Darma cuma pegang DigiPro, brand ini bisa dialihkan ke Ramdan untuk sementara."

Ramdan menghela napas. Ia mengangguk pelan.

"Lalu, sekarang ini, saya sedang mencari kandidat yang tepat untuk menggantikan Adhisty."

Mendengar itu, Gayatri menegang. Ayahnya tidak perlu mencari. Ia tidak pernah mencari, lebih tepatnya. Tidak mungkin Aditya menyerahkan posisi sepenting milik Adhisty ke tangan orang lain. Ia sudah menentukan dan semua orang tahu siapa yang ia inginkan: Kartika.

Gayatri yakin, tinggal menunggu waktu sampai Kartika masuk ke perusahaan. Ia tak bisa membayangkan akan sepanas apa rumahnya dalam beberapa minggu ke depan. Aditya terkenal keras kepala dan Kartika jelas menuruni sifat ayahnya itu.

"Lalu, untuk annual campaign kita, nanti, kamu yang nge-lead ya, Atri."

Gayatri mengerjapkan mata saat mendengar penuturan ayahnya. "Apa?"

"Selama ini, kamu selalu nanya, kenapa Darma yang memimpin? Mungkin, kali ini, proyek ini bisa jadi kesempatan kamu untuk menunjukan kenapa kamu lebih layak dapat posisi Direktur utama yang seharusnya akan Darma emban nanti."

Bola mata Gayatri nyaris keluar dari rongganya. Ia tidak mempercayai apa yang baru saja ia dengar.

Sejak dulu, ia ingin sekali mengalahkan Darma. Buatnya, Darma adalah saingan terbesarnya.

Gayatri adalah anak pertama dari direktur utama perusahaan, ia selalu merasa lebih berhak menggantikan ayahnya daripada Darma. Sialnya, keluarga ini begitu patriarki. Darma yang merupakan cucu laki-laki pertama langsung ditentukan jadi penerus sejak masih anak-anak.

Business UnusualWhere stories live. Discover now